Site icon SumutPos

Sepuluh Tahun Berlatih dan Bermain Sumo, tak Pernah Cedera

MEDAN-Olahraga Sumo merupakan salah satu seni tradisional budaya negara Jepang yang sudah melalui proses kulturisasi. Melihat permainan ini sontak terbayang pelakunya yang rentan mengalami cedera. Tapi benarkah seperti itu? Ternyata tidak. Setidaknya itu yang dialami oleh Koji Tashiro (73) sudah hampir sepuluh tahun menjadi pemain sumo. Diungkapkannya bahwa selama menekuni olahraga sumo, dirinya tidak pernah mengalami cedera.

“Saya bukan atlet profesional, namun saya tak pernah mengalami cedera. Sebenarnya saya memiliki niat untuk menekuni olahraga ini secara profesional, namun saya memiliki kendala untuk itu. Jadi, saat ini saya hanya tampil pada acara eksebisi saja,” kata Koji melalui istrinya Shelly, saat acara Japan Day- Medan Mega Fair Sister City-Ichikawa di Open Stage PRSU Tapian Daya, Medan, Jumat (9/12) siang. Dengan bahasa Indonesia yang masih terputus-putus, Koji menjelaskan bahwa para pelaku olahraga sumo terbagi dala dua kelompok, yakni kelompok amatir dan profesional.

“ Kalau untuk yang profesional disebut dengan nama Ozumo,” ungkapnya lagi. Selanjutnya Koji menuturkan bahwa dalam permainan sumo tidak mengenal batasan usia. Ini bisa dilihat dari berbagai pertandingan sumo, tatkala seorang pesumo yang telah berusia lanjut membanting dan mengalahkan lawannya. “Saya berlatih setiap hari. Sampai hari ini saya masih mampu membanting lawan,” ujarnya Pada pertunjukan kemarinShellymembantuparapengunjunguntuk mengetahui permainan sumo secara menyeluruh. Sata persatu istilah dalam permainan sumo diterangkannya kepada pengunjung. “Dohyo atau dalam bahasa Indonesianya adalah Arena, biasanya dibuat diatas tanah dalam bentuk bulat dengan berdiameter 455 cm,” ucapnya.

Diuraikannya, bahwa bagi para pesumo yang ingin bertanding sebelumnya harus membacakan syair dengan mengetuk bambu kuning ditambah aksesoris benang merah yang saling ditautkan sehingga menimbulkan suara ketukan. Arti dalam syair tersebut, mempunyai arti cinta antara dua ekor binatang yang berbeda jenis. “Syair tersebut mengartikan pembicaraan antara seekor bangau dan kurakura tentang cinta mereka yang berakhir sedih. Bangau meminta cintanya diterima oleh kura-kura, sayangnya permintaan itu ditolak. Ironisnya, penolakan tersebut bukan dikarenakan, paruh bangau yang panjang. Melainkan kehidupan didunia ini yang berbeda. Kura-kura menjawab kalau Kura-kura bisa hidup di dunia 10 ribu tahun lamanya.

Sedangkan bangau hanya 10 tahun. “Bagimana dengan sisa hidup 9000 tahun lagi. Saya tak bisa hidup tanpamu, makanya cinta itu ditolak. Begitu kira-kira bunyi syairnya,” jelas Shelly. Selanjutnya Shelly menerangkan pakaian penutup kemaluan yang digunakan pesumo. “Pakaian itu disebut Mawashi yang terbuat dari sepotong kain tebal yang panjangnya mencapai 8 meter dengan lebar 45 cm. Cara memakainya dengan melipat kain tersebut menjadi 4 lipatan dan dilingkarkan ke pinggang. Peraturan didalam permainan Sumo harus memulai dan mengakhiri permainan dengan Rei yang artinya hormat,” cetusnya. Dilanjutkannya bahwa seeblum memulai permainan, kedua pesumo harus saling memberi hormat dengan menjongkok yang dalam bahasa Jepang disebut Songkyo.

Yang kemudian membentangkan kedua belah tangan yang diartikan tidak ada senjata apapun ditangan. “Pemain memulai dengan Shiko yang menjadi dasar untuk latihan sumo. Dalam pertandingan sumo tidak ada istilah start seperti pertandingan ataupun perlombaan lainnya. Kedua pesumo harus saling jongkok dan menunggu timing yang tepat untuk mulai. Tetapi seblum mulai keduanya harus menyentuh lantai dengan kedua tangan mereka,” urai Shelly. Mengenai peraturan menang dan kalah, Shelly menyebutkan jika masingmasing pesumo akan mendorong lawan hingga keluar batas arena (ring). Hal itu untuk menentukan kalah menangnya pemain dalam pertandingan.

“Sebenarnya ada 84 point untuk menentukannya. Tetapi hari ini hanya diperagakan 5 point saja,” jelasnya. Dijelaskannya, untuk point pertama adalah Oshidasi yang artinya saling menolak lawan sampai dia keluar dari batas ring dan dinyatakan kalah. Kemudian, Yorikiri mengeluarkan lawan degan menarik Mawashinya. Yang dilanjutkan dengan Tsuridashi berusaha mengeluarkan lawan dengan mengangkat Mawashi. “Kemudian pointnya, Uwakinage dengan mencoba mengeluarkan lawan dengan membantingkan ke lantai dan yang terakhir Sotokake atau disebut juga Ashiwake yang menjatuhkan lawan dengan kaki,” paparnya yang langsung diperagakan para pesumo.(adl)

Exit mobile version