Site icon SumutPos

Partai Lama Yakin Tambah Kursi

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Ketua Komisi A DPRD Medan Sabar Syamsuria Sitepu RDP dengan warga Petisah Tengah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aroma persaingan bakal calon legislatif (Bacaleg) daerah pemilihan (Dapil) Sumut 3 untuk DPRD Sumut, diprediksi tak kalah ketat. Ditambah lagi kehadiran empat partai politik baru, persaingan merebut 12 kursi dari dapil yang meliputi Kabupaten Deliserdang ini bakal sengit. Begitu juga target perolehan kursi di setiap dapil bisa saja berubah dari Pemilu 2014 lalu.

Terkhusus parpol seperti PDI Perjuangan, Gerindra, Demokrat yang pada periode 2014-2019 mampu memperoleh masing-masing dua kursi, siap menambah target di periode mendatang. Tak ubahnya dengan PKS, di mana pada 2014 lalu mereka cuma mampu meraup satu kursi dari dapil itu, yakni atas nama Satrya Yudha Wibowo. Untuk 2019 nanti, PKS juga siap menambah perolehan jumlah kursi.

Bakal calon legislator (Bacaleg) Partai Golkar yang juga Anggota DPRD Sumut dari dapil Sumut III Deliserdang, Muchrid ‘Choki’ Nasution mengatakan, keberadaan partai baru pada Pileg kali ini seperti Perindo, PSI, Garuda dan Berkarya membuat persaingan menjadi lebih ketat. Namun dirinya tetap optimis dapat bekerja memperoleh suara untuk bisa mempertahankan kemenangan 2014 lalu dan membawa Partai Golkar menjadi pemenang kembali tahun depan.

“Kita berkeyakinan di 2019 nanti, paling tidak kita bisa bertahan dan mempertahankan dua kursi di DPRD Sumut dari dapil Sumut III (Deli Serdang). Tetapi tetap kita akan upayakan tiga kursi dengan skema pembagian 1,3,5,7 dari perolehan suara,” ujar Muchrid kepada wartawan, Selasa (31/7).

Disampaikannya, dalam Pileg 2019 kali ini, pihaknya akan menargetkan peningkatan perolehan suara hingga 15 ribu suara. Hal ini untuk mengejar target jumlah kursi yang secara umum di seluruh dapil (12 dapil) dengan total 21 kursi. Keyakinan tersebut karena selain dirinya dan Wagirin Arman yang juga akan maju sebagai unggulan sekaligus bacaleg incumbent, ada tambahan satu tokoh yang tergolong diunggulkan.

“Karena kalau sekarang kan ada dua incumbent, saya dan Pak Wagirin. Kali ini ditambah lagi dengan ikutnya Riki Prandana Nasution yang sekarang kan Ketua DPRD Deli Serdang,” kata Choki.

Sementara terkait kondisi partai pasca pergantian Ketua DPD dari Ngogesa Sitepu kepada Plt Doli Kurnia Tanjung dikatakannya hak itu bukan jadi persoalan yang dapat mempengaruhi soliditas partai. Sebab menurutnya seluruh kader, khususnya yang bertarung di Pileg 2019 punya peran masing-masing membawa nama baik Golkar di masyarakat. “Kita tetap solid, karena pergantian seperti itu sudah biasa di Golkar. Makanya yang terpenting itu bagaimana suara partai yang utama. Soal personal kita masing-masing, itu yang berikutnya,” sebutnya.

Sekretaris Partai Gerindra Sumut, Robert Lumbantobing mengatakan, sesuai arahan dan target yang dicanangkan DPP, pihaknya siap memperjuangkan perolehan tiga kursi dari alokasi 12 kursi yang tersedia di Dapil Deliserdang itu.

“Untuk calon petahana kita, seperti Yantoni Purba dan Recky Nelson Barus (PAW Eveready, Red) masih tetap maju dari dapil tersebut. Keduanya diharapkan mampu mengambil dua tempat seperti periode sebelumnya, karena mereka punya basis massa mumpuni,” ujarnya kepada Sumut Pos, Selasa (31/7).

Selain dua nama bacaleg petahana itu, kata dia, Gerindra punya sejumlah calon potensial dari dapil tersebut. Yakni Subandi, pernah calon Wakil Bupati Deliserdang atau eks kader PAN. Lalu, Sahrul Harahap mantan kepala dinas di Pemkab Deliserdang dan Indra Bakti Lubis yang merupakan kader Gerindra. “Peluang tiga kursi saya kira mampu kami peroleh dari sana. Sebab yang ditempatkan pada bacaleg yang sudah punya basis massa terukur,” ungkapnya.

Partai Demokrat juga mengusung optimisme serupa. Cuma untuk komposisi bacaleg mereka, sejauh ini belum bisa dipublikasi sampai menunggu penyerahan hasil perbaikan berkas ke KPU. Namun diprediksi, nama-nama lama dan wajah baru turut meramaikan kontestasi dari dapil tersebut. Demokrat bahkan siap menambah kursi lagi dan minimal dengan capaian serupa seperti periode 2014-2019.

Sementara PKS mengganti calon petahananya, dari Satrya Yudha Wibowo ke Harianto dan sebelas nama bacaleg lainnya, mengingat terdapat 12 kursi yang diperjuangkan dari Dapil Sumut III. “Beliau (Harianto) itu Ketua PKS Deliserdang. Memang ada 12 orang kita tempatkan di dapil itu sesuai alokasi yang ada,” ujar Sekretaris PKS Sumut, Abdul Rahim Siregar.   Pihaknya optimis setidaknya mampu menambah satu kursi lagi dari dapil tersebut. Oleh karenanya itu sejumlah kader yang diplot merupakan bacaleg yang punya jaringan internal dan eksternal mumpuni.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sumatera Utara juga menargetkan penambahan kursi dari dapil yang sama. Hal tersebut disampaikan Ketua DPW PPP Sumut Yulizar Parlagutan Lubis. Menurutnya masyarakat akan dapat melihat sosok bacaleg dan partai Islam yang diusung. “Kita partai yang diisi dari berbagai latarbelakang organisasi masyarakat Islam. Jadi ketokohan yang ada di masing-masing menjadi andalan PPP untuk meraih suara maksimal dan menambah kursi kita dari Deli Serdang,” kata pria yang akrab disapa Puli ini.

Faktor figuritas kata Puli, menjadi penting bagi mereka. Karena itu, untuk pertarungan di dapil Sumut III, sosok pengurus partai, tokoh ormas pemuda serta tokoh pendidikan ikut meramaikan perebutan kursi di DPRD Sumut dari Deli Serdang.

Menurut Pengamat Politik dan Pemerintahan UMSU Rio Affandi Siregar, pada pileg kali ini, peluang nama-nama lama diprediksi akan timbul kembali. Artinya, incumbent punya potensi lebih baik untuk bisa duduk. Meskipun nama dimaksud kemudian menjadi bacaleg dari partai berbeda. “Strategi pendekata ke masyarakat belum berubah. Jadi mereka yang duduk itu tentu punya pengalaman dalam memenangkan suara. Jadi, walaupun ada partai baru tetapi banyak juga yang wajah lama,” katanya.

Sedangkan untuk wajah baru itu sendiri, Rio menilai bahwa modal yang harus dimiliki seseorang selalu finansial adalah figuritas. Dirinyapun mencontohkan sepeti sosok bacaleg muda yang punya nama besar dari orang tuanya atau punya basis massa yang kuat.

Pengamat politik asal USU, Bimby Hidayat menjelaskan, secara umum alur dalam memahami konteks perebutan kursi DPRD ini harus melalui dua determinan, yakni analisis internal dan eksternal partai. “Alur internal dengan meninjau kembali posisi basis kekuatan maupun dukungan partai itu sendiri. Sedangkan alur eksternal ditekankan pada domain konstelasi politik masyarakat Sumut,” katanya.

Dengan mengambil logika memenangkan kontestasi, kata dia, Pileg memang membutuhkan figur-figur populis dan tidak bisa dipungkiri karena mengalami defisit ketersediaan kader, partai cenderung inklusif dalam mencalonkan jagoannya untuk merebut kursi yang penting memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi walau bukan kader sendiri.

“Hal lain juga perlu dipahami, merebut kursi bukanlah hal mudah ketika partai kehabisan kader, ditambah persaingan partai lain dan imbas karakter sistem pemilu yang kian liberal sehingga nama beken (popular) dan ketokohan sejumlah nama akan menjadi modal meraup suara,” terang Bimby. (prn/bal)

Exit mobile version