Najwa Abdul Bari
Pengalaman pahit yang dirasa saat berbuka puasa bersama teman-temannya di luar rumah, membuat Najwa Abdul Bari trauma. “Kejadiannya sudah lama, tahun 2009 saat pulang dari buka bareng, aku tabrakan sehingga tangan aku dijahit,” ujar Duta Model Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) 2010 ini.
Trauma itu yang melatarbelakangi penolakan gadis kelahiran Jakarta, 11 Mei 1996 ini bila ada tawaran berbuka bersama. “Kadang mama nyuruh keluar tapi kalau ingat kejadian yang lalu, takut juga,” ujar gadis yang gaul disapa Wawa ini.
Trauma bukan berarti membuat Duta Kerudung Nasional untuk Sumatera 2010 ini menjauhi kewajiban saat Ramadan. Justru sebaliknya, trauma yang dialami tetap diambil nilai positifnya. “Jadi buka selalu di rumah, ya lebih enak karena makanannya asli buatan mama dan pasti sehat,” ujarnya.
Karena jarang berbuka di luar, Najwa lebih mengenal masakan sang bunda, terutama kue basah yang sering dibuat saat berbuka. “Kebiasaan mama, saat berbuka dimasak sendiri, jarang beli. Berbuka ini selalu yang aku tunggu, karena masakan mama enak,”ujarnya.
Salah satu doa yang sering dipanjatkannya saat Ramadan adalah capaian prestasi yang dapat membuat sang bunda bahagia. “Aku selalu ingin menyenangi mama dengan memberikan berbagai prestasi yang baik. Ini doa yang selalu aku panjatkan saat Ramadan,” tutupnya. (mag-9)