MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hingga 2 Januari 2019, penyelenggaraan angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) di Sumatera Utara berjalan padat lancar. Tidak ada kejadian menonjol. Baik kecelakaan lalu lintas, penumpukan penumpang, maupun pelanggaran oleh operator. Hanya di ruas jalan nasional Siantar-Parapat terjadi antrean panjang kendaraan hingga beberapa kilometer. Itupun karena ada longsoran tanah ke badan jalan.
“TERJADI kemacetan di ruas jalan nasional Siantar-Parapat hingga tiga kali, dikarenakan kondisi alam. Yakni ada longsoran tanah bercampur material lain ke badan jalan sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda-beda. Longsoran ini mengakibatkan antrean cukup panjang,” kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Sumatera Utara (Dishub Sumut), Darwin Purba menjawab Sumut Pos, Rabu (2/1).
Kemacetan juga sempat terjadi di ruas Medan-Berastagi pada beberapa titik, namun berhasil diurai petugas dengan cepat.
Khusus kondisi terkini lajur Siantar-Parapat, pihaknya berharap hujan tidak turun dalam beberapa hari ke depan, agar material longsor dapat dibersihkan dengan maksimal.
“Sebenarnya untuk ruas Siantar-Parapat, kalau tidak ada longsoran ke badan jalan, arus lalu-lintas berjalan normal. Makanya kita berharap hujan tidak turun beberapa hari ke depan ini,” katanyan
Untuk puncak arus balik Nataru, sesuai pemetaan Dishub Sumut, akan terjadi pada 5-6 Januari mendatang. “Puncak arus balik kami perkiraan pada 5-6 Januari 2017, mengingat anak sekolah sudah masuk pada 7 Januari,” katanya.
Di Tebing, Polisi Lakukan Sistem Buka Tutup
Arus lalu-lintas yang akan memasuki pintu tol Tebingtinggi Medan tepatnya di Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), mulai menujukkan kepadatan mulai pukul 11.00 WIB siang, Rabu (2/1).
Kasat Lantas Polres Tebingtinggi, AKP Enda Iwan, melalui via telepon mengatakan pihaknya bersama jajaran Polantas Polres Tebingtinggi, Dinas Perhubungan Serdang Bedagain
Satpol PP dan Dinas Kesehatan siap-siaga melakukan pemantauan dan pengawasan arus balik libur Nataru 2019 di pintu tol Tebingtinggi Medan.
“Personil yang dilibatkan sebanyak 160 orang gabungan dari Polres Tebingtinggi dan bersama unsur TNI, Dishub, Sat Pol PP serta Kesehatan, unsur yang dilibatkan dari Pemko Tebingtinggi dan Pemkab Sergai,” terangnya.
Ribuan kendaraan yang didominasi oleh kendaraan pribadi, diperkirakan akan memadati pertigaan pintu tol Tebingtinggi Medan hingga larut malam. Karena hatri ini, Kamis (3/1) ada beberapa sekolah yang sudah masuk.
“Sistem buka tutup pertigaan pintu tol Tebingtinggi Kualanamu berkordinasi dengan pihak JMKT. Kemacetan di pintu tol terjadi sudah sejak kemarin sore, Selasa (1/1) sekira pukul 18.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB,” terang AKP Enda Iwan.
Adapun beberapa titik kemacetan, menurutnya, karena traffic light di pertigaan simpang tol Tebingtinggi Medan kurang berfungsi. Ditambah lagi dengan banyaknya penjual lemang yang berjualan di pinggir Jalinsum Tebingtinggi Sei Rampah Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Sergai.
“Kemacetan yang terjadi bukan kemacetan total. Kendaraan terlihat padat merayap dengan antrian rata-rata 1 kilometer, baik dari Tebingtinggi menuju Medan dan sebaliknya. Kita mengimbau kepada pengemudi untuk selalu menaati peraturan lalu-lintas. Budayakan antri dan tidak saling mendahului apabila ada kemacetan,” pintanya.
Jalur Langkat-Karo Padat Lancar
Sementara untuk jalur alternatif Langkat-Karo melalui Sei Bingai, terlihat mulai padat dilintasi pengendara roda dua maupun empat. Jalur ini dipilih karena kondisi jalan sudah diaspal 90 persen. Arus lalu lintas yang ingin menuju Tanah Karo keluar Lau Kawar terpantau padat lancar pada 1 dan 2 Januari 2019.
Salahseorang pengguna jalan, Muhammad Zuhron, mengatakan dirinya berangkat ke Tanah Karo melalui Kecamatan Sei Bingai, Langkat bersama keluarganya. Jumlahnya ada 9 mobil rombongan.
“Waktu pergi, kondisi lalu-lintas padat lancar. Kami berangkat rombongan keluarga besar untuk mengisi waktu libur, berangkat siang mau ke Danau Lau Kawar, Tanah Karo,” kata warga Kelurahan Damai, Binjai Utara, Rabu (2/1) ini.
Ia senang, karena warga Binjai yang ingin berangkat ke Tanah Karo kini tidak mesti melintasi jalur Medan dan Deliserdang. Cukup melalui Sei Bingai, waktu tempuh menuju Tanah Karo dapat dipangkas hingga 90 menit.
“Keluarga pengen lewat dari Telagah, karena jalanan sudah mulus sampai ke Lau Kawar. Seru melintasi jalur Telagah, lebih dekat ke Lau Kawar dari Binjai. Dan masih asri, kalau kita melintasi dari situ,” beber Zuhron.
Sepanjang perjalanan menuju Lau Kawar, kata Zuhron, tidak terlihat polisi berpakaian dinas mengatur lalu-lintas. Namun arus lalu-lintas tetap lancar meski padat. Sesampai di Lau Kawar, pengunjung pada tempat wisata itu cukup ramai.
Namun saat hendak pulang, rombongan Zuhron kena macet. “Kami pulang sekitar pukul 17.30 WIB, lalu lintas macet. Tidak bergerak sejak di daerah Telagah sebelum Simpang Lau Kulap,” ujar dia.
Buntutnya, rombongan Zuhron putar arah. “Kami memutuskan jalan pulang kembali ke Lau Kawar dan pulang lewat Berastagi,” beber dia.
Karena harus melintasi Medan, waktu tempuh hingga ke Kota Binjai mencapai 4 jam. “Kemacetan terjadi karena ada mobil rusak,” katanya.
Banyak Pungli
Meski arus lalu-lintas selama libur 1 Januari 2019 berlangsung relatif lancar, ada beberapa evaluasi dari masyarakat yang berlibur. Di sejumlah jalur alternatif Langkat-Karo persisnya mulai dari Simpang Desa Namu Ukur sampai ke Desa Pamah Semelir, ada pemuda setempat yang diduga melakukan pungutan liar alias pungli. Preman menggunakan seragam Oknum Kepemudaan (OKP) itu meminta uang kepada wisatawan yang melintas di jalan tersebut. Bahkan, terjadi beberapa kali pemaksaan. Modusnya, oknum preman ini memaksa wisatawan membeli minuman mineral.
“Informasi yang saya dapat, banyak pungli di sana dengan modus menjual minuman minetal dengan harga mahal dan paksa. Tapi alhamdulillah kami tidak kena pungli,” aku Zuhron.
Kapolsek Sei Bingai, AKP Yusril Irwanto, yang coba dikonfirmasi, menolak berkomentar. “Coba cek sama Kasat Lantas,” katanya melalui telepon selular.
Kapolres Binjai, AKBP Donald Simanjuntak yang dikonfirmasi melalui layanan pesan singkat WhatsApp, Rabu (2/1), mengatakan, pihaknya sudah melakukan antisipasi terkait dugaan pungli.
“Kita telah mengantisipasi tindakan-tindakan pungli melalui kegiatan patroli dan Kring Serse, termasuk kejahatan-kejahatan lainnya,” tulis Donald. “Bila ada sekelompok oknum yang melakukan pungli atau pengutipan-pengutipan yang ilegal yang membuat masyarakat resah, kita akan tangkap dan proses hukum,” sambungnya.
Menurut dia, tindakan yang dilakukan Polres Binjai mendukung sekaligus menguatkan Maklumat Kapolda Sumut terkait pencegahan aksi premanisme.
Disinggung hasil patroli yang telah dilakukan, Donald mengatakan, sudah ada kasus pungli yang ditangkap dan diproses sampai pengadilan. “Ada 3 (pelaku pungli),” tandasnya tanpa membeberkan identitas ketiga pelaku.
Bencana 2018 Didominasi Karhutla & Banjir
Sekaitan bencana alam di Sumut selama 2018, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut merekapitulasi, bencana yang terjadi didominasi kebakaran hutan atau lahan (Karhutla), kemudian banjir dan longsor.
“Karhutla sebanyak 241 peristiwa atau laporan. Banjir sebanyak 61 peristiwa, longsor 32 peristiwa, cuaca ekstrem 15 peristiwa, banjir bandang tiga peristiwa,” ujar Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis.
Bencana banjir sebanyak 61 peristiwa itu, meliputi wilayah Kota Medan (8), Binjai (1), Tebingtinggi (2), Tanjungbalai (1), Siantar (1), Sibolga (3), Padangsidempuan (3), Langkat (7), Sergai (1), Asahan (9), Labuhanbatu (3), Paluta, Palas, Taput, Karo, Samosir dan Dairi masing-masing satu peristiwa, Tapsel (5), Batubara (2), Madina dan Nias masing-masing empat peristiwa.
Untuk cuaca ekstrem meliputi Medan 2 peristiwa, Langkat, Deliserdang dan Asahan masing-masing dua peristiwa, Labura, Paluta, Tobasa, Simalungun, Karo, Batubara, Nias Utara masing-masing satu peristiwa.
“Terkhusus erupsi Gunung Sinabung, Karo, ada sebanyak 12 laporan sesuai data yang kami miliki. Untuk bencana longsor antara lain Labuhanbatu (1), 3 Sibolga (3), Deliserdang, Langkat, Asahan, Tapteng, Tobasa, dan Padangsidempuan masing-masing satu peristiwa, Tapsel, Nisel dan Siantar masing-masing dua peristiwa, serta Madina (5),” sebutnya.
Untuk banjir bandang masing-masing terjadi satu kali yang meliputi wilayah Tapsel, Madina dan Dairi. Sementara untuk Karhutla, tercatat Labura (16), Labuhan Batu (28), Labusel (18), Tapsel (25), Tapteng (4), Tobasa dan Karo (9), Dairi (6), Samosir (13), 5 Deliserdang (5), Asahan (6), Madina (7), Simalungun (10), Humbahas (11), Paluta (34), Langkat (5), Sergai (4), Padang Lawas (22), Taput dan Pakpak Bharat (3), Medan, Sibolga dan Gunungsitoli (1).
Kecelakaan Kapal Motor Sinar Bangun juga menjadi catatan buruk bagi Sumut terutama bagi jalur transportasi air. “KM Sinar Bangun kita catat sebagai rekapitulasi tahunan,” katanya.
Pihaknya meminta kepada masyarakat untuk selalu berhati-hati atau waspada bila hendak akan melakukan perjalanan. Kemudian, untuk seluruh bupati dan wali kota se Sumut telah diimbau untuk dapat melakukan pengawasan hingga pengecekan terhadap daerah rawan bencana.
“Untuk masyarakat selalu dapatkan informasi cuaca dari BMKG atau BPBD setempat kalau melakukan perjalanan. Kemudian sudah bolak-balik kami ingatkan kabupaten/kota untuk mengecek jalur lintas provinsi ataupun daerah-daerah rawan terjadi bencana seperti longsor dan juga banjir,” katanya. (prn/ian/ted)