Site icon SumutPos

Duel Italiano

Man City vs CHELSEA 

ADA yang menarik saat Manchester City menjamu Chelsea di City of Manchester, dini hari nanti.

Ini bukan semata marwah kedua tim yang terus berupaya menyamai kebesaran Manchetser United di tanah Inggris. Lebih dari itu, kubu Manchester City yang diawali musim dibekali pundi-pundi berlimpah oleh sang owner Mansour bin Zayed Al Nahyan, kini telah lengser dari puncak klasemen.
Sejumlah pemain bintang yang didatangkan untuk memperkuat The Citizens ditengarai tak memiliki mental yang cukup kuat untuk bersaing dengan pemain The Red Devils.

Meski Roberto Mancini, tactician Manchester City memiliki pengalaman berlimpah serta segudang prestasi hebat, namun ternyata itu tak berarti apa-apa ketika dirinya menangani sebuah tim penuh ambisi, Manchester City.

Bayangkan, sebelum ini Mancio (panggilan akrab Roberto Mancini) sukses mempersembahkan gelar bagi tiga klub berbeda.
Diawal karir kepelatihanya di Fiorentiana, Mancio mempersembahkan gelar Coppa Italia untuk tim berjuluk La Viola itu. Selanjutnya pada tahun 2003, gelar yang sama dipersembahkannya kepada Lazio.

Puncak prestasi Mancio ada bersama Inter Milan, sebab bersama klub berjkuluk Nerrazzuri itu Mancio 3 kali mempersembahkan gelar juara Serie A, dua kali Coppa Italia serta dua kali juara Supercoppa Italia.  Semua catatan di atas terlihat sangat kinclong dibandingkan dengan prestasi Roberto Di Matteo yang memulai karir kepelatihannya pada tahun 2008 bersama Milton Keynes Dons.

Namun perlu diingat, menatap laga menghadapi Manchester City nanti, Di Matteo punya bekal penting yang justru  tidak dimiliki Roberto Mancini. Apa itu?

“Dia (Roberto Mancini, Red) adalah pelatih hebat dengan segudang prestasi yang hebat pula. Namun saya tak gentar karena saya lebih memahami tim ini (Chelsea, Red) dari pada dia dengan timnya (Manchester City),” bilang Roberto Di Matteo, tactician Chelsea.

Ya, sebelum beralih menjadi peracik strategi, Di Matteo adalah seorang di antara sekian banyak pemain bintang yang dilabuhkan ke Chelsea. Di awal tahun 90 an, bersama Ruud Gullit, Gianluca Vialli dan Gianfranco Zola, dirinya menjadi cikal bakal kekuatan Chelsea hingga bisa seperti sekarang ini.
Sementara  Roberto Mancini, sebelum pensiun sempat menjadi ikon Sampdoria, selanjutnya menjadi roh kebangkitan Lazio pada musim 1999-2000 dengan memenangi Serie A, Copa Italia, Cup Winres Cup serta  Supercopa Italia.

Semua prestasi itu dipersembahkan Mancio setahun setelah Di Mateo meninggalkan Lazio untuk berlabuh ke Chelsea. Artinya, laga dini hari nanti menjadi ajang pertemuan sekaligus pembuktian dua Italiano dengan dua jalan hidup yang berbeda.

Mancio memiliki pengalaman yang cukup panjang di pentas sepak bola Eropa, sementara Roberto di Matteo memahami karakter permainan Chelsea, sesuatu yang justru tak mampu dilakukan Mancio meski di timnya (Manchester City)  dijejali sejumlah pemain bintang.
“Tidak ada pilihan bagi kami kecuali memenangkan pertandingan. Tim ini harus mampu memelihara peluang sekecil apapun. Setiap pertandingan adalah kemenangan. Itu harus benar-benar dipahami pemain,” bilang Roberto Mancini.

Jika kedua Italiano ini sama-sama yakin mampu meraih kemenangan pada laga dini hari nanti, lantas tim mana yang anda unggulkan sebagai pemenang? (*)

Exit mobile version