Site icon SumutPos

Kebebasan Syamsul Belum Diketahui Istri

 

Syamsul Arifin

MEDAN, SUMUTPOS.CO-Tahun ini mantan Gubernur Sumatera Utara, Syamsul Arifin, akan bebas bersyarat. Ini karena dia telah melaksanakan 2/3 masa tahannya. Lalu, bagaimana persiapan di kediaman Syamsul dan seperti apa tanggapan istrinya, Fatimah Habibie?

Rumah Syamsul yang beralamatkan di Jalan STM Gang Suka Darma No 12, Kelurahan Harjosari, Kecamatan Medan Johor terlihat lengang dan sepi sekitar pukul 19.30 WIB. Namun dari kejauhan tampak sebuah mobil jenis Kijang Inova warna hitam dengan nomor polisi BK 1501 NR dan beberapa unit sepeda motor jenis bebek.

Rumah yang didominasi dengan warna kuning itu tampak asri karena dikelilingi pepohonan, pagar besi berwarna coklat menjadi penghadang setiap orang yang ingin masuk kedalam rumah karena tergembok.

Setengah jam menunggu, tiga orang wanita datang dua orang gadis muda menghampiri gerbang utama untuk mengantar temannya yang hendak keluar rumah. Setelah salah seorang temannya keluar gerbang, kedua gadis yang mengaku sebagai pembatu di rumah Syamsul Arifin itu mengatakan petugas keamanan rumah sedang makan malam.

” Ada satpamnya, tapi sedang makan malam. Biasanya dia yang menghadapi tamu, saya tidak bisa melayani tamu karena hanya pembantu,” ujarnya sembari berlalu.

Tiga puluh menit kemudian, pria yang mengaku bekerja sebagai petugas keamanan rumah mengatakan Fatimah Habibie sedang berada di rumah, namun untuk bertemu harus membuat janji terlebih dahulu.

“Harusnya buat janji dulu, ibu tidak mau sembarang menerima tamu,” kata pria yang mengaku bernama Mari.

Mari yang sudah 8 tahun ikut dengan keluarga Samsul Arifin itu mengatakan, bahwasannya Fatimah Habibi meminta dirinya untuk mengantarkan ke suatu tempat. “Ibu  mau keluar. Coba nanti samperi beliau ketika hendak keluar rumah, ” sarannya.

Sekitar pukul 20.50 WIB, mobil Kijang Inova berwarna hitam gelap dengan nomor polisi BK 1501 NR hendak keluar rumah. Tak pelak, kesempatan itu langsung Sumut Pos tangkap. ” Saya belum terima kabar itu, kalau memang itu terjadi. Syukur Alhamdulillah,” ujarnya kepada Sumut Pos dari dalam mobil ketika ditanya soal pembebasan Syamsul Arifin.

Dia mengaku kondisi Samsul Arifin sudah lebih sehat dari sebelumnya. “Kesehatan bapak sudah lebih baik,” katanya sembari berlalu.

Sebagai informasi, Syamsul Arifin tahun ini bakal meninggalkan Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Sukamiskin, Bandung. Belum dipastikan bulan apa terpidana kasus korupsi APBD Langkat itu akan mendapatkan hak pembebasan bersyarat.

Namun, perkiraan kasar, Syamsul bakal menghirup udara bebas sekitar Oktober 2014. Pasalnya, Syamsul ditahan KPK sejak 22 Oktober 2010. Vonis tingkat kasasi di Mahkamah Agung (MA), yang diperkuat putusan tingkat PK, Syamsul diganjar enam tahun penjara.

Dengan demikian, 2/3 masa kurungan bila Syamsul sudah menjalani empat tahun pemenjaraan, yang jatuh pada Oktober 2014.  Dipotong masa penahanan lewat remisi 17 Agustus dan remisi saat Idul Fitri, sebenarnya 2/3 masa pemenjaraan bisa sebelum Oktober 2014. Hanya saja, Syamsul juga sempat beberapa kali dibantarkan ke rumah sakit, yang tidak dihitung sebagai masa penahanan.

Yang pasti, Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Sukamiskin, Bandung, Giri Purbadi memastikan Syamsul bakal bebas bersyarat tahun ini. “Tahun ini Pak Syamsul bebas bersyarat,” ujar Giri Purbadi saat dihubungi koran ini dari Jakarta, kemarin (24/3).

Namun Giri mengaku belum berani memastikan bulan pembebasan bersyarat Syamsul. “Tapi bisa dihitung sendiri itu,” kata Giri. Yang jelas, tidak dalam bulan-bulan terdekat ini.

“Ini saya sedang memproses pengusulan nama-nama pembebasan bersyarat, tapi belum ada nama Pak Syamsul. Tapi beliau tahun ini bebas bersyarat,” ujarnya mengulang.

Terkait kondisi Syamsul sendiri, Giri mengatakan, mantan Ketua DPD Golkar Sumut itu saat ini sudah berada di LP Sukamiskin, setelah beberapa waktu lalu sempat dirawat di Rumah Sakit Santoso, Bandung.

Namun, meski sudah tidak dirawat di RS, kondisi kesehatan Syamsul belum sepenuhna bugar. Syamsul juga sudah mampu jalan sendiri, tidak berada di kursi roda lagi.

“Tapi ya seperti itulah…paling jalan lima puluh langkah, berhenti, duduk,” cerita Giri.

Agar kondisi Syamsul cepat pulih, pihak Lapas mengontrol secara ketat makanan yang akan dikonsumsi pria berbadan tambun yang penyakit jantungnya kerap kambuh itu. “Pak Syamsul itu suka makan apa saja. Nah, ini yang kita kontrol dan beliau patuh dengan nasihat dokter yang ada di sini. Makanan disediakan pihak keluarga, tapi tetap dalam pengawasan dokter kita,” terangnya.

Diceritakan, Syamsul menjalani rutinitas di lapas dengan penuh gairah, tidak mengeluh. Pagi-pagi sudah ke masjid yang ada di lapas, salat, dilanjutkan pengajian. “Tapi belum bisa sujud. Salatnya sambil duduk,” kata Giri.

Syamsul, kata Giri, juga sangat antusias saat mengikuti acara rutin berupa bedah buku. Di LP Sukamiskin, lanjutnya, memang ada acara bedah buku. “Buku apa saja, buku yang baru terbit, kita beli, terus kita bedah, kita diskusikan. Pak Syamsul suka itu,” imbuhnya lagi.

Syamsul juga tidak pernah mengeluhkan kondisi Lapas. “Pak Syamsul itu orangnya apa adanya. Tak pernah mengeluh, bergaulnya juga tak pilih-pilih. Kayaknya sudah pembawaan dia seperti itu,” ujarnya.

Apa Syamsul pernah curhat? Giri mengiyakan. Yang dikeluhkan Syamsul adalah proses pemeriksaan saat disidik di KPK dulu.  “Pak Syamsul bilang, saat diperiksa dulu hanya jawab, ‘iya, iya’ saja. Katanya, ‘kalau masuk penjara ya nasib, yang penting sudah menjalani hidup semaksimal mungkin untuk kebaikan.  Hanya Tuhan yang tahu mana benar dan mana yang salah.’ Kayaknya beliau legowo, menerima keadaan ini,” pungkas Giri. (dik/sam/rbb)

Exit mobile version