31 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

The King’s Speech, Ketika Si Gagap Jadi Raja Inggris

Ini dia film yang meraih perolehan nominator terbanyak dalam acara Academy Awards ke-83. Dari 24 nominasi yang ada, The King’s Speech meraih setengahnya dan menjadikan film produksi See Saw Films dan Bedlam Productions itu merajai Oscar 2011 yang merupakan ajang perfilman paling bergengsi di dunia.

F ilm ini mengisahkan perjalanan hidup pangeran Albert (Colin Firth) yang akhirnya dinobatkan sebagai raja setelah Setelah kematian ayahandanya, raja George V (Michael Gambon). Diangkatnya ayah dua anak ini menjadi raja baru Inggris karena sang kakak, pangeran Edward VIII (Guy Pearce) yang seharusnya berkuasa, rela turun tahta karena lebih memilih seorang janda keturunan Amerika untuk dinikahinya.

Pangeran Albert memang tak pernah berharap menjadi Raja Inggris. Ia tahu benar keterbatasan yang ia miliki. Tak mungkin ia memimpin sebuah negara sebesar Inggris, sementara berbicara di depan umum saja sudah jadi perjuangan berat buatnya. Celakanya takdir berkata lain dan Albert harus segera naik tahta.

Bertie, panggilan keluarga untuk Raja Albert Frederick Arthur George, merasa tertekan dengan kondisi yang dialaminya. Menjadi putra Raja yang seringkali berbasa-basi dengan segala kunjungan kerajaan yang memaksanya harus berbicara di depan publik termasuk berbicara dengan ayahnya adalah saat-saat yang menyiksa.
Apalagi, sebelum dinobatkan sebagai Raja, beberapa kali Bertie harus mewakili pidato ayahnya yang sakit, baik secara langsung maupun melalui siaran radio dan hasilnya sangat mengecewakan bagi siapa saja yang mendengarnya.
Beragam cara dicoba Bertie untuk menyembuhkan gagapnya, termasuk melakukan terapi mengulum kelereng sambil tetap harus bicara, semua pernah dilakukannya. Sayang tak satupun bisa mengurangi kegagapannya. Sampai akhirnya istri Bertie (Elizabeth Bowles-Lyon), bertemu dengan Lionel Louge, terapis bicara asal Australia. Lionel bersedia membantu, asal terapi dilakukan di kantornya dan menolak memanggil Yang Mulia tapi kan menganggap Berite sebagai teman. Batasan antara Raja dan rakyatnya mendadak hilang, saat Bertie dan Lionel bertemu di ruang terapis Lionel yang suram dan sederhana.

Kesabaran Lionel akhirnya bisa mengurangi kegagapan Bertie dan membantu mengubah sifatnya yang tak sabaran, emosional, pemalu, dan rasa minder yang terbentuk sejak kecil. Tekanan dari Raja George V dan perlakuan pengasuhnya membuat kegagapan Bertie semakin menjadi saat dia dewasa.

Proses Bertie mengatasi kegagapan, kesetiaan Leonal, dan terkuaknya identitas Leonal sebagai terapis gadungan membuat film ini sangat menarik. Akting Colin Firth sebagai Bertie begitu cerdas, bicara gagapnya terasa sangat nyata diramu dengan ekspresi emosi yang meledak-ledak. Tak heran jika Firth masuk dalam nominasi aktor terbaik dan mengukuhkan THE KING’S SPEECH sebagai film terbaik Oscar tahun ini.

Melihat film ini, terasa trenyuh sekaligus takjub. Tak pernah sekalipun membayangkan begitu putus asanya mengeluarkan sederet kalimat sederhana yang telah tersusun di kepala, tapi yang keluar hanya sepatah kata, decakan lidah tak jelas, dan sedikitnya butuh waktu lebih dari 10 menit hanya untuk berucap satu kalimat yang terdiri dari enam kata. Sungguh membutuhkan perjuangan lebih untuk bicara dengan normal tanpa harus membuat lawan bicara mati bosan menunggu si gagap bicara.

Tak ada yang lucu dengan kondisi ‘kegagapan’ yang selama ini kerap jadi jualan lawakan-lawakan di televisi lokal, tapi kegagapan adalah masalah kita. Bagaimana sikap kita mendengar, bersabar dengan penderita gagap, dan tak menjadikannya olok-olokkan.

Film The King’s Speech tidak saja bagus dari pemilihan tema, akting yang brilian, dan kekuatan cerita, tapi juga menjadi kisah yang menginspirasi jutaan penderita ‘patah bicara’ bahwa mereka ada di antara kita. Film ini juga menyindir kita untuk lebih bisa mendengar, berjuang dan bersabar laiknya penderita gagap.
Kejeniusan sang sutradara mengemas film ini akhirnya memberikan jaminan The King’s Speech menjadi tontonan yang sangat menarik. Anda akan merasakan emosi sekaligus tertawa saat melihat Colin Firth yang sangat mendalami karakter raja George VI. Akting Geoffrey Rush sebagai ahli bicara membuktikan dirinya memang jago berbicara, bahkan di hadapan seorang Raja. (net/jpnn)

Boyong Empat Piala Oscar

Setelah mendominasi Golden Globe 2011 dan memborong Piala BAFTA (British Academy of Film and Television Arts) Awards 2011, film The King’s Speech, mampu membuktikan diri sebagai film terbaik dalam perhelatan pemberian penghargaan terbesar di dunia film, Academy Awards 2011, di Los Angeles, AS, kemarin.
Dengan Colin Firth yang menjadi aktor terbaik dan Tom Hooper yang meraih best director lewat film yang bercerita tentang kehidupan King George VI ini, tentunya tak mengherankan apabila akhirnya The King’S Speech dikukuhkan sebagai best picture untuk Oscar tahun ini.

Luar biasanya, The King’s Speech bahkan membuat film-film unggulan lain seperti Black Swan, The Fight, Inception, The Kids are All Right, 127 Hours, The Social Network, Toy Story 3, True Grit, dan Winter’S Bone pun harus bertekuk lutut di hadapan film yang mengangkat isu seorang raja yang gagap ini.

Dengan Piala Golden Man terakhir untuk kategori best picture, total ada empat piala yang diborong The King’S Speech, yakni best picture, best actor, best director, dan best writing (original screenplay).

Prediksi yang menguatkan The King’s Speech akan bertahta di panggung Oscar sudah mulai tampak sejak beberapa bulan terakhir. Di sejumlah penghargaan, isyarat itu mulai terbaca meski tidak sukses di Golden Globe 2011 dan harus mengakui keunggulan film The Social Network yang terpilih sebagai film terbaik di ajang pemberian penghargaan itu.

Pada ajang penghargaan BAFTA, The King’s Speech berhasil membawa pulang enam penghargaan bergengsi. The King’s Speech diangkat berdasarkan kisah nyata tentang ayah Ratu Elizabeth II, King George VI (diperankan Colin Firth), yang diwarisi tampuk kepemimpinan oleh ayahnya. Sial, ia punya “cacat”, yakni gagap apabila bicara, tapi lancar saat memaki-maki. (net/jpnn)

Colin Firth Dipuji Ratu Elizabeth II

Colin Firth yang sukses meraih Golden Globe dan piala Oscar sebagai aktor terbaik mendapatkan kehormatan yang lebih baik lagi. Kehormatan tersebut berupa pujian dari Ratu Elizabeth II atas penampilannya memerankan Pangeran Albert dalam film The King’s Speech yang notabene adalah suami dari sang ratu. Pujian pemimpin Britania Raya ini diutarakan setelah menyaksikan film yang diarahkan oleh Tom Hooper itu.

“Sang ratu sangat suka dengan film yang bagus, dan kisah The King’s Speech sangat dekat dengan ratu karena menggambarkan keluarganya pada 1930-an,” jelas seorang sumber kepada The Sun London seperti dikutip NY Daily News. Colin Firth dan The King’s Speech telah mendapat pujian dari kritikus film sebelum akhirnya pujian datang langsung dari pihak istana Buckingham. Aktor berusia 50 tahun itu memerankan perjuangan Pangeran Albert yang dinobatkan menjadi Raja dalam mengatasi gagapnya.  (net/jpnn)

Tangkap Stigma Sosial Penderita Gagap

Gangguan bicara berupa gagap menarik perhatian dunia setelah dikisahkan secara apik dalam film The King’s Speech yang berhasil menyabet 4 piala Oscar dari 12 nominasi. Tema besar film tersebut adalah upaya Pangeran Albert mengatasi kekurangan dirinya yang gagap untuk mencapai prestasi gemilang.
Film The King’s Speech dianggap berhasil menangkap stigma sosial yang kerap dialami penderita gagap. Rasa malu karena gangguan bicara itu kerap menimbulkan rasa rendah diri dan menyebabkan tekanan sehingga kontraproduktif dan menyebabkan serangan gagap makin berkembang.
Menanggapi fenomena gagap dalam film ini, para ahli mengatakan, film tersebut masih memercayai mitos yang menyebutkan trauma pada masa kecil dan pola asuh menjadi penyebab gagap. Dalam film memang dikisahkan Raja Albert menjadi gagap karena ayahnya mendidik dengan keras.(net/jpnn)

Gagap ditandai pengulangan spasmodik atau terjadi pemblokan dalam suara pada saat berbicara. Kondisi gagap bervariasi dalam dimensi taraf yang ringan sampai berat. Biasanya anak kesulitan dalam mengucapkan kata-kata tertentu atau bahkan sama sekali tidak mampu mengucapkan suara huruf awal b, d, s, t dari kata-kata tertentu.
Huruf b, d, s, t adalah huruf yang membutuhkan tenaga saat mengucapkannya dan justru kata-kata yang diawali dengan huruf itulah yang sering mengalami gangguan pengucapan pada penderita gagap.

Film The King’s Speech dianggap berhasil menangkap stigma sosial yang kerap dialami penderita gagap. Rasa malu karena gangguan bicara itu kerap menimbulkan rasa rendah diri dan menyebabkan tekanan sehingga kontraproduktif dan menyebabkan serangan gagap makin berkembang.

Menanggapi fenomena gagap dalam film The King’s Speech, para ahli mengatakan, film tersebut masih memercayai mitos yang menyebutkan trauma pada masa kecil dan pola asuh menjadi penyebab gagap pada anak. Dalam film memang dikisahkan Raja Albert menjadi gagap karena ayahnya mendidik dengan keras.
“Belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan dua hal itu menyebabkan gagap. Banyak orangtua yang anaknya gagap bertanya pada saya apa yang salah dari cara asuh mereka,” kata Nan Ratner, ahli psycholinguist dari University of Maryland.

Ia mengatakan, ada beberapa penelitian yang mengaitkan gagap dengan faktor keturunan. Artinya, para penderita sudah membawa disposisi kondisi saraf yang membuat mereka rentan terhadap perkembangan kesulitan bicara.
Walau begitu, ia mengatakan pola asuh orangtua yang salah juga bisa menyebabkan gagap yang dialami anak bertambah buruk. Gagap dapat berkembang bila anak-anak yang kidal dipaksa untuk menggunakan tangan kanan dalam melakukan aktivitas tertentu, seperti menulis atau makan. Pemaksaan tersebut akan berpengaruh terhadap konflik emosional dan anak menjadi tertekan. Efek emosi yang tertekan pada anak tertentu akan tertuju pada gangguan bicara.

Ia menyarankan agar anak yang mengalami gagap diterapi sedini mungkin. “Penanganan sejak dini berdampak signifikan karena 80 persen penderita gagap yang masih berusia 2-5 tahun bisa kembali normal,” katanya.(net)

Ini dia film yang meraih perolehan nominator terbanyak dalam acara Academy Awards ke-83. Dari 24 nominasi yang ada, The King’s Speech meraih setengahnya dan menjadikan film produksi See Saw Films dan Bedlam Productions itu merajai Oscar 2011 yang merupakan ajang perfilman paling bergengsi di dunia.

F ilm ini mengisahkan perjalanan hidup pangeran Albert (Colin Firth) yang akhirnya dinobatkan sebagai raja setelah Setelah kematian ayahandanya, raja George V (Michael Gambon). Diangkatnya ayah dua anak ini menjadi raja baru Inggris karena sang kakak, pangeran Edward VIII (Guy Pearce) yang seharusnya berkuasa, rela turun tahta karena lebih memilih seorang janda keturunan Amerika untuk dinikahinya.

Pangeran Albert memang tak pernah berharap menjadi Raja Inggris. Ia tahu benar keterbatasan yang ia miliki. Tak mungkin ia memimpin sebuah negara sebesar Inggris, sementara berbicara di depan umum saja sudah jadi perjuangan berat buatnya. Celakanya takdir berkata lain dan Albert harus segera naik tahta.

Bertie, panggilan keluarga untuk Raja Albert Frederick Arthur George, merasa tertekan dengan kondisi yang dialaminya. Menjadi putra Raja yang seringkali berbasa-basi dengan segala kunjungan kerajaan yang memaksanya harus berbicara di depan publik termasuk berbicara dengan ayahnya adalah saat-saat yang menyiksa.
Apalagi, sebelum dinobatkan sebagai Raja, beberapa kali Bertie harus mewakili pidato ayahnya yang sakit, baik secara langsung maupun melalui siaran radio dan hasilnya sangat mengecewakan bagi siapa saja yang mendengarnya.
Beragam cara dicoba Bertie untuk menyembuhkan gagapnya, termasuk melakukan terapi mengulum kelereng sambil tetap harus bicara, semua pernah dilakukannya. Sayang tak satupun bisa mengurangi kegagapannya. Sampai akhirnya istri Bertie (Elizabeth Bowles-Lyon), bertemu dengan Lionel Louge, terapis bicara asal Australia. Lionel bersedia membantu, asal terapi dilakukan di kantornya dan menolak memanggil Yang Mulia tapi kan menganggap Berite sebagai teman. Batasan antara Raja dan rakyatnya mendadak hilang, saat Bertie dan Lionel bertemu di ruang terapis Lionel yang suram dan sederhana.

Kesabaran Lionel akhirnya bisa mengurangi kegagapan Bertie dan membantu mengubah sifatnya yang tak sabaran, emosional, pemalu, dan rasa minder yang terbentuk sejak kecil. Tekanan dari Raja George V dan perlakuan pengasuhnya membuat kegagapan Bertie semakin menjadi saat dia dewasa.

Proses Bertie mengatasi kegagapan, kesetiaan Leonal, dan terkuaknya identitas Leonal sebagai terapis gadungan membuat film ini sangat menarik. Akting Colin Firth sebagai Bertie begitu cerdas, bicara gagapnya terasa sangat nyata diramu dengan ekspresi emosi yang meledak-ledak. Tak heran jika Firth masuk dalam nominasi aktor terbaik dan mengukuhkan THE KING’S SPEECH sebagai film terbaik Oscar tahun ini.

Melihat film ini, terasa trenyuh sekaligus takjub. Tak pernah sekalipun membayangkan begitu putus asanya mengeluarkan sederet kalimat sederhana yang telah tersusun di kepala, tapi yang keluar hanya sepatah kata, decakan lidah tak jelas, dan sedikitnya butuh waktu lebih dari 10 menit hanya untuk berucap satu kalimat yang terdiri dari enam kata. Sungguh membutuhkan perjuangan lebih untuk bicara dengan normal tanpa harus membuat lawan bicara mati bosan menunggu si gagap bicara.

Tak ada yang lucu dengan kondisi ‘kegagapan’ yang selama ini kerap jadi jualan lawakan-lawakan di televisi lokal, tapi kegagapan adalah masalah kita. Bagaimana sikap kita mendengar, bersabar dengan penderita gagap, dan tak menjadikannya olok-olokkan.

Film The King’s Speech tidak saja bagus dari pemilihan tema, akting yang brilian, dan kekuatan cerita, tapi juga menjadi kisah yang menginspirasi jutaan penderita ‘patah bicara’ bahwa mereka ada di antara kita. Film ini juga menyindir kita untuk lebih bisa mendengar, berjuang dan bersabar laiknya penderita gagap.
Kejeniusan sang sutradara mengemas film ini akhirnya memberikan jaminan The King’s Speech menjadi tontonan yang sangat menarik. Anda akan merasakan emosi sekaligus tertawa saat melihat Colin Firth yang sangat mendalami karakter raja George VI. Akting Geoffrey Rush sebagai ahli bicara membuktikan dirinya memang jago berbicara, bahkan di hadapan seorang Raja. (net/jpnn)

Boyong Empat Piala Oscar

Setelah mendominasi Golden Globe 2011 dan memborong Piala BAFTA (British Academy of Film and Television Arts) Awards 2011, film The King’s Speech, mampu membuktikan diri sebagai film terbaik dalam perhelatan pemberian penghargaan terbesar di dunia film, Academy Awards 2011, di Los Angeles, AS, kemarin.
Dengan Colin Firth yang menjadi aktor terbaik dan Tom Hooper yang meraih best director lewat film yang bercerita tentang kehidupan King George VI ini, tentunya tak mengherankan apabila akhirnya The King’S Speech dikukuhkan sebagai best picture untuk Oscar tahun ini.

Luar biasanya, The King’s Speech bahkan membuat film-film unggulan lain seperti Black Swan, The Fight, Inception, The Kids are All Right, 127 Hours, The Social Network, Toy Story 3, True Grit, dan Winter’S Bone pun harus bertekuk lutut di hadapan film yang mengangkat isu seorang raja yang gagap ini.

Dengan Piala Golden Man terakhir untuk kategori best picture, total ada empat piala yang diborong The King’S Speech, yakni best picture, best actor, best director, dan best writing (original screenplay).

Prediksi yang menguatkan The King’s Speech akan bertahta di panggung Oscar sudah mulai tampak sejak beberapa bulan terakhir. Di sejumlah penghargaan, isyarat itu mulai terbaca meski tidak sukses di Golden Globe 2011 dan harus mengakui keunggulan film The Social Network yang terpilih sebagai film terbaik di ajang pemberian penghargaan itu.

Pada ajang penghargaan BAFTA, The King’s Speech berhasil membawa pulang enam penghargaan bergengsi. The King’s Speech diangkat berdasarkan kisah nyata tentang ayah Ratu Elizabeth II, King George VI (diperankan Colin Firth), yang diwarisi tampuk kepemimpinan oleh ayahnya. Sial, ia punya “cacat”, yakni gagap apabila bicara, tapi lancar saat memaki-maki. (net/jpnn)

Colin Firth Dipuji Ratu Elizabeth II

Colin Firth yang sukses meraih Golden Globe dan piala Oscar sebagai aktor terbaik mendapatkan kehormatan yang lebih baik lagi. Kehormatan tersebut berupa pujian dari Ratu Elizabeth II atas penampilannya memerankan Pangeran Albert dalam film The King’s Speech yang notabene adalah suami dari sang ratu. Pujian pemimpin Britania Raya ini diutarakan setelah menyaksikan film yang diarahkan oleh Tom Hooper itu.

“Sang ratu sangat suka dengan film yang bagus, dan kisah The King’s Speech sangat dekat dengan ratu karena menggambarkan keluarganya pada 1930-an,” jelas seorang sumber kepada The Sun London seperti dikutip NY Daily News. Colin Firth dan The King’s Speech telah mendapat pujian dari kritikus film sebelum akhirnya pujian datang langsung dari pihak istana Buckingham. Aktor berusia 50 tahun itu memerankan perjuangan Pangeran Albert yang dinobatkan menjadi Raja dalam mengatasi gagapnya.  (net/jpnn)

Tangkap Stigma Sosial Penderita Gagap

Gangguan bicara berupa gagap menarik perhatian dunia setelah dikisahkan secara apik dalam film The King’s Speech yang berhasil menyabet 4 piala Oscar dari 12 nominasi. Tema besar film tersebut adalah upaya Pangeran Albert mengatasi kekurangan dirinya yang gagap untuk mencapai prestasi gemilang.
Film The King’s Speech dianggap berhasil menangkap stigma sosial yang kerap dialami penderita gagap. Rasa malu karena gangguan bicara itu kerap menimbulkan rasa rendah diri dan menyebabkan tekanan sehingga kontraproduktif dan menyebabkan serangan gagap makin berkembang.
Menanggapi fenomena gagap dalam film ini, para ahli mengatakan, film tersebut masih memercayai mitos yang menyebutkan trauma pada masa kecil dan pola asuh menjadi penyebab gagap. Dalam film memang dikisahkan Raja Albert menjadi gagap karena ayahnya mendidik dengan keras.(net/jpnn)

Gagap ditandai pengulangan spasmodik atau terjadi pemblokan dalam suara pada saat berbicara. Kondisi gagap bervariasi dalam dimensi taraf yang ringan sampai berat. Biasanya anak kesulitan dalam mengucapkan kata-kata tertentu atau bahkan sama sekali tidak mampu mengucapkan suara huruf awal b, d, s, t dari kata-kata tertentu.
Huruf b, d, s, t adalah huruf yang membutuhkan tenaga saat mengucapkannya dan justru kata-kata yang diawali dengan huruf itulah yang sering mengalami gangguan pengucapan pada penderita gagap.

Film The King’s Speech dianggap berhasil menangkap stigma sosial yang kerap dialami penderita gagap. Rasa malu karena gangguan bicara itu kerap menimbulkan rasa rendah diri dan menyebabkan tekanan sehingga kontraproduktif dan menyebabkan serangan gagap makin berkembang.

Menanggapi fenomena gagap dalam film The King’s Speech, para ahli mengatakan, film tersebut masih memercayai mitos yang menyebutkan trauma pada masa kecil dan pola asuh menjadi penyebab gagap pada anak. Dalam film memang dikisahkan Raja Albert menjadi gagap karena ayahnya mendidik dengan keras.
“Belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan dua hal itu menyebabkan gagap. Banyak orangtua yang anaknya gagap bertanya pada saya apa yang salah dari cara asuh mereka,” kata Nan Ratner, ahli psycholinguist dari University of Maryland.

Ia mengatakan, ada beberapa penelitian yang mengaitkan gagap dengan faktor keturunan. Artinya, para penderita sudah membawa disposisi kondisi saraf yang membuat mereka rentan terhadap perkembangan kesulitan bicara.
Walau begitu, ia mengatakan pola asuh orangtua yang salah juga bisa menyebabkan gagap yang dialami anak bertambah buruk. Gagap dapat berkembang bila anak-anak yang kidal dipaksa untuk menggunakan tangan kanan dalam melakukan aktivitas tertentu, seperti menulis atau makan. Pemaksaan tersebut akan berpengaruh terhadap konflik emosional dan anak menjadi tertekan. Efek emosi yang tertekan pada anak tertentu akan tertuju pada gangguan bicara.

Ia menyarankan agar anak yang mengalami gagap diterapi sedini mungkin. “Penanganan sejak dini berdampak signifikan karena 80 persen penderita gagap yang masih berusia 2-5 tahun bisa kembali normal,” katanya.(net)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/