Site icon SumutPos

Pembuktian tanpa Ranieri

Jamie Vardy

LEICESTER, SUMUTPOS.CO – Leicester City telah menendang Claudio Ranieri, Jumat lalu WIB (24/2). Dan kini Leicester pun harus berjuang melepaskan diri dari jeratan zona degradasi tanpa pelatih berjuluk The Tinkerman tersebut di sampingnya. Mampukah Leicester menjawab tantangan itu?

Ya, itulah yang harus dijawab Wes Morgan dkk ketika harus mengawali hari tanpa Ranieri dengan menjamu Liverpool di King Power, Leicester, dini hari nanti WIB. Tidak hanya demi menyelamatkan posisinya di klasemen sementara yang sejak akhir pekan ini (25/2), terjerembab ke jurang degradasi.

Mereka juga harus bisa membuktikan bisa tanpa Ranieri. Bukan sekadar bermodal mulut berbisanya yang sudah menyingkirkan Ranieri. ”Sebagai sebuah tim, kami terluka, klub pun juga terluka,” ucap penjaga gawang Leicester Kasper Schmeichel diwawancara di BBC Radio 5 Live.

Schmeichel satu dari empat pemain yang disebut sebagai ularnya dressing room di Leicester. Selain dia, juga Morgan, Jamie Vardy dan Marc Albrighton. Dalam situs resmi klub, Craig Shakespeare sebagai caretaker menegaskan bahwa persoalan di balik Ranieri dan kontroversi pemecatannya tidak menganggu fokus timnya.

”Kami harus memastikan kami masih mampu kembali ke jalur kemenangan. Lalu, dengan apa caranya, saya akan memikirkannya pagi ini. Fokus kami harus mendapatkan tiga poin Senin malam nanti (waktu setempat),” kata pria yang sudah enam tahun berada di jajaran kepelatihan Leicester itu.

Dengan mepetnya waktu, kecil peluangnya terjadi perubahan starting eleven yang dilakukan Shakespeare. Prioritas Leicester saat ini menurut Shakespeare mengembalikan konfidensi anak asuhnya setelah pemecatan Ranieri. ”Kepercayaan diri bisa cepat hilang, tapi juga bisa kembali dengan cepat, saya akan coba kembalikan itu secepatnya,” ungkap Shakespeare.

Salah satunya, tekankan bahwa mereka juga pernah mengalahkan Liverpool. Pada musim lalu, The Reds – julukan Liverpool – juga pernah takluk di sana (King Power) 0-2 dari dua gol Vardy. Kemenangan pertamanya dari Liverpool di era Premier League. Di tempat yang sama, Leicester pun juga pernah mengalahkan Manchester City musim ini.

City takluk 2-4 atas Leicester pada 11 Desember lalu. Belajar dari pengalaman itu, attacking midfielder Liverpool Philippe Coutinho dikutip Tribal Football meminta rekan setimnya tidak meremehkan Leicester. ”Musim lalu mereka tim juara, jadi mereka punya kualitas yang bagus, banyak pemain bagus pula di sana,” pujinya.

Satu hal yang perlu dilakukan Jordan Henderson dkk demi menghindari kejutan di King Power. Perbanyaklah crossing ke pertahanan Leicester. Karena faktanya tiga dari 5 gol kebobolan terakhir Leicester berawal dari lemahnya pertahanan mengantisipasi bola-bola crossing.

Terutama crossing yang diawali serangan dari sisi kanan pertahanan. Di posisi itu, Danny Simpson yang bertanggung jawab. ”Setiap laga Premier League itu selalu punya faktor kesulitan. Semua tim sudah menyiapkan diri, dan kami harusnya juga sudah siap untuk itu,” lanjut Coutinho yang bakal head to head dengan Simpson.

Melawan Leicester, kata Coutinho, harus disamakan seperti melawan Tottenham Hotspur. Sebelum break dua pekan, Liverpool bisa menumbangkan Spurs 0-2 di Anfirld (12/2). ”Berikan 100 persen di lapangan, dan lakukan hal yang sama seperti yang pernah kami lakukan melawan Tottenham,” harapnya.

Tapi, Liverpool meski berkaca. Leicester kini berada di posisi ke-18. Pada musim ini, Liverpool sudah empat kali kalah, dan semuanya dari klub di luar sepuluh besar. Itu dimulai dari Burnley, Bournemouth, Swansea City, dan Hull City. Leicester juga punya kans melanjutkan tren tersebut.

Senada dengan Coutinho, Juergen Klopp – tactician Liverpool – enggan menyebut Leicester lemah saat ini. Dilansir Sky Sports, Klopp menyebut gol pertama harus mampu dihindari anak asuhnya dari Leicester. Karena menurutnya, begitu mencetak gol, pemain Leicester bakal lebih konfiden.

”Lihat saat Liga Champions kemarin (Leicester kalah 1-2 di Sevilla) dan reaksi di saat mereka sudah mencetak gol. Reaksinya berbeda dari dua laga mereka sebelumnya,” tutur Kloppo – sapaan akrabnya. Dibandingkan sebelum mencetak gol, arus serangannya jauh lebih besar pasca mencetak gol.

”Jelas mereka butuh gol ini untuk mengembalikan kepercayaan dirinya lagi. Kami pun harus bermain dengan sepak bola terbaik kami. Itulah yang sudah kami kerjakan 15 hari terakhir ini. Apabila kami bermain sebaik-baiknya, siapapun lawan akan mengalami kesulitan,” katanya. (ren/jpg)

Exit mobile version