27 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Hasil Laut Nias Diyakini Bisa Menjadi Sumber PAD

NIAS, SUMUTPOS.CO – Kepulauan Nias yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, memiliki perairan yang sangat luas. Namun hingga kini, kekayaan lautnya belum bisa dinik

ist
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Gunungsitoli, Aliran Telaumbanua, SP MSi saat.

mati oleh masyarakat. Sebab, hasil dari nelayan tradisional masih sebatas mencukupi biaya hidup sehari-hari.

Dan jika hasil laut ini dapat dikelola dengan baik, akan menjadi sumber PAD yang utama, dan sebagai penyokong pembangunan, perekonomian masyarakat. Dan tidak tertutup kemungkinan kepulauan Nias akan menjadi salah satu daerah di Indonesia sebagai pengekspor ikan.

Demikian diuraikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Gunungsitoli, Aliran Telaumbanua, SP MSi kepada Sumut Pos di kantornya, Jalan Diponegoro-Miga, Kota Gunungsitoli, Senin (27/1). Aliran mengakui, rendahnya produksi ikan di kepulauan Nias, disebabkan keterbatasan nelayan lokal me nguasai teknologi, armada yang mi nim serta alat tangkap yang modern.

“Selama ini kita sudah berusaha mendorong para nelayan dengan memberi beberapa bantuan seperti perahu, alat tangkap dan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang besar, nelayan butuh kapal yang lebih besar, alat tangkap yang modern. Dengan anggaran yang terbatas, kita berharap ada investor yang mau berinvestasi di daerah kita ini”,harapnya.

Menurut Aliran, selama ini, para nelayan menjual ikan berkualitas ekspor ke Sibolga dengan harga murah. Sedangkan jika kepulauan Nias memiliki industri pengelolaan serta mesin pendingin ikan, harganya pasti jauh lebih mahal.

“Sebenarnya hasil laut kita berlimpah, ikan krapu, kakap,tenggiri serta ikan Tuna yang harganya tergolong mahal, banyak terdapat di perairan kepulauan Nias. Namun karena daerah kita belum memiliki industri pengelolaan ikan, sehingga yang menikmati hasil laut kita adalah daerah tetangga”,pungkasnya.

Diungkapkannya, tahun 2019 ini, pihaknya akan fokus meningkatkan produksi ikan hasil tangkapan nelayan, dengan meluncurkan dua program yakni : pengadaan Rumpon atau rumah ikan, akan dipasang di tengah laut posisinya berada pada 5-10 mil dari pantai, dengan kedalaman 500 meter, berdiameter 40 meter persegi. Kemudian pengadaan perahu untuk para nelayan sebanyak 35 unit berukuran 0,5 GT bermesin 10 PK.

Sedangkan untuk meningkatkan penguasaan teknologi kepada para nelayan, pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan akan di kirim magang. “Tujuan pemasangan Rumpon ini, untuk memudahkan para nelayan menangkap ikan. Juga akan kita kirim pegawai magang ke Balai Pelatihan di Semarang. Nantinya, ilmu yang di dapat akan diteruskan kepada nelayan kita di sini”, bilangnya. (mag-5/han)

NIAS, SUMUTPOS.CO – Kepulauan Nias yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, memiliki perairan yang sangat luas. Namun hingga kini, kekayaan lautnya belum bisa dinik

ist
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Gunungsitoli, Aliran Telaumbanua, SP MSi saat.

mati oleh masyarakat. Sebab, hasil dari nelayan tradisional masih sebatas mencukupi biaya hidup sehari-hari.

Dan jika hasil laut ini dapat dikelola dengan baik, akan menjadi sumber PAD yang utama, dan sebagai penyokong pembangunan, perekonomian masyarakat. Dan tidak tertutup kemungkinan kepulauan Nias akan menjadi salah satu daerah di Indonesia sebagai pengekspor ikan.

Demikian diuraikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Gunungsitoli, Aliran Telaumbanua, SP MSi kepada Sumut Pos di kantornya, Jalan Diponegoro-Miga, Kota Gunungsitoli, Senin (27/1). Aliran mengakui, rendahnya produksi ikan di kepulauan Nias, disebabkan keterbatasan nelayan lokal me nguasai teknologi, armada yang mi nim serta alat tangkap yang modern.

“Selama ini kita sudah berusaha mendorong para nelayan dengan memberi beberapa bantuan seperti perahu, alat tangkap dan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang besar, nelayan butuh kapal yang lebih besar, alat tangkap yang modern. Dengan anggaran yang terbatas, kita berharap ada investor yang mau berinvestasi di daerah kita ini”,harapnya.

Menurut Aliran, selama ini, para nelayan menjual ikan berkualitas ekspor ke Sibolga dengan harga murah. Sedangkan jika kepulauan Nias memiliki industri pengelolaan serta mesin pendingin ikan, harganya pasti jauh lebih mahal.

“Sebenarnya hasil laut kita berlimpah, ikan krapu, kakap,tenggiri serta ikan Tuna yang harganya tergolong mahal, banyak terdapat di perairan kepulauan Nias. Namun karena daerah kita belum memiliki industri pengelolaan ikan, sehingga yang menikmati hasil laut kita adalah daerah tetangga”,pungkasnya.

Diungkapkannya, tahun 2019 ini, pihaknya akan fokus meningkatkan produksi ikan hasil tangkapan nelayan, dengan meluncurkan dua program yakni : pengadaan Rumpon atau rumah ikan, akan dipasang di tengah laut posisinya berada pada 5-10 mil dari pantai, dengan kedalaman 500 meter, berdiameter 40 meter persegi. Kemudian pengadaan perahu untuk para nelayan sebanyak 35 unit berukuran 0,5 GT bermesin 10 PK.

Sedangkan untuk meningkatkan penguasaan teknologi kepada para nelayan, pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan akan di kirim magang. “Tujuan pemasangan Rumpon ini, untuk memudahkan para nelayan menangkap ikan. Juga akan kita kirim pegawai magang ke Balai Pelatihan di Semarang. Nantinya, ilmu yang di dapat akan diteruskan kepada nelayan kita di sini”, bilangnya. (mag-5/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/