26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Harga Minyak Dunia Bakal Naik

Operator mengisi BBM ke sebuah mobil di SPBU, Jalan Brigjen Katamso Medan. Medan,Senin (1/12). SPBU Pasti Pass!  memanjakan konsumen dengan  memberikan kualitas dan kuantitas BBM yang terjamin, pelayanan  yang ramah, serta fasilitas nyaman.
Operator mengisi BBM ke sebuah mobil di SPBU, Jalan Brigjen Katamso Medan. Medan,Senin (1/12). Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Harga minyak dunia diprediksi bisa mencapai 60 dolar AS per barel tahun depan. Hal itu tak lepas dari keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memangkas jumlah produksi minyak mentah 1,2 juta barel per hari (bph).

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengakui, pihaknya masih menghitung pengaruh kenaikan harga minyak dunia terhadap harga BBM yang rutin direvisi setiap 3 bulan.

“Sedang diformulasikan. Belum tahu juga harga minyak dunia berapa,” tutur Dwi.

Namun Dwi memperkirakan, harga minyak dunia tidak melonjak secara signifikan dalam waktu dekat. “Nanti ketemu keseimbangan baru. Tidak mungkin melonjak lebih cepat. Keseimbangannya pada 50-60 dolar AS per barel,” bebernya.

Ia meyakini, kenaikan harga minyak dunia tidak memengaruhi kebijakan BBM 1 harga pada awal tahun depan. “Nanti ada formulasi tersendiri, pakai mekanisme subsidi silang. Tahun depan ada 22 penyalur yang dikembangkan,” kata Dwi.

Sementara Menkeu, Sri Mulyani Indrawati menilai, pemerintah belum akan mengubah asumsi-asumsi di APBN 2017. Terutama harga minyak dan asumsi penerimaan negara.

Mantan Managing Director Bank Dunia tersebut, meragukan harga minyak dunia mampu naik signifikan, meski jumlah pasokan minyak dari anggota-anggota OPEC dibatasi. Sri mengakui, pengumuman OPEC yang memangkas produksi minyak dunia cukup mengejutkan.

Namun muncul pertanyaan, apakah pemangkasan suplai minyak mentah 32,5 juta barel per hari, sesuai dengan permintaan minyak tahun depan? Dengan koreksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan, permintaan minyak dunia diperkirakan tidak terlalu tinggi.

“Karena itu, harga minyak dunia sulit bertahan di level tinggi dalam jangka panjang,” tutur Sri, Selasa (6/12) lalu.

Menurut ekonom Universitas Indonesia tersebut, kondisi perekonomian global tahun depan masih menantang. Alasannya, banyak peristiwa geopolitik yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia. Misalnya, keluarnya Inggris dari Uni Eropa, referendum konstitusi di Italia, serta pemilu di Prancis dan Jerman. “Semuanya akan berpengaruh terhadap proyeksi pemulihan di Eropa yang berdampak pada permintaan minyak,” jelas Sri.

Permintaan minyak yang terkait dengan kondisi perekonomian AS juga dipengaruhi arah kebijakan Donald Trump. Selain itu, AS memiliki gas serpih (shale gas) yang mampu menjadi pengganti minyak mentah. “Saya melihat kans-nya masih 50:50,” jelas Sri.

Dengan kondisi yang belum pasti tersebut, Sri menilai, lonjakan harga minyak dunia tahun depan tidak jauh melebihi proyeksi pemerintah di APBN 2017, yakni 45 dolar AS per barel. (ken/dee/c22/noe/jos/jpg/saz)

Operator mengisi BBM ke sebuah mobil di SPBU, Jalan Brigjen Katamso Medan. Medan,Senin (1/12). SPBU Pasti Pass!  memanjakan konsumen dengan  memberikan kualitas dan kuantitas BBM yang terjamin, pelayanan  yang ramah, serta fasilitas nyaman.
Operator mengisi BBM ke sebuah mobil di SPBU, Jalan Brigjen Katamso Medan. Medan,Senin (1/12). Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Harga minyak dunia diprediksi bisa mencapai 60 dolar AS per barel tahun depan. Hal itu tak lepas dari keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memangkas jumlah produksi minyak mentah 1,2 juta barel per hari (bph).

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengakui, pihaknya masih menghitung pengaruh kenaikan harga minyak dunia terhadap harga BBM yang rutin direvisi setiap 3 bulan.

“Sedang diformulasikan. Belum tahu juga harga minyak dunia berapa,” tutur Dwi.

Namun Dwi memperkirakan, harga minyak dunia tidak melonjak secara signifikan dalam waktu dekat. “Nanti ketemu keseimbangan baru. Tidak mungkin melonjak lebih cepat. Keseimbangannya pada 50-60 dolar AS per barel,” bebernya.

Ia meyakini, kenaikan harga minyak dunia tidak memengaruhi kebijakan BBM 1 harga pada awal tahun depan. “Nanti ada formulasi tersendiri, pakai mekanisme subsidi silang. Tahun depan ada 22 penyalur yang dikembangkan,” kata Dwi.

Sementara Menkeu, Sri Mulyani Indrawati menilai, pemerintah belum akan mengubah asumsi-asumsi di APBN 2017. Terutama harga minyak dan asumsi penerimaan negara.

Mantan Managing Director Bank Dunia tersebut, meragukan harga minyak dunia mampu naik signifikan, meski jumlah pasokan minyak dari anggota-anggota OPEC dibatasi. Sri mengakui, pengumuman OPEC yang memangkas produksi minyak dunia cukup mengejutkan.

Namun muncul pertanyaan, apakah pemangkasan suplai minyak mentah 32,5 juta barel per hari, sesuai dengan permintaan minyak tahun depan? Dengan koreksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan, permintaan minyak dunia diperkirakan tidak terlalu tinggi.

“Karena itu, harga minyak dunia sulit bertahan di level tinggi dalam jangka panjang,” tutur Sri, Selasa (6/12) lalu.

Menurut ekonom Universitas Indonesia tersebut, kondisi perekonomian global tahun depan masih menantang. Alasannya, banyak peristiwa geopolitik yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia. Misalnya, keluarnya Inggris dari Uni Eropa, referendum konstitusi di Italia, serta pemilu di Prancis dan Jerman. “Semuanya akan berpengaruh terhadap proyeksi pemulihan di Eropa yang berdampak pada permintaan minyak,” jelas Sri.

Permintaan minyak yang terkait dengan kondisi perekonomian AS juga dipengaruhi arah kebijakan Donald Trump. Selain itu, AS memiliki gas serpih (shale gas) yang mampu menjadi pengganti minyak mentah. “Saya melihat kans-nya masih 50:50,” jelas Sri.

Dengan kondisi yang belum pasti tersebut, Sri menilai, lonjakan harga minyak dunia tahun depan tidak jauh melebihi proyeksi pemerintah di APBN 2017, yakni 45 dolar AS per barel. (ken/dee/c22/noe/jos/jpg/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/