Site icon SumutPos

Pemikiran Modern Prof Syahrin Antar Ridwan Jadi Sarjana

Ujian Skripsi di Fakultas Agama Islam Universitas Al-Washliyah

Pemikiran Modern Prof Dr Syahrin Harahap MA mengantarkan Ridwan Harahap lulus pada ujian skripsi di Fakultas Agama Islam Universitas Al-Washliyah (FAI Univa), Sabtu (12/11).
RIDWAN HARAHAP mengikuti ujian skripsi bersama 28 mahasiswa FAI Univa lain dimulai pukul 09.30 hingga 15.00. Dari 29 mahasiswa yang akan menamatkan pendidikan sarjananya, Ridwan berhasil meraih prestasi nilai ujian skripsi dengan raihan nilai A.

Empat dosen penguji Ridwan Harahap yakni Drs Ahmad Mukhyar MPd, Drs Ansari MA, Dra Hasnil Aida MA (Dekan FAI Univa) dan Drs Sutrisno MPd pada akhir hasil sidang memberi nilai A (sangat memuaskan). Empat dosen penguji ini banyak memberi pertanyaan pada Ridwan perihal kajiannya terhadap pemikiran modern Prof Dr Syahrin Harahap MA tersebut.

Ridwan mengemukakan, Syahrin termasuk tokoh yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Sebab ada beberapa aspek dari pendidikan yang perlu dimodernisasi demi kemajuan dan relevansinya di zaman modern.

‘’Aspek landasan filosofinya, dimana pendidikan ke depan dijalankan pada falsafah rational- theocentric.Syahrin menekankan agar umat Islam lebih obyektif dalam memandang Barat. Sebab, Barat itu tidaklah selamanya jahat dan jelek. Ia  memiliki prinsip bahwa yang mesti diadopsi oleh umat Islam saat ini adalah peradaban Baratnya (hadharah, civilization) yang bersifat global dan universal. Bukan kebudayaan mereka (saqafah, culture) yang bersifat lokal dan sering kali jelek, jahat, kejam dan menyebalkan,’’ terang Ridwan.

Ia menambahkan, Prof Dr Syahrin Harahap MA menekankan pemahaman bahwa satu-satunya sumber ilmu pengetahuan bagi manusia adalah Allah SWT. ‘’Pandangan ini dianggap penting sebagai antisipasi terhadap munculnya sikap antroposentrik dan bahkan terpisahnya seorang penuntut ilmu (anak didik) dari fitrah dan bahkan dari Tuhannya,’’ ucap Ridwan.

Disamping itu, lanjut dia, Syahrin menekankan agar semua ilmu yang ada di jagad raya harus dipandang sebagai milik Allah. Kesimpulan lain yang dikemukakan Ridwan bahwa Syahrin menekankan perlunya optimalisasi fungsi akal dan kalbu secara seimbang. Namun, agar tidak terjadi kebablasan dalam penggunaan akal (berpikir) perlu diseimbangkan dengan pendayagunaan hati (perasaan) sekaligus.

Ridwan menambahkan Syahrin menggariskan guru harus senantiasa akrab dengan informasi media yang aktual, guru harus mampu memahami lapangan kerja dan senantiasa memotivasi siswanya untuk berwirausaha, guru harus senantiasa menjalin kerjasama dengan orang tua siswa demi keberhasilan proses belajar mengajar, guru harus mampu bertanggung jawab dan mengarahkan pendidikan pada penegakan dasar moral keagamaan, sehingga anak didik mampu membedakan antara yang baik dan jahat. ‘’Guru harus mengubah pola hubungannya dengan murid, yaitu hubungan yang berdasarkan hati nurani, bukan berdasarkan materi semata. Menurut Syahrin juga perlu dilakukan integrasi ilmu pada setiap kurikulum pendidikan, dimana ia harus mencerminkan keterpaduan antara ilmu-ilmu umum dan agama. Sebab, semua ilmu itu pada hakikatnya sama, yaitu ilmu Islam, yang bersumber dari Allah dan keduanya sama cepatnya mengantarkan manusia kepada kemajuan,’’ kata dia.

Kesimpulan kedelapan, lanjut Ridwan, Syahrin menjelaskan perlu dilakukan percepatan masa proses belajar di setiap jenjang pendidikan. ‘’Seringkali seseorang baru dapat menyelesaikan pendidikannya di saat usianya telah melewati usia produktif, sehingga tidak memiliki banyak waktu melakukan pemberdayaan di masyarakat lewat ilmu yang dimilikinya,’’ ungkapnya.

Secara terpisah Senin (14/11), Prof Dr Syahrin Harahap MA menyambut baik pemikirannya tentang pendidikan dikaji dalam skripsi penelitian mahasiswa. Ia menyebutkan, sebelumnya Fadlan, mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Sumut yang menjadi salah seorang lulusan terbaik IAIN Sumut. Fadlan mengkaji pemikiran dari visi dan misi pluralitas Prof Dr Syahrin Harahap MA. Syahrin yang juga Ketua FKUB Kota Medan mengatakan, pemikiran yang dikembangkannya bersifat universal dimana modernisasi pendidikan harus dilakukan sebagai bagian strategis, sistematis, memiliki visi masa depan agar mamnpu merespon persoalan kekinian dan masa depan. Guru Besar IAIN Sumut ini mengutarakan sikap cendikiawan muda membahas pemikiran pendidik di Sumut perlu terus dikenbabngkan. ‘’Kalau ada mahasiswa lain yang ingin melakukan kajian pemikiran suatu tokoh dapat terus dikembangkan,’’ ucapnya. (*/rel/sih)

Exit mobile version