28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tak Mau Mendewakan Orang

Indayati Oetomo

Indayati Oetomo Internasional Director John Robert Powers Indonesia ini memiliki sifat disiplin dan perfectionis dalam menjalani kehidupannya, baik sebagai pengusaha maupun sebagai ibu rumah tangga.

Karena sifatnya inilah yang mengantarkannya sebagai salah satu wanita sukses di Indonesia yang mendapatkan penghargaan baik untuk tingkat nasional maupun tingkat internasional.

Indayati Oetomo, Internasional Director John Robert Powers (JRP) Indonesia ini merupakan nenek dengan 2 orang cucu. Wanita kelahiran Surabaya 1965 ini telah mengabdikan hidupnya untuk keluarga dan pekerjaannya sebagai pengajar di JRP. “Sudah 19 tahun saya sudah di JRP, berbagai macam manusia dengan kualitas yang berbeda telah saya temui. Dan pelajaran yang saya petik dari dunia saya ini adalah jangan mendewakan seseorang,” ujarnya.

Sebelum bekerja di JRP, wanita yang mengambil gelar MBA di Universitas Gajayana Malang ini awalnya bekerja sebagai Account Executive di PT Tiga Sosro Sakti. Walaupun tamatan bisnis, tetapi tidak membuat dirinya nyaman.
Karena itu, sejak tahun 1992, wanita berkacamata ini memutuskan untuk berhenti bekerja di dunia bisnis dan mengabdikan dirinya di JRP. “Dunia bisnis tidak membuat saya nyaman, karena menghalalkan semua cara untuk mendapatkan sesuatu. Sementara idealisme saya justru bagaimana untuk bisa memiliki SDM yang berkualitas,” ujarnya.

Bekerja dari JRP juga memberikan makna baginya dalam menjalani hidup, salah satunya bagaimana menghadapi orang lain. Dari JRP inilah, Indayati tidak mau mendewakan seseorang dalam berbagai hal agar dirinya tidak merasakan kehilangan seseorang saat seseorang itu harus meninggalkannya.

“Dalam pekerjaan saya, orang selalu berganti, datang dan pergi. Untuk mecegah datangnya rasa sedih dan sakit hati, saya memilih untuk bertumpu pada diri saya sendiri dan Tuhan tentunya,” ujar wanita yang mendapat penghargaan Asean Development Citra Award 2004-2005 ini.

Dia bercerita, awalnya menjalani hidup sebagai seorang istri dan juga wanita karir, tidak mudahnya. Apalagi pada awal masa perkawinannya, ia dan suami masih tinggal serumah dengan sang mertua. Tetapi hal ini tidak mempersulit langkahnya untuk menjadi istri dan menantu yang baik. “Kalau kita menganggap suatu masalah itu berat, maka akan berat terasa, tetapi bila kita santai, kita jalani juga santai,” ujarnya wanita yang memiliki 2 putra ini mengenang.
Karena itu, pada awal perkawinan wanita tamatan dari Akademi Perusahaan Universitas Widya Karya Malang ini mulai berkompromi terhadap perkawinannya. “Pada masa ini saya baru menyadari perkawinan adalah sebuah kompromi,” ujar wanita yang telah menghasilkan beberapa buku ini.

Baginya, segala sesuatu dalam hidup ini memiliki makna baik dan buruknya. Hanya saja tinggal bagaimana dapat mengecilkan buruknya dan mengambil yang baiknya. Makanya, walaupun sudah nenek-nenek, tetapi wanita yang berusia 55 tahun ini masih terlihat segar dan muda. Ini karena pekerjaan dan sebagai ucapan rasa syukurnya kepada Tuhan. “Kita telah diberikan nikmat berupa fisik yang baik. Jadi sebagai rasa syukur, saya menjaga nikmat ini sebaik mungkin, salah satunya dengan olah raga dan menjaga asupan makanan yang masuk ke tubuh,” ujarnya.

Sebagai wanita multi-tasking, baginya tak sulit untuk menjaga waktu agar tak terbuang sia-sai. “Setiap orang dan wanita diberi waktu yang sama, yaitu 24 jam. Sekarang bagaimana kita mengalokasikan waktu tersebut  sesuai dengan kebutuhan, jangan sampai yang lain terlalai karena dan alasan lain,” ujar Indayati pernah mendapatkan penghargaan Achievement Award for the “Most Outstdanding Performance” Boston Internasional tahun1992-1993 ini. (mag-9)

Indayati Oetomo

Indayati Oetomo Internasional Director John Robert Powers Indonesia ini memiliki sifat disiplin dan perfectionis dalam menjalani kehidupannya, baik sebagai pengusaha maupun sebagai ibu rumah tangga.

Karena sifatnya inilah yang mengantarkannya sebagai salah satu wanita sukses di Indonesia yang mendapatkan penghargaan baik untuk tingkat nasional maupun tingkat internasional.

Indayati Oetomo, Internasional Director John Robert Powers (JRP) Indonesia ini merupakan nenek dengan 2 orang cucu. Wanita kelahiran Surabaya 1965 ini telah mengabdikan hidupnya untuk keluarga dan pekerjaannya sebagai pengajar di JRP. “Sudah 19 tahun saya sudah di JRP, berbagai macam manusia dengan kualitas yang berbeda telah saya temui. Dan pelajaran yang saya petik dari dunia saya ini adalah jangan mendewakan seseorang,” ujarnya.

Sebelum bekerja di JRP, wanita yang mengambil gelar MBA di Universitas Gajayana Malang ini awalnya bekerja sebagai Account Executive di PT Tiga Sosro Sakti. Walaupun tamatan bisnis, tetapi tidak membuat dirinya nyaman.
Karena itu, sejak tahun 1992, wanita berkacamata ini memutuskan untuk berhenti bekerja di dunia bisnis dan mengabdikan dirinya di JRP. “Dunia bisnis tidak membuat saya nyaman, karena menghalalkan semua cara untuk mendapatkan sesuatu. Sementara idealisme saya justru bagaimana untuk bisa memiliki SDM yang berkualitas,” ujarnya.

Bekerja dari JRP juga memberikan makna baginya dalam menjalani hidup, salah satunya bagaimana menghadapi orang lain. Dari JRP inilah, Indayati tidak mau mendewakan seseorang dalam berbagai hal agar dirinya tidak merasakan kehilangan seseorang saat seseorang itu harus meninggalkannya.

“Dalam pekerjaan saya, orang selalu berganti, datang dan pergi. Untuk mecegah datangnya rasa sedih dan sakit hati, saya memilih untuk bertumpu pada diri saya sendiri dan Tuhan tentunya,” ujar wanita yang mendapat penghargaan Asean Development Citra Award 2004-2005 ini.

Dia bercerita, awalnya menjalani hidup sebagai seorang istri dan juga wanita karir, tidak mudahnya. Apalagi pada awal masa perkawinannya, ia dan suami masih tinggal serumah dengan sang mertua. Tetapi hal ini tidak mempersulit langkahnya untuk menjadi istri dan menantu yang baik. “Kalau kita menganggap suatu masalah itu berat, maka akan berat terasa, tetapi bila kita santai, kita jalani juga santai,” ujarnya wanita yang memiliki 2 putra ini mengenang.
Karena itu, pada awal perkawinan wanita tamatan dari Akademi Perusahaan Universitas Widya Karya Malang ini mulai berkompromi terhadap perkawinannya. “Pada masa ini saya baru menyadari perkawinan adalah sebuah kompromi,” ujar wanita yang telah menghasilkan beberapa buku ini.

Baginya, segala sesuatu dalam hidup ini memiliki makna baik dan buruknya. Hanya saja tinggal bagaimana dapat mengecilkan buruknya dan mengambil yang baiknya. Makanya, walaupun sudah nenek-nenek, tetapi wanita yang berusia 55 tahun ini masih terlihat segar dan muda. Ini karena pekerjaan dan sebagai ucapan rasa syukurnya kepada Tuhan. “Kita telah diberikan nikmat berupa fisik yang baik. Jadi sebagai rasa syukur, saya menjaga nikmat ini sebaik mungkin, salah satunya dengan olah raga dan menjaga asupan makanan yang masuk ke tubuh,” ujarnya.

Sebagai wanita multi-tasking, baginya tak sulit untuk menjaga waktu agar tak terbuang sia-sai. “Setiap orang dan wanita diberi waktu yang sama, yaitu 24 jam. Sekarang bagaimana kita mengalokasikan waktu tersebut  sesuai dengan kebutuhan, jangan sampai yang lain terlalai karena dan alasan lain,” ujar Indayati pernah mendapatkan penghargaan Achievement Award for the “Most Outstdanding Performance” Boston Internasional tahun1992-1993 ini. (mag-9)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/