Site icon SumutPos

Bangun 17 Ribu Rumah untuk PTPN II

Jakarta -Perum Perumnas yang merupakan salah satu BUMN yang khusus menyediakan perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Namun beberapa tahun terakhir, Perum Perumnas juga merambah ke bisnis properti komersial seperti mal, kawasan bisnis dan lainnya.

BANGUN: Beberapa buruh bangunan sedang menyelesaikan pembangunan perumahan. Perum Perumnas menyiapkan 27 proyek baru yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia untuk 3-4 tahun ke depan, termasuk Kota Medan.//net

Untuk itu Perum Perumnas menyiapkan 27 proyek baru yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia untuk 3-4 tahun ke depan. Nilai total proyek mencapai Rp10 triliun untuk segmen properti komersial dan hunian.

Direktur Utama Perum Perumnas Himawan Arief Sugoto mengatakan, proyek baru itu tersebar di Medan, Palembang, Pontianak, Jakarta, Karawang, Bandung, Cianjur, Semarang, Surabaya, Malang, dan Makassar.”Nilai total proyek Rp 10 triliun, ini proyek berjalan selama 3-4 tahun,” kata Himawan saat ditemui dalam Konferensi Pers Perum Perumnas di Kantor Perumnas, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (20/3).

Sebanyak 27 proyek di antaranya untuk hunian masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), serta beberapa proyek komersial. Pembangunan proyek ini dibedakan menjadi tiga yaitu yang dibangun di atas tanah milik Perumnas. Selain itu, ada proyek yang merupakan bentuk kerjasama serta sinergi dengan BUMN, serta yang terakhir proyek peremajaan rumah susun.”Jadi 27 proyek ada 3 kategori dikerjakan lahan kita, dikerjakan dengan BUMN dan revitalisasi rumah susun, bisa bekerja sama dengan BUMN ataupun private,” ujarnya.

Himawan memberikan contoh, proyek kerjasama dengan BUMN adalah proyek pembangunan rumah untuk karyawan PTPN II, pihak PTPN II menyediakan lahan untuk pembangunan proyek ini.”PTPN II untuk pembuatan Kota Baru Medan target pertengahan tahun ini akan peletakan batu pertama yang akan dibangun 17 ribu perumahan dengan sasaran utama PTPN dulu sisanya masyarakat,” imbuhnya.

Sementara untuk proyek-proyek komersial dari Perum Perumnas ini akan pembangunannya akan dikerjakan oleh PT Propernas Griya Utama yang merupakan anak perusahaan dari Perumnas.”Propernas yang akan kita dorong lebih komersial. 7-8 proyek yang pure komersil akan dibangun oleh PT Propernas sebagai anak perusahaan Perumnas seperti pembangunan Sentraland Semarang, Surabaya, Pontianak dan Bandung,” tambahnya.

Himawan menjelaskan, transformasi ini perlu mengingat Perumnas masih diharapkan menjadi Perum yang dimiliki oleh 100  persen pemerintah namun tetap dapat terus tumbuh serta tetap pada misinya yang fokus pada perumahan MBR. “Kementerian BUMN tetap kita minta jadi Perum tapi diminta untuk berkelanjutan dan tumbuh, misinya tetap untuk MBR,” ujarnya.

Direktur Pemasaran Perum Perumas M Nawir menjelaskan, pada tahun ini Perum Perumnas melakukan transformasi agar dapat terus tumbuh serta sehat dalam hal keuangan. “Perumnas misinya untuk MBR, tapi Perumnas juga harus sehat secara finansial. Kita melakukan transformasi agar bisa sehat dan terus tumbuh,” katanya.

Menurut Nawir, untuk dapat terus tumbuh tersebut maka diperlukan terobosan baru, yaitu bukan hanya membangun perumahan untuk MBR namun juga harus membangun sektor komersial seperti proyek Sentraland di Semarang, Surabaya, Pontianak dan Bandung yang dikerjakan oleh PT Propernas Griya Utama anak usaha Perumnas.

“Kalau sebelumnya kita bangun rumah FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan) untuk pegawai negeri dan golongan rendah ini masih akan terus berlangsung. Untuk dapat terus mengembangkan rumah misi yang profitnya rendah sekali, maka untuk menyehatkan finansial kita masuk ke kalangan menengah,” tambahnya.

Nawir mengatakan bahwa, saat ini Perumnas terpaksa menalangi hingga Rp 15 miliar untuk tiap tahun untuk pengelolaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) subsidi yang dikhususkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

“Di sini kita ada 5.000 unit lebih rusunawa terus terang lebih banyak mensubsidi daripada menghasilkan uang, bahkan sewanya ada yang hanya Rp50.000. Satu tahun rugi Rp15 miliar, yang paling merugi dari Cengkareng dan Kemayoran yang lain sudah disesuaikan,” pungkasnya. (bbs/ila)

Exit mobile version