Site icon SumutPos

Gagal Kuliah, Pilih Hengkang ke Asahan

Kabupaten Labuhanbatu ternyata menyimpan segudang atlet dari berbagai cabang olahraga berprestasi, baik tingkat provinsi hingga nasional. Salah satunya, Nirwana (19 tahun) warga Lingkungan Aek Paing Atas, Kelurahan Aek Paing, Kecamatan Rantau Utara.

Sayangnya, semua prestasi yang diraihnya di tingkat nasional tak serta merta mampu merubah jalan hidupnya ke arah yang lebih baik.
Saat ditemui Sumut Pos, Senin (8/4) Nirwana menceritakan jika dirinya ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi selepas menamatkan sekolah di SMK Negeri I Rantau Utara.

Namun apa daya, kondisi keuangan orangtua yang tidak memungkinkan membuat impian tersebut kandas. Padahal sebut Nirwana, dirinya sempat berpikir jika prestasi yang diraihnya tadi bakal membuatnya lebih mudah mendapatkan fasilitas pendidikan, entah itu dari Pemprovsu ataupun dari Pemkab Labuhanbatu. “Kupikir kalau berprestasi diperhatikan, rupanya tidak juganya,” bebernya.

Dikisahkannya saat tim sekolahnya mengikuti seleksi tingkat provinsi sebelum akhirnya terpilih memperkuat tim sepak bola Sumut pada Popnas 2012 lalu, dirinya merupakan satu-satunya duta dari Kabupaten Labuhanbatu.

“Dari Labuhanbatu hanya saya yang terpilih memperkuat kesebelasan Sumut. Saya sangat bangga, apalagi saat itu di partai final Sumut mengalahkan Jateng dengan skor 1-0. Tapi beginilah, setelah itu selesai, saya tetap tak mendapat apa-apa,” keluhnya.

Bahkan angannya yang sempat membubung untuk dijamu pihak Pemkap Labuhanbatu berakhir dengan kesia-siaan belaka. “Memang, saya tak menampik jika sebelum mengikuti Popnas Kepala Disporabudpar ada memberi bantuan sebesar Rp300.000, sedangkan Kadisdik Rp600 ribu. Inilah yang menjadi bekal dan uang jajan saya selama mengikuti Popnas di Riau,” terang anak ketiga dari enam bersaudara buah hati pasangan Arman (58 tahun) dan Ponimah (56 tahun) itu.

Selepas itu, Nirwana memperkuat tim sepakbola Pemkab Asahan. Dari sana dirinya membukatkan tekad jika memang di daerah orang lebih menjanjikan, maka dirinya siap meninggalkan Labuhanbatu demi masa depan yang lebih baik.

“Kalau memang lebih memperhatikan, kenapa tidak. Karena disini pun tidak ada perhatian,” sebut Nirwana lagi.

Pemain inti dengan posisi stopper saat melawan Jawa Tengah di Popnas tahun 2011 lalu itu melanjutkan perbincangannya, dirinya berharap adanya perhatian dari pemerintah setempat terhadap seluruh atlit berprestasi terlebih yang sempat membawa nama harum Labuhanbatu ditingkat nasional. Hal itu perlu dilakukan demi memacu pelajar meraih prestasi yang gemilang.

Salah seorang anak dari tukang tambal ban itu juga berniat untuk menjadi pemain professional.
“Cita-cita saya ingin  jadi pemian bola yang professional selain juga ingin kuliah, tapi ya kondisi yang kurang mengijinkan. Semoga nantinya ada perhatian dari Pemkab Labuhanbatu terhadap atlit yang berprestasi,” harap sosok yang sem pat memperkuat tim Poslab Junior tahun 2009 serta tim Poslab Senior di Divisi II tahun 2010-2011 lalu yang kini tidak memiliki kerja tetap tersebut. (*)

Exit mobile version