JAKARTA- Pihak Istana Presiden semakin kencang menyuarakan kepastian adanya reshuffle kabinet. Juru Bicara Presiden Bidang Politik, Daniel Sparingga, menceritakan, niat melakukan reshuffle sudah disampaikan SBY pertama kali saat syukuran hari ulang tahunnya 9 September 2011 di Puri Cikeas.
“Saat ulang tahun 9 September lalu, ada rapat penting, presiden memutuskan akan melakukan reshuffle,” ujar Daniel Sparingga saat diskusi bertema Katanya Ada Reshuffle di Waroeng Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (24/9).
Di tempat yang sama, pengamat politik dari IndoBarometer, M Qodari menduga, jumlah menteri yang akan diganti sebanyak sembilan orang. Alasannya, SBY memang menyukai angka sembilan. Sebelum menentukan siapa saja sembilan menteri yang akan diganti itu, Qodari mengatakan, SBY akan mempertimbangkan setidaknya enam hal. Pertama, surat keterangan dokter mengenai kondisi kesehatan para menteri.
Kedua, penilaian pribadi SBY terhadap para menteri, menyangkut perasaan cocok atau tidak cocok dengan seorang meteri.
“Yang ini bersifat sangat privat,” ujar Qodari. Ketiga, masukan dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang dipimpin Kuntoro Mangkusubroto. Keempat, evaluasi terhadap kontrak kinerja para menteri. Kelima, apa kata Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menyangkut siapa saja yang terkena masalah korupsi.
Keenam, apa kata media. “Karena SBY sangat memperhatikan aspirasi publik,” imbuh Qodari. Meski mengaku bukan hal gampang untuk memprediksi siapa menteri yang akan diganti, Qodari memperkirakan ada sembilan menteri yang layak dicopot.
Pertama, Menteri BUMN Mustafa Abubakar karena sakit. “Kalau sakit, mau bilang apa?” ucapnya. Ini berdasarkan pengalaman penggantian Mendagri Moh Maruf yang lantaran terserang stroke, lantas diganti Mardiyanto.
Kedua, Menteri ESDM Darwin Zahedi Saleh. Alasannya, target lifting minyak tidak tercapai.
Ketiga, Menkeu Agus Martowardojo. “Kabarnya, komunikasinya tak lancar dengan SBY, termasuk dengan menteri-menteri lainnya. Maka harus dicari yang lebih komunikatif,” kata Qodari.
Keempat, Menakertrans Muhaimin Iskandar. Selain namanya terseret perkara dugaan suap di kementrian yang dipimpinnya, kata Qodari, Muhaimin juga tak mampu membereskan persoalan-persoalan terkait masalah TKI. “Problemnya, karena dia ketua umum partai pendukung koalisi, bahkan paling setia. Bisa saja lantas keluar dari kaolisi. Maka harus dicari partai pengganti, bisa Gerindra. Kemungkinan lain, Muhaimin dirotasi saja,” kata Qodari.
Kelima, Menpora Andi Mallarangeng, yang dinilai tidak becus mengurusi persiapan SEA Games di Palembang. Juga karena nama pria asal Makassar itu disebut-sebut berkaitan dengan perkara dugaan suap sesmenpora Wafid Muharam.
Keenam, Menhub Fredy Numberi. Kegagalan yang paling kentara, banyak kecelakaan terjadi pada masa mudik lebaran tahun ini. “Tapi siapa penggantinya dari Papua? Karena SBY sangat memperhatikan perimbangan daerah,” katanya.
Ketujuh, Menteri PU Joko Kirmanto. “Target pembangunan infrastruktur tidak tercapai. Informasinya, Pak Joko sakit juga, jantung,” kata Qodari memberi alasan.
Kedepalan, Menpora Suharso Monoarfa, yang digugat cerai istrinya lantaran diduga selingkuh. Kesembilan, Menkumham Patrialis Akbar. “Karena begitu tahu dijadikan menteri dulu, dia sujud syukur,” kata Qodari.
Peneliti dari Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), Sukardi Rinakit, mendukung pernyataan Qodari. Menurutnya, seseorang yang pertama kali tahu dirinya ditunjuk menjadi menteri, mestinya bukan lantas sujud syukur, melainkan takut. “Karena ini tugas berat, mestinya berkeringat. Kalau nanti begitu nama-nama menteri diumumkan langsung ada yang sujud syukur, maka layak langsung direshuffle,” kata Sukardi.
Hal senada dikatakan Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, Happy Bone Zulkarnaen. Jabatan menteri, katanya, merupakan tugas berat. Mestinya, lanjut politisi asal Jabar itu, begitu tahu ditunjuk jadi menteri, langsung bicara dengan keluarga dulu. “Kira-kira siap nggak (bukan malah sujud syukur, Red),” kata Happy.
Terkait dengan rencana reshuffle ini, Daniel Sparingga mengatakan, pada pekan depan SBY akan semakin intens membahas masalah ini. “Minggu depan diperluas perbincangannya,” katanya.
Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa mengaku siap direshuffle jika Presiden SBY menghendakinya. Dia mengakui banyak program baru dibidang pembiayaan perumahan yang dia ciptakan tetapi diklaim kandas dalam praktik di lapangan.
“Jika Presiden menghendakinya, saya siap digantikan, saya ini kan hanya bekerja,” kata Suharso di Jakarta belum lama ini. Menteri yang tengah digugat cerai istrinya Carolina binti M Gandhi itu mengaku tidak masalah bila akhirnya ada keputusan dirinya diganti.
“Pekerjaan ya Alhamdulillah saja, Innalillahi wainnailaihi rojiun, kalau direshuffle ya monggo. Saya kerja sajalah,” kata Suharso berulangkali. Dia optimistis keputusan Presiden SBY yang akan mengganti menterinya berdasarkan pertimbangan profesional.
Agung Laksono Juga Terancam
Terkait dengan rencana reshuffle kabinet, pengamat politik dari IndoBarometer, M Qodari, mengutak-atik data reshuffle menteri yang pernah dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yakni pada 7 Desember 2005 dan 9 Mei 2007.
Pada reshuffle pertama, kata Qodari, ada enam menteri yang diganti. Sedang pada reshuffle kedua, yakni 9 Mei 2007, juga ada enam menteri yang diganti, plus Jaksa Agung. Jadi, bisa dibilang yang kedua ada tujuh pos yang diganti orangnya.
Qodari yakin, reshuffle pada Oktober 2011 mendatang, jumlahnya juga tak jauh dari angka itu. Hanya, lantaran SBY begitu dekat dengan angka sembilan, Qodari menyebut, bisa saja jumlahnya mencapai angka itu.
Yang menarik, kata Qodari, dari tiga menko, yakni menko perekonomian, menko polhukam, dan menko kesra, hanya yang terakhir itu saja yang pernah diganti oleh SBY. Yang dimaksud, tentunya Aburizal Bakrie yang diganti Agung Laksono.
“Menko Kesra satu-satunya menko yang pernah direshuffle,” kata Qodari.
Hanya saja, pengamat yang dekat dengan para petinggi Golkar itu tidak menyebut bahwa Agung Laksono layak diganti. Sementara, menurut Peneliti dari Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), Sukardi Rinakit, dari ketiga menko yang ada sekarang ini, Menko Kesra Agung Laksono yang tidak kelihatan kinerjanya.
“Menko Polhukam, kerja. Menko Perekonomian, kerja. Saya tak pernah melihat Menko Kesra, apa ini?” ujar Sukardi di tempat yang sama.
Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, Happy Bone Zulkarnaen yang juga hadir sebagai pembicara, menyahuti, bahwa tidak masalah jika ada menteri dari Golkar yang terkena reshuffle. Katanya, bagi Golkar, reshuffle kabinet bukan sesuatu yang istimewa, asal tujuannya untuk memperbaiki kinerja para menteri. “Golkar kadernya banyak,” tukas Happy. (sam/vit/jpnn)