Site icon SumutPos

Sejarah Hyeon Chung Berlanjut

Hyeon Chung

MELBOURNE, SUMUTPOS.CO  -Tidak ada yang menyangka, saran dokter keluarga Seok-jin Chung, yang menyarankan anak kedua keluarga tersebut, Hyeon Chung, untuk fokus melihat berbagai hal berwarna hijau demi mereduksi gangguan penglihatan astigmatisme mengantarkan bocah itu menemukan talenta besar yang dia miliki.

Di usia 21 tahun, Chung kini tercatat sebagai petenis Korea Selatan (Korsel) terbesar dalam sejarah. Dialah orang Korsel pertama yang mampu menembus semifinal grand slam. Sebelumnya, capaian petenis Korsel terbaik dalam sejarah adalah menembus babak 16 besar yang dilakukan oleh
Lee Duk-hee dan Le Hyun-taik.

Chung kemarin memastikan hal tersebut pasca menumbangkan petenis Amerika Serikat (AS) Tennys Sandgren dalam straight set 6-4, 7-6(5), 6-3 di perempat final. Pertandingan berlangsung di center court Rod Laver Arena selama 2 jam 28 menit.

Di semifinal, Chung bakal menantang juara bertahan sekaligus pemilik gelar grand slam terbanyak dalam sejarah yakni Roger Federer. Legenda Swiss tersebut kemarin memastikan tiket semifinal pasca menumbangkan Tomas Berdych 7-6(1), 6-3, 6-4.

Lepas dari apapun hasil yang akan diraih Chung di semifinal besok, dia sudah mencatatkan sejarah besar. Sebagai ranking 58 dunia, Chung tercatat sebagai petenis dengan peringkat terendah yang mampu menembus semifinal Australia Terbuka dalam 14 tahun terakhir. Itu terhitung sejak petenis Rusia Marat Safin menembus semifinal pada 2004 dengan ranking 86 dunia.

Di juga tercatat sebagai petenis termuda yang menembus semifinal grand slam dalam delapan tahun terakhir. Terhitung sejak Marin Cilic menembus semifinal Australia terbuka 2010 di usia 22 tahun. “Saya hanya ingin bermain. Tidak peduli siapa yang akan menjadi lawan,” ucap Hyeon mengomentari partai semifinal yang bakal dia hadapi.

Namun siapa sangka, Chung muda sempat akan menggeluti olahraga lain yakni Taekwondo. Pasalnya, dia juga berprestasi di olahraga yang lebih populer di Korsel tesebut saat masih sekolah. Backround keluarga yang juga merupakan petenis membuat Chung akhirnya lebih memilih bermain tenis.
Seok-jin, sang ayah memang juga seorang petenis. Begitu juga sang istri, Young-Mi. Mereka bahkan memiliki keinginan kuat agar anaknya mampu bermain tenis dengan baik. Saat Chung masih berusia 13 tahun, pasangan itu rela melepas Chung dan kakaknya Chung Hong tinggal di AS demi menimba ilmu di Nick Bolletteri Tennis Academy di IMG, Florida. Itu adalah akademi tenis legendaris yang telah menciptakan nama-nama besar macam Serena Williams, Maria Sharapova, Andre Agassi, maupun Kei Nishikori.

“Sejak kali pertama ditawari melatih pemuda ini, saya sudah antusias,” ucap Neville Godwin, pelatih Chung saat ini dilansir The Guardian. “Dia persis seperti penampilannya. Pemuda yang tenang dengan selera humor yang tinggi. Dia tidak menganggap dirinya terlalu serius. Saya harus berkata kepadanya bahwa posisinya saat ini memang serius,” ucap Godwin.

Di lain sisi, Chung juga pemuda yang tidak pernah puas untuk melakukan hal yang lebih baik. “Dia selalu berusaha untuk berkembang dan memenangkan setiap pertandingan. Dia sangat mudah untuk didekati. A Lovely kid,” tambah mantan pelatih Kevin Anderson tersebut.

Cerita perjalanan Chung menuju empat besar juga sensasional. Di 16 besar dia menghentikan perlawanan mantan ranking satu dunia yang juga pemilik enam gelar Australia Terbuka, Novak Djokovic. Sebelumnya, di 32 besar dia lebih dulu mengirim pulang unggulan keempat yang juga ranking empat dunia Alexander Zverev.

“Saya belum pernah bermain di minggu kedua grand slam, benar-benar terkejut dengan capaian ini. Hanya berusaha terus bermain 100 persen di setiap pertandingan,” ucap Chung.

Juara ajang Next Generation ATP Final 2017 November lalu itu berseloroh sudah berfikir apa yang harus dia lakukan dalam seremoni usai pertandingan perempat final kemarin. “Setelah poin deuce, ternyata tidak ada seremoni apa-apa. Saya benar-benar baru di panggung sebesar ini,” tambahnya.(irr/jpnn/don)

Exit mobile version