Site icon SumutPos

Buang Kepuasan Pribadi demi Orang Banyak

Hasbullah Hadi, Ketua DPW Al Washliyah Sumatera Utara

Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tak membuat Drs H Hasbullah Hadi SH MKn puas. Dua kali dia berhenti dengan hormat: pertama di Depdikbud RI (1977-1981) dan kedua di Departemen Agama RI (1984-1998). Kini, dia menikmati hidup dengan berorganisasi. Tercatat berbagai organisasi kemasyarakatan dan politik yang dia ikuti. Berikut hasil wawancara Ketua Pimpinan Wilayah Al Washliyah Provinsi Sumatera itu dengan Sumut Pos, beberapa hari lalu.

Meninggalkan dunia PNS yang dianggap ‘nyaman’ tentu dengan pemikiran panjang. Dasar apa yang membuat bapak mengambil keputusan meninggalkan posisi itu? Padahal, cukup banyak warga Indonesia yang menginginkan posisi sebagai PNS.

(Tertawa). Saya berhenti menjadi pegawai negeri karena saya tidak berbakat ‘menjilat’ ke atas dan ‘memijak’ ke bawah. Saya tak pandai yang begitu.

Dua periode dan selama 18 tahun, apakah tidak sayang?

Saya berkesimpulan, saya tidak punya bakat jadi pegawai. Mengusahakan eselon IV atau eselon V pun saya tak mampu. Bukannya saya terlalu bodoh, tapi saya memang tidak berbakat di bidang birokrat.

Ada situasi ketika tidak lagi diposisi yang sama seseorang akan mengalami guncangan jika tidak menemukan kesibukan yang seimbang. Nah, tidak lagi menjadi PNS, apa yang Anda rasakan?

Saya berwiraswasta dan akhirnya saya diangkat jadi notaris. Lalu, saya terjun ke dunia politik.

Politik?

Saya berorganisasi malah sejak kecil. Saya sudah berorganisasi sejak kelas III SMP. Jadi saya menghimpun teman-teman sebaya saya. Kalau ada tetangga yang mengadakan pesta, kami bantu.

Semacam geng atau kelompok anak muda sekarang begitu?

Ya. Kalau dibilang memulai organisasi resmi sejak di Medan. Kalau di kampung tadi, masih terbilang organisasi-organisasian. Setelah tamat, saya masuk ke IAIN dan bergabung dengan perhimpunan mahasiswa Alwasliyah selama satu tahun. Saat rapat anggota komisaris, saya terpilih menjadi ketua komisariat. Selama dua periode saya tetap terpilih. Saat duduk di tingkat III (semester VI) dalam konferensi mahasiswa Alwasliyah se-Kota Medan di Belawan, saat itu yang saya ingat, saya pun diangkat menjadi ketua pimpinan cabang. Pada konferensi wilayah ke V, saya terpilih menjadi ketua pimpinan wilayah V Sumut. Saat menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Mahasiswa, saya dikejar-kejar pada masa itu. Saat itu ketua Dewan Mahasiswa, Norman Siregar ditangkap, saat itu saya sempat lari hingga ke Banda Aceh.

Setelah terjun ke dunia politik, apa yang telah Anda raih?

Jangan gunakan kata raih, seakan hal itu sebagai tujuan saja, mngkin lebih tepatnya pengabdian. Di dunia politik saya sempat menjadi anggota DPRD Sumut dua periode. Sempat pula menjadi wakil ketua DPRD Sumut.

Tentunya berhubungan dengan dunia kepartaian?

Ya. Saya sempat terlibat di MPC-DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Lalu, ketua umum DPW Partai Umat Islam (PUI) dan terakhir beberapa posisi di Partai Demokrat hingga sekarang.

Hasbullah pun bercerita tentang masa kecilnya. Dia dilahirkan dari keluarga Melayu-Jawa. Ibunya suku Jawa tapi lahir di Langkat dan dilahirkan di Pangkalansusu. Sedangkan sang ayah merupakan asli Melayu Langkat, dari Pangkalanbrandan.

Di Pangkalansusu ayah saya bertemu dengan ibu saya, pada 1952; zaman pemberontakan. Saya masih ingat karena ayah saya seorang polisi. Saya lahir di Pematangsiantar pada 1952, waktu ayah saya bertugas di sana. Masa kecil saya yang saya ingat, biasanya kala malam hari kalau ada suara tembakan, saya tidur di bawah kolong dan ayah pergi operasi.

Seberapa besar peran ayah dalam kehidupan Anda?

Ayah menanamkan kepada saya, hidup ini jangan untuk kepentingan diri sendiri. Kita juga harus bisa memikirkan orang lain. Jadi itulah yang menyebabkan saya aktif berorganisasi sejak kecil karena saya merasa dengan berorganisasi kita bisa berbuat untuk orang banyak.

Apakah pesan sang ayah yang mengakar hingga Anda menjadi pemimpin?

Ya. Seperti itulah.

Pilgubsu?

(Tersenyum) Sebetulnya ini tidak bermula datang dari saya. Datang dari elemen-elemen masyarakat. Setiap kali saya turun (ke daerah, Red) mereka mengatakan, mengapa bapak tidak mencalonkan diri jadi gubernur. Lantas saya berpikir, apakah ini bukan mimpi? Dan mereka mengatakan, semua hidup bermula dari mimpi.

Lalu?

Waktu dibahas, dipanggilah pakar-pakar, ada doktor komunikasi, doktor hukum dan lain sebagainya. Apakah ini mungkin? Kesimpulannya Alwasliyah harus maju, dengan kondisi sekarang. Latar belakang masyarakat, latar belakang perkembangan partai, korupsi dan lain-lain. Kita harus maju. Akhirnya Alwasliyah memutuskan untuk maju. Tapi siapa orangnya? Maka, ditunjuklah ketuanya yang berarti saya.

Selama ini Anda dikenal sebagai kader partai, apakah ini tidak bermasalah dengan maju sebagai calon independen?

Saya tidak mau berandai-andai, tapi saya yakin bahwa partai akan bersikap arif bila melihat kader-kadernya maju.

Baiklah, seperti apa Anda melihat Sumut setelah 2013?

Sumut ke depan, yang ada di dalam mimpi kita, rakyatnya memiliki kesejahteraan. Rakyat yang sejahtera itu pasti tidak miskin, tapi rakyat yang tidak miskin belum tentu sejahtera. Menciptakan masyarakat yang cerdas karena masyarakat yang cerdas pasti tidak bodoh. Sedangkan masyarakat yang tidak bodoh, belum tentu cerdas. Di samping itu kita juga menciptakan masyarakat yang sehat jasmani rohani. Masyarakat yang sehat jasmani dan rohani pasti tidak sakit, sedangkan masyarakat yang tidak sakit belum tentu sehat jasmani dan rohani. Satu hal lagi, yakni kembalikan hak-hak tanah rakyat. (*)

Biarkan Anak Berkembang Sesuai Minat

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.

Larik syair Khalil Gibran pada sajak On Children atau Anak-anakmu tampaknya terserap indah dalam hidup Hasbullah Hadi. Bagaimana tidak, sebagai bapak dari tiga anak, Hasbullah Hadi membebaskan pilihan hidup anaknya itu sesuai minat masing-masing.

Sejarah mencatat Hasbullah tidak bias lepas dari kehidupan berorganisasi dan politik. Namun, dia tidak sekalipun mengajak atau memaksa tiga anaknya untuk mengikuti langkahnya.

“Saya termasuk demokratis di dalam keluarga,” akunya.

Pun soal pendidikan, Hasbullah mengaku memberi kebebasan pada anaknya untuk memilih pendidikan tingkat lanjut. Bak busur, seperti kata khalil, dia membiarkan dirinya menjadi pijakan ketika anak panah itu melesat. Sebagai pijakan anak panah, Hasbullah hanya menetapkan dasar. “Hanya saja sampai SMA saya wajibkan mereka masuk madrasah sanawiyah dan aliyah,” tambahnya.

Selanjutnya Nurhimmi Falahiyati, Hasanul Jihadi, dan Ummi Rizki Hadiyati bebas memilih tempat kuliah. Ada yang di USU dan ada juga yang di UMA. Pilihan ilmu pun beragam, ada yang hukum hingga kedokteran. “Semuanya masuk perguruan tinggi melalui tes (SNMPTN, Red). Saya tidak pernah menggunakan jabatan saya agar anak saya lapang jalannya,” jelas Hasbullah.

Menariknya, ketika ada anaknya yang ingin menjadi PNS, Hasbullah pun tidak turun tangan. Sang anak akhirnya diterima sebagai PNS setelah mengikuti ujian tujuh kali. “Orang-orang sempat protes, tapi saya mempersilahkan anak saya untuk berkembang sendiri,” tutupnya. (*)
Begitulah, engkaulah busur asal anakmu//anak panah hidup, melesat pergi. Ya, seperti kata sang Khalil Gibran. (*)

[table caption=”Data diri”]
Nama   , :    Drs H Hasbullah Hadi SH MKn
Lahir   , :     P. Siantar 7 Agustus 1952
Alamat   ,” :     Jalan Kasuari II, Kenangan Baru, Percut Seituan”
Istri    ,:     Dra Hj Nurhanum Sitorus
Anak  ,”  :1. Nurhimmi Falahiyati SH Mkn, 2. Hasanul Jihadi,3. Ummi Rizki Hadiyati”

[/table]

Pendidikan

Pengalaman Kerja

  1. PNS Depdikbud RI (1977-1981); berhenti dengan hormat
  2. PNS Departemen Agama RI (1984-1998); berhenti dengan hormat; dengan hak pensiun.
  3. Dosen tetap UNIVA Medan
  4. Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Al Washliyah Medan
  5. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Al Washliyah Medan
  6. Rektor Universitas Al Washliyah Medan
  7. Notaris di Kabupaten Deliserdang
  8. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kabupaten Deliserdang
  9. Konsultan Hukum pada beberapa bank swasta di Medan dan         Deliserdang
  10. Komisaris Utama Bank BPRS Al Washliyah
  11. Dewan Pengawas BMT Al Huda Medan
  12. dll

Pengalaman Legislatif

Pengalaman Organisasi

a. Kemasyarakatan

  1. Ketua Umum Ikatan Pelajar Pendidikan Guru Agama Islam  Negeri Medan
  2. Ketua Pimpinan Himpunan Mahasiswa Al Washliyah Fakultas  Tarbiyah IAIN Sumut
  3. Ketua Pimpinan Himpunan Mahasiswa Al Washliyah Sumut
  4. Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Al Jami’yatul Washliyah Sumut
  5. Wakil Ketua Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia Deliserdang
  6. Ketua Pimpinan Wilayah Al Washliyah Sumut
  7. Dll

b. Politik

  1. MPC-DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
  2. Ketua Umum Pimpinan Wilayah Partai Umat Islam (PUI)
  3. Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Sumut
  4. Wakil Sekretaris DPD Partai Demokrat Sumut
  5. Sekretaris Dewan Kehormatan DPD Partai Demokrat Sumut

 

Exit mobile version