Site icon SumutPos

Polisi Spesialis Operasi

Kombes Pol Ario Gatut Kristianto, Direktur Polisi Perairan Polda Sumut

Karir Ario Gatut Kristianto di Kepolisian RI, penuh warna hingga akhirnya memangku jabatan Direktur Polisi Perairan Polda Sumut, 1 April 2011 hingga sekarang. Lulusan AKABRI tahun 1988 ini ternyata sudah tiga kali bertugas di daerah operasi.

DIABADIKAN: Kombes Pol Ario Gatut Kristianto diabadikan di ruang kerjanya di Mako Polisi Perairan Belawan.

Bagi ayah dua anak ini, bertugas di daerah operasi menjadi tantangan sekaligus ujian pekerjaan di lingkungan Polri. Tapi syukurnya semua bisa dijalani dengan baik, tugas berjalan lancar, visi operasi tercapai, pulang dengan selamat.
Karena seringnya bertugas di daerah operasi, Ario Gatut Kristianto ‘dicap’ sebagai  polisi spesialis operasi. Buktinya begitu selesai Operasi Sintuwu Maroso Poso I (Dan Sektor B) tahun 2003, maka tahun 2008 ditunjuk lagi untuk mengikuti Operasi Dharma Nusa Polda Maluku hingga tahun 2012. Lantas apa pesan dan kesannya selama berkarir di kepolisian dan harapannya di HUT ke-62 Polisi Perairan? berikut petikan wawancara wartawan koran ini Adi Candra Sirait dengan  Kombes Pol Ario Gatut Kristianto di Mako Polisi Perairan Belawan, Kamis (22/11).

Apa pesan dan kesan Anda selama bertugas di Direktorat Polisi Perairan Polda Sumut?

Banyak. Iklim kerja nyaman dan jauh berbeda pada saat saya bertugas di wilayah Timur terutama di daerah operasi. Sejak saya dilantik menjadi Direktur Polisi Perairan Polda Sumut 1 April 2011, banyak pesan dan kesan yang saya dapatkan. Di Sumut masyarakatnya santun dan patuh terhadap peraturan. Tapi di daerah Timur masyarakatnya keras sehingga perlu dilakukan penegakan hukum.
Istilahnya kalau sama orang Sumut ngomong saja kita kepada mereka langsung didengarkan dan dilaksanakan, tetapi kalau orang Timur harus ditindak dulu baru didengarkan.

Adakah kesan yang paling istimewa bagi Anda selama bertugas di kepolisian?

Ada, pada saat bertugas Operasi Seroja Timor Timur tahun 1996 hingga 1999. Dulu pada saat operasi itu, ibu saya menangis melihat saya bertugas di daerah operasi. Apalagi pada waktu itu situasi keamanan tidak kondusif. Gerombolan Pengganggu Keamanan (GPK) terus melancarkan aksinya untuk memisahkan diri dari NKRI. Yang namanya aksi tembak menembak bukan hal yang baru, baik itu pagi maupun malam hari. Pada saat itu saya berusaha menenangkan hati ibu saya, dengan mengatakan saya tidak akan apa-apa selama bertugas di daerah operasi.

Apa kiat Anda supaya tenang berada di daerah operasi?

Wah tidak ada yang istimewa. Cuma saya punya prinsip dimana pun ditugaskan, saya siap saja. Makanya, ketika saya ditugaskan berulang kali di daerah operasi saya jalani. Bagi saya selama Tuhan Yang Maha Kuasa belum mentakdirkan kita untuk meninggal, pasti tidak akan meninggal meskipun sudah sepuluh peluru bersarang. Jadi kuncinya jalani saja tugas dengan baik dan jangan pernah meminta dimana untuk ditugaskan.

Lantas kenapa Anda bercita-cita menjadi Polisi?

Wah, kalau itu panjang ceritanya. Dulu waktu saya SMP dan SMA saya sudah suka dengan jiwa Polisi. Melihat polisi pakai pakaian preman, bawa pistol, rasanya luar biasa gagahnya. Itulah dulu, semangat masih menggebu-gebu. Begitu tamat SMA saya langsung tes AKABRI dan akhirnya lulus. Meskipun pada saat bersamaan juga saya lulus testing Sipenmaru di Universitas Islam Indonesia (UII) dan Secaba Polri. Keduanya saya batalkan dan memilih melanjutkan pendidikan AKABRI.

Bagaimana dukungan orangtua pada waktu itu?

Pada saat saya mendaftar masuk AKABRI kedua orangtua saya tidak tahu, karena saya ingin buat surprice. Meskipun Ayah saya adalah salah seorang perwira di TNI. Mereka tahunya pada saat membuat surat pernyataan tidak keberatan dari orangtua bahwa anaknya bersedia ikut pendidikan AKABRI. Dari situlah mereka tahu, mungkin kalau tidak ada surat itu, mereka bakal tidak mengetahui saya mendaftar AKABRI.

Jadi bagaimana perasaan orangtua dan Anda ketika lulus AKABRI?

Sangat bangga sekali. Di tengah ratusan peminat dari penjuru Indonesia akhirnya saya bisa lulus. Sebelum masuk Polisi, tak terbayangkan bagi saya untuk bertugas di daerah operasi, karena yang terbayangkan adalah jadi Polisi bisa bertugas di bagian Serse. Tapi nyatanya bertugas di bagian Serse hanya sebentar saja, melainkan kebanyakan bertugas di bagian Sabhara, daerah operasi dan sekarang di Polisi Perairan. Tapi bagi saya dimana pun ditempatkan saya siap. Kuncinya cintai pekerjaan dengan baik dan jangan pernah cengeng dan menyerah.

Tanggal 1 Desember nanti, Polisi Perairan berulang tahun yang ke-62, sebagai komandan Pol Air Poldasu apa harapan Anda?

Tentunya menjadi polisi yang baik dan dicintai masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsinya. Saya melihat di Sumut ini masyarakat masih enggan berhubungan dengan Polisi Perairan. Hal ini bisa dibuktikan dari jarangnya masyarakat terutama korban perompakan di laut untuk melaporkan kepada Polisi Perairan. Hal ini didasari atas rasa takut korban kepada perompok. Kondisi ini tentunya membuat Polisi Perairan kesulitan dalam mengungkap kasus perompakan di laut.

Lalu pembenahan apa yang Anda lakukan?

Pendekatan. Baru-baru ini saya dan anggota melakukan patroli ke seluruh wilayah perairan Polda Sumut. Selain berdialog dengan personel yang berada di satuan-satuan masing-masing, saya juga menyempatkan diri dialog dengan masyarakat. Tujuannya untuk menjalin keakraban dengan masyarakat sehingga timbul saling kerja sama yang baik dalam menegakkan peraturan di laut. Selain itu yang tidak kalah pentingnya lagi adalah penyediaan sarana semisal kapal. Dalam waktu dekat ini kita mendapatkan dua tambahan kapal guna menunjang kinerja anggota. (*)

Suka Menembak

Sejak kecil Ario Gatut Kristianto memiliki kebiasaan menembak. Hobi ini muncul karena seringnya suami Elis Setiawati ini diajak ayahnya berburu ke hutan.

“Dulu waktu saya kecil sering dibawa Ayah berburu binatang buas. Dalam berburu saya dilengkapi dengan senjata,” ungkap Ario. Pria kelahiran Madiun 23 Mei 1966 ini menuturkan sasaran perburuan mereka biasanya di hutan Gunung Lawu dan beberapa hutan yang banyak dihuni binatang buas. “Dari seringnya berburu inilah akhirnya saya menembak,” terang Ario.

Mantan Direktur Polisi Perairan Polda Maluku Utara ini menjelaskan olahraga menembak dapat melatih konsentrasi sesorang, pengaturan pernafasan dan lain sebagainya. Nah, sekarang kalau latihan, Ario selaku ke Perbakin dengan atlet menembak lainnya. “Tapi sekarang latihannya tidak begitu rutin. Paling pun, jika pas pingin baru latihan,” ujar Ario. Lantas bagaimana dengan olahraga lainnya semisal golf dan tenis? Ditanya begitu Ario menjawab kedua olahraga itu dia juga suka. “Saya suka tenis dan golf. Di rumah stick golf saya ada dan selama di Medan tidak pernah dimainkan,” kata Ario. (dra)

[table caption=”Biodata” delimiter=”:”]

Nama    :     Kombes Pol Ario Gatut Kristianto
Lahir    :     Madiun/23 Mei 1966
Istri    :     Elis Setiawati
Anak    :    2 Orang
:   1. M Ario Guntur Setiadi
:  2. M Ario Guntur Setiaji
Jabatan    :    Direktur Polisi Perairan Polda Sumut

[/table]

Exit mobile version