Site icon SumutPos

Hj Fatimah Habibie Kembangkan Industri Kreatif di Sumut

Medan-Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Sumatera Utara (Dekranasda Sumut) Datin Seri Hj Fatimah Habibi Syamsul Arifin, berusaha secara berkelanjutan untuk terus mengembangkan kreatifitas kerajinan rakyat melalui Dekranasda Sumut yang dipimpinnya. Salah satu yang telah dihasilkan secara monumental adalah batik khas Sumut.

“Dahulu di Sumut tidak ada Batik, sekarang sudah ada hasil disain kami, dan telah terdaftar pada Hak Kekayaan Intlektual (HKI). Batik hasil disain kami ini sekarang dipakai pada setiap hari Kamis oleh Pegawai Pemprovsu,” kata Datin Seri Hj Fatimah Habibi Syamsul Arifin, dalam wawancara dengan wartawan akhir pekan lalu.

Dekranasda Sumut memang tak henti melakukan berbagai kegiatan bersifat promotif untuk mengembangkan industry kreatif ini, bukan hanya bersifat nasional tetapi juga sampai ke tingkat internasional. Pameran Dekranasda Sumut pernah dilaksanakan di India, Belanda, Jordan dan di Malaysia rutin setiap tahunnya.

“Juga pernah mengikuti Internaional Jewelery Internasional Exibetion di Mumbay, dan mereka hendak melakukan kerja sama. Tapi karena sesuatul hal kami masih menunda kerja sama tersebut,” tutur Hj Fatimah Habibi didampingi Sekteraris Dekranasda Provinsi Sumatera Utara Dra Hj Vita Lestari Nst, MSi.

Dituturkannya, aktivitas Dekranas Sumut yang digelar di berbagai tempat di Indonesia maupun di luar negeri, merupakan industri kreatif berbasis budaya. Apa yang mereka pamerkan merupakan cermin peradaban yang ada di Sumatera Utara dan mozaik etnik yang amat mempesona. “Tak jarang pengunjung yang datang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti Malaysia dan lain-lain berdecak kagum, betapa indah dan kayanya buah peradaban kita,” ujarnya.

Menurutnya, seperti hasil kerajinan tenun, Songket, Ulos, maupun kerajinan tangan lainnya yang sekarang disebut sebagai produk industri kreatif, tidak semata dilihat dari keindahannya tapi ada makna filosofis di dalamnya.

“Misalnya, songket Batu Bara yang cukup dikenal di dunia, warna dan coraknya adalah cermin alam terkembang yang mengerucut di dalam batin seseorang yang memakainya. Sebab, secara sosiologis, wangsa Melayu tidak terpisah dari tanah, air, laut dan hutan,” paparnya. Oleh sebab itu, Datin melalui Dekranasda Sumut, mengajak semua pihak untuk menggali dan menampilkan semua potensi produk industri kreatif yang berbasis budaya.

Sekadar diketahui, baru-baru ini ketika mengikuti pameran pada Kontes Perhiasan yang diselanggarakan oleh Mutumanikam Nusantara Indonesia, pada 1 – 4 Desembar di Jakarta Convention Center, Sumut memperoleh penghargaan sebagai peserta terfavorit disain perhiasaan. Pada kegiatan itu Dekranasda Sumut menampilkan produk industri kreatif dengan format baru.

Kalau lazimnya hanya ditampilkan pada seremonial adat diubah menjadi asesori yang dipakai seharian untuk memperindah penampilan diri. Misalnya tikar dipakai untuk tempat duduk kita ubah menjadi tas atau untuk kepentingan lainnya. Begitu juga Ulos maupun tenun Songket.  Sepanjang pengalaman pada pelbagai kegiatan belakangan ini, perhiasan tradisional etnik budaya Sumatera Utara yang merupakan warisan nenek moyang budaya Sumatera Utara telah memukau banyak orang yang mencintai warisan budaya bangsa setelah dikembangkan menjadi perhiasan/assesories yang bisa dipakai oleh perempuan disetiap kesempatan dan acara.

Datin Seri Hj Fatimah Habibi Syamsul Arifin yang punya daya seni yang tinggi dan kepedulian terhadap etnik budaya Sumatera Utara telah mengemas dan mengembangkan perhiasan tradisional etnik budaya Sumatera Utara sejak 3 tahun yang lalu setelah menjadi Ketua Dekranasda Provinsi Sumatera Utara.

Perhiasan tradisional etnik tersebut antara lain Etnik Karo yang dikemas menjadi kalung, bros, cincin, dan giwang. Etnik Dairi dikemas menjadi kalung. Etnik Toba yang dalam acara adat diikat dikepala yang disebut sortali yang dikemas menjadi kalung dan juga giwang. Etnik Tapsel yang dalam acara adat perkawinan disebut Leang yang dikemas menjadi bros. Etnik Tradisional adat Sibolga juga telah dikemas menjadi kalung.

Saat ini banyak pesanan dari ibu-ibu disainer dan artis yang masih dalam proses produksi, karena pada saat pameran mutumanikam tgl 1 s/d 4 Desember 2011 di JCC – Jakarta, barang telah terjual. (rel) Mereka yang meminati tersebut antara lain Cristien Hakim memesan 2 buah kalung etnik Karo dan 1 set anting-anting etnik Karo, Ny Annisa Larasati Pohan Agus Harimurti Yudhoyono dan Ny Aliya Edhie Baskoro setelah membeli assesories Karo dan Sibolga juga memesan Kalung Dairi dan Sibolga.

Piala dan Penghargaan juara I katagori perhiasan desain tradisional terfavorit untuk stand Dekranasda Sumut tersebut diterima oleh satf Dekranasda Provinsi Sumatera Utara Natalia Manurung. (choking)

Exit mobile version