Site icon SumutPos

Gubsu Bentuk Tim Danau Toba Atur Masjid, KJA, dan Hewan Kaki Empat

DANAU TOBA: Sejumlah pengunjung mendirikan tenda di pinggiran Danau Toba tepatnya di Paropo, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatra Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi, kembali menyampaikan salah satu fokusnya membangun Sumut, yakni terkait pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba.

“Saya nanti akan bentuk tim untuk Danau Toba,” kata Edy didampingi Asisten Administrasi Umum dan Aset, M Fitriyus, dan Kepala Biro Humasn

dan Keprotokolan, Hendra Dermawan, kepada wartawan, di kantor gubernur, Jalan Diponegoro, Medan, Kamis (22/8).

Tim yang dimaksud Edy adalah Tim Percepatan Kesuksesan Pariwisata Kawasan Danau Toba. Tim itu antara lain nantinya menyelaraskan tugas-tugas pengembangan Danau Toba dari berbagai sektor, seperti penanganan dan pengelolaan limbah industri dan limbah rumah tangga hingga penataan keramba jaring apung.

Kemudian penataan hewan berkaki empat agar tidak sembarang dipotong di tempat-tempat umum, karena status Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Termasuk mendirikan masjid.

Pembentukan tim yang sedang digagas tersebut, menurut Gubernur Edy, sangat penting mengingat besarnya dana dari pemerintah pusat dan investor yang dialokasikan ke kawasan Danau Toba. Menurutnya, jangan sampai pengalokasian dana yang besar itu tidak memberi manfaat.

Soal pembentukan tim itu, sudah disampaikannya kepada Presiden Joko Widodo dan Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan. “Saya ngomong itu. Pak, namanya orang dagang itu ‘kan harus untung. Ini ‘kan seperti itu dagang (cara jual wisata Danau Toba saat ini), makanya harus didesain dengan benar. Bukan hanya infrastruktur, lingkungan. Ini ‘kan harus terpadu sehingga wisatawan itu dating, gitu,” sebut Edy.

Menurut Edy, tidak perlu dipaksa akan datangnya wisatawan mancanegara dari seantero dunia. Wisman dari Australia misalnya, biasanya lebih memilih Bali. Tetapi ada wisman terdekat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand. “Yang terjauh pasti masih Cina lah,” sebutnya.

Wisman dari negara-negata tetangga itu harus dipahami soal keinginannya, latar belakang dan adat istiadat. Misalnya wisman Malaysia dan Brunei. “Tidak kalian bikin di sana masjid. Tak datang dia (wisman) itu. Sempat potong-potong babi di luar, sekali datang besok tak datang lagi itu,” sebut Edy mencontohkan.

Selain itu, Edy juga menyoroti kualitas air Danau Toba. “Saya panggil itu Triaton, begitu dicek itu airnya mereka mundur. Wadoh repot lagi ini. Mau kita banyak tapi yang lain tak mau, kan nggak ketemu,” tambah Edy, seraya menekankan pentingnya memahami apa maunya wisatawan. (mbc)

Exit mobile version