MANTAN Menteri Perekonomian Dr Rizal Ramli mengaku, secara ekonomi makro bangsa Indonesia berada dalam kondisi membaik tapi kenyataannya rakyat tetap saja miskin. “Sekitar 80 persen penduduk kita hidup dengan pendapatan per kapita yang rendah, walaupun suku bunga rupiah menguat dan ekonomi membaik, hanya 20 persen penduduk yang hidupnya lebih baik,” kata Rizal Ramli dalam stadium general di FE UMSU, Sabtu (9/7).
Acara ini juga dihadiri Rektor UMSU Drs Agussani MAP, Dekan FE Zulaspan SE MSi, para wakil dekan, mahasiswa dan undangan lainnya. Setelah lebih 60 tahun negara merdeka, kata Rizal, kondisi bangsa ini saat ini sudah dijalur yang benar, tapi bila dibandingkan dengan negara seperti Malaysia, Singapura, Filiphina, Thailand, Korea, Cina dan negara di Asia Tenggara yang penduduknya sudah sejahtera tapi anehnya kondisi bangsa ini tetap saja terus terpuruk.
Zaman reformasi, lanjutnya, menuntut perubahan mendasar dan perlu belajar banyak dari negara berkembang lainnya yang melakukan pendekatan komparatif tidak saja atau mungkin bangsa ini sudah ditakdirkan menjadi negara yang kalah bersaing dengan pemimpin bangsa ini yang tak punya harapan kedepan.
Ironisnya, sejak dua tahun terakhir ini bangsa Indonesia tetap saja mengadopsi kebijakan ekonomi neoliberal dan menjadi jalur atau pintu masuk dari kebijakan neo-kolonialisme seperti di zaman penjajahan.
Pemerintahan SBY, lanjutnya, lebih memikirkan untuk tetap menaikkan harga-harga kebutuhan pokok bagi masyarakat. Kenyataan ini terbalik, karena negara di Asia Tenggara yang lebih memperhatikan peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan perkapita rakyatnya telah meninggalkan ekonomi neoliberal dan neo-kolonialisme.
Ia menilai, tahun 2011 ini merupakan tahun kebenaran dan di 15 tahun kedepannya bangsa ini bisa berubah asalkan tidak terjadi korupsi. Perilaku tidak benar dan kebohongan, korupsi yang merajalela harus diberantas dan dihapuskan.
“Kita akan menjadi negara yang kuat karena didukung potensi sumber daya alam yang kaya,” ujarnya.
Rektor UMSU Drs Agussani MAP mengatakan, kuliah umum atau stadium general dengan mendatangkan pakar ekonomi merupakan acuan untuk meningkatkan kompetensi kelulusan. Melalui pemikiran dan masukan yang diberikan narasumber hendaknya dapat merubah pola pikir mahasiswa agar kedepannya bisa merubah bangsa ini menjadi lebih maju dan berkembang. (*/sih)