29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Anak Pengidap HIV Jangan Diisolasi

ist
DATANGI:Warga datangi RS HKBP Nainggolan anjurkan agar BK dirujuk ke RS Haji Adam Malik, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tiga anak yang disebutkan meng idap virus HIV/AIDS dan diungsikan dari Kabupaten Samosir dinilai perlu mendapat perhatian perhatian pemerintah.

“Masyarakat harus diberikan edukasi apa sesungguhnya penyakit HIV/AIDS ini, bagaimana penularannya sehingga tidak menimbulkan ketakutan yang berlebihan,”ujar anggota DPRD Sumut, Juliski Simorangkir, Senin (22/10).

Menurutnya, ketakutan masyarakat adalah wajar, namun bukan berarti pengidap diisolasi dari lingkungan sosial. Rasa takut masyarakat selama ini kata Juliski, dapat difahami, apalagi pemberitaan selama ini terkait virus HIV/AIDS yang mematikan telah mendominasi rasa takut di masyarakat. Namun anak-anak yang menjadi korban layak dilindungi dan tidak didiskriminasi, terlebih lagi diisolasi karena tindakan tersebut tidak manusiawi.

“Kami harapkan Pemkab dan HKBP meyakinkan masyarakat untuk bisa memahami penyebaran HIV-AIDS ini tidak bisa menular dari udara bersentuhan dan hanya menular kalau ada pertukaran darah dan hubungan seksual,” jelasnya.

Dengan kasus ini, politisi PKPI ini mengatakan masyarakat tengah diuji rasa sosial dan kemanusiaannya untuk bisa menerima keadaan tersebut.

Karena itu pula, pemerintah diminta jangan sampai ikut memperkeruh suasana dengan mengusulkan isolasi. Langkah terbaik adalah melindungi ketiga anak tersebut.

“Kalau masyarakat bersikeras tidak menerima kehadiran anak-anak tersebut, langkah terbaik adalah memindahkan mereka ke panti-panti sosial khusus HIV/AIDS. Sebab, mereka harus bersosialisai dan tidak mungkin diisolasi,” tegasnya.

Sebelumnya, seorang anak penderita HIV bernama BK ditolak untuk melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Dasar Negeri 2 Nainggolan. Padahal, anak berusia 5 tahun tersebut sempat diterima dan mengikuti pendidikan di sekolah itu selama 3 hari. Namun BK terpaksa berhenti karena para orangtua murid yang bersekolah dengan BK menolaknya dengan alasan takut anaknya juga terkena infeksi HIV /AIDS.

Kadis Pendidikan Kabupaten Samosir, Rikardo Hutajulu mengatakan, pihak sekolah sebenarnya menerima anak itu mendaftar di SDN 2 Nainggolan, bahkan sempat sekolah selama 3 hari. Namun para orangtua keberatan dan menyerbu kepala sekolah untuk mendesak si anak tersebut dikeluarkan dari sekolah tersebut.

Dinas Pendidikan Samosir bahkan sempat mengajak Dinas Kesehatan untuk melakukan mediasi dan menjelaskan kepada warga bahwa virus HIV /AIDS hanya menular melalui transfusi darah, jarum suntik serta hubungan seksual.

“Walaupun kami telah melakukan mediasi tersebut, namun warga dan orangtua tetap menolak anak tersebut bersekolah di tempat itu,” tambah Rikardo. (bal)

ist
DATANGI:Warga datangi RS HKBP Nainggolan anjurkan agar BK dirujuk ke RS Haji Adam Malik, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tiga anak yang disebutkan meng idap virus HIV/AIDS dan diungsikan dari Kabupaten Samosir dinilai perlu mendapat perhatian perhatian pemerintah.

“Masyarakat harus diberikan edukasi apa sesungguhnya penyakit HIV/AIDS ini, bagaimana penularannya sehingga tidak menimbulkan ketakutan yang berlebihan,”ujar anggota DPRD Sumut, Juliski Simorangkir, Senin (22/10).

Menurutnya, ketakutan masyarakat adalah wajar, namun bukan berarti pengidap diisolasi dari lingkungan sosial. Rasa takut masyarakat selama ini kata Juliski, dapat difahami, apalagi pemberitaan selama ini terkait virus HIV/AIDS yang mematikan telah mendominasi rasa takut di masyarakat. Namun anak-anak yang menjadi korban layak dilindungi dan tidak didiskriminasi, terlebih lagi diisolasi karena tindakan tersebut tidak manusiawi.

“Kami harapkan Pemkab dan HKBP meyakinkan masyarakat untuk bisa memahami penyebaran HIV-AIDS ini tidak bisa menular dari udara bersentuhan dan hanya menular kalau ada pertukaran darah dan hubungan seksual,” jelasnya.

Dengan kasus ini, politisi PKPI ini mengatakan masyarakat tengah diuji rasa sosial dan kemanusiaannya untuk bisa menerima keadaan tersebut.

Karena itu pula, pemerintah diminta jangan sampai ikut memperkeruh suasana dengan mengusulkan isolasi. Langkah terbaik adalah melindungi ketiga anak tersebut.

“Kalau masyarakat bersikeras tidak menerima kehadiran anak-anak tersebut, langkah terbaik adalah memindahkan mereka ke panti-panti sosial khusus HIV/AIDS. Sebab, mereka harus bersosialisai dan tidak mungkin diisolasi,” tegasnya.

Sebelumnya, seorang anak penderita HIV bernama BK ditolak untuk melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Dasar Negeri 2 Nainggolan. Padahal, anak berusia 5 tahun tersebut sempat diterima dan mengikuti pendidikan di sekolah itu selama 3 hari. Namun BK terpaksa berhenti karena para orangtua murid yang bersekolah dengan BK menolaknya dengan alasan takut anaknya juga terkena infeksi HIV /AIDS.

Kadis Pendidikan Kabupaten Samosir, Rikardo Hutajulu mengatakan, pihak sekolah sebenarnya menerima anak itu mendaftar di SDN 2 Nainggolan, bahkan sempat sekolah selama 3 hari. Namun para orangtua keberatan dan menyerbu kepala sekolah untuk mendesak si anak tersebut dikeluarkan dari sekolah tersebut.

Dinas Pendidikan Samosir bahkan sempat mengajak Dinas Kesehatan untuk melakukan mediasi dan menjelaskan kepada warga bahwa virus HIV /AIDS hanya menular melalui transfusi darah, jarum suntik serta hubungan seksual.

“Walaupun kami telah melakukan mediasi tersebut, namun warga dan orangtua tetap menolak anak tersebut bersekolah di tempat itu,” tambah Rikardo. (bal)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/