26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Longsor Jembatan Sidua-dua, Opsi : Benteng atau Jembatan Baru

istimewa
TINJAU: Wagubsu Musa Rajekshah meninjau lokasi longsor di Jembatan Sidua-dua, Kecamatan Sipanganbolon, Simalungun, Sabtu (12/1) lalu.

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) tengah mencari solusi guna mengatasi berulangnya longsor terjadi di Jembatan Sidua-dua, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Simalungun. Ada dua opsi yang sedang dipertimbangkan. Yakni membangun benteng untuk mencegah material longsor, atau membangun jembatan baru.

KEPALA Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis mengatakan, saat ini pihaknya masih mempertimbangkan solusi yang akan dilakukan untuk mencegah berulangnya longsor menerjang Jembatan Sidua-dua di Jalan Lintas Siantar-Parapat. Termasuk membuat benteng atau membangun jembatan baru. “Lagi dipertimbangkan, belum diputuskann

Kita masih mau rapat koordinasi dulu dengan stakeholder terkait,” kata Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Selasa (15/1).

Pihaknya berharap dalam rapat koordinasi lanjutan nantinya, seluruh instansi terkait lebih serius melakukan pembahasan guna mencari solusi atas peristiwa bencana alam ini. Terlebih berkenaan sumber bencana yang diduga berasal dari hulu sungai. “Di hilir (Jembatan Sidua-dua) inikan dampaknya. Yang perlu kita koordinasikan lebih jauh bagaimana di hulunya itu kita duga sumber bencana,” katanya.

Saat ini, lanjutnya, kondisi di lapangan badan jalan jembatan sudah mulai steril dari material longsor. Hanya saja pihaknya terus mengintensifkan koordinasi dengan Polres Simalungun untuk melancarkan arus lalu lintas.

Ia juga membantah adanya informasi yang sudah tersebar luas melalui grup-grup WhatsApp, bahwa Polres Simalungun menyatakan, mulai 15 Januari 2019 pukul 08.00 WIB di Jembatan Sidua-dua ada pengerukan di atas bukit dan di bawah jembatan (gorong-gorong) untuk membuang longsoran dan memperlancar aliran di bawah jembatan. Di mana arus lalu lintas dari Parapat menuju Siantar dan sebaliknya ditutup total sampai pekerjaan selesai, hingga waktu yang belum diketahui. Jadi jika ada yang akan melintas di wilayah hukum Simalungun, agar dialihkan ke jalur yang tidak melewati Kota Parapat.

“Tidak benar informasi itu. Tidak ada dilakukan pengerukan di atas bukit. Yang ada pembersihan material longsor akibat dampak longsor,” katanya.

Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut, Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja juga membantah kabar tersebut. “Dari informasi yang didapat di lapangan, diberlakukan sistem buka tutup dua jam sekali. Artinya, tidak ditutup total. Ketika pengerukan, jalan ditutup. Kemudian dibuka kembali satu jam untuk arus lalulintas,” terangnya.

Berdasarkan laporan dari Polres Simalungun, proses pengorekan material longsor berupa lumpur ditaksir akan dilakukan selama dua hari ke depan. Namun bisa saja ada penambahan waktu melihat situasi kondisi alam. “Kalau dari rencana kerjanya dua hari akan dilakukan pengorekan, tapi kita lihat dulu bagaimana kondisi di lapangan. Bisa saja ada penambahan waktu,” pungkasnya.

Destinasi ke Danau Toba Menurun

Pemprov Sumut dan sejumlah stakeholder diminta untuk segera menyelesaikan masalah longsor yang terjadi di Jembatan Siduadua, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Simalungun. Desakan ini terlontar saat warga bersama aparat di kawasan itu melakukan pembersihan longsoran lumpur di bawah jembatan Selasa (15/1) pagi.

Mereka dibantu aparat kepolisian menggunakan alat berat yang diturunkan Pemprov Sumut, mengeruk lumpur agar aliran sungai yang berada di bawah jembatan kembali normal. Koordinator Tim Mitigasi Bencana di Destinasi Pariwisata Danau Toba Harianto Sinaga mengatakan, pembersihan longsoran ini bukan sebuah solusi.

“Harapan kami supaya segera dilakukan tindakan efektif. Kalau hanya membersihkan longsor ini saja yang dikerjakan, ini tidak jaminan kalau tidak akan terjadi lagi longsor. Karenanya, Pemprov Sumut bersama sejumlah pihak berwenang harus segera lakukan tindakan penyelesaian soal longsor yang terus terjadi di Jembatan Siduadua ini,” kata Sinaga ketika dihubungi Sumut Pos, Senin (14/1) sore.

Perlu dilakukan penanggulangan secepat mungkin. Secepatnya, ia meminta agar dibuat tanggul untuk menahan longsor yang masih bisa saja terjadi. “Sejak kemarin sudah kita minta sebenarnya. Tapi belum ada reaksi. Terlalu prosesnya. Sudah sebulan masyarakat membantu evakuasi, ini swadaya masyarakat. Bahkan kemarin alat berat juga diturunkan dengan swadaya masyarakat. Sampai saat ini, belum ada yang berkompeten untuk melakukan tindakan,” ungkapnya.

Dikatakannya, sejak sebulan lalu terjadinya longsor tepatnya 15 Desember 2018 kemarin, alat berat yang diturunkan merupakan milik swasta, Bumi Karsa, yang kebetulan sedang mengerjakan proyek pemeliharan Jalan Lingkar Luar Parapat. “Pemerintah, dalam hal ini Pemprov Sumut baru hari ini menurunkan alat berat. Itu pun cuma sampai besok (Selasa 16 Januari,red). Selebihnya bagaimana? Masa harus uang masyarakat lagi yang keluar. Sudah sebulan masyarakat berswadaya untuk menanggulangi masalah longsor ini, sampai kapan masyarakat harus menanggung. Bukan sedikit biayanya, minyak alat berat lah, mengatur lalulintas juga oleh kepolisian. Dari mana anggarannya,” katanya.

Sejak kejadian longsornya Jembatan Siduadua, jumlah kunjungan wisata ke Danau Toba menurun drastis. Menurutnya, banyak bookingan hotel yang dibatalkan lantaran terjadinya longsor. “Apalagi ini sudah mau mendekati Imlek, seperti rapat yang dilakukan Sekda Prov Sumut kemarin, perlu dilakukan pembenahan. Tujuannya agar wisatawan kembali datang ke Danau Toba. Kami, masyarakat berharap ada manajemen yang segera untuk menyelesaikan masalah ini,” pungkasnya. (prn/dvs)

istimewa
TINJAU: Wagubsu Musa Rajekshah meninjau lokasi longsor di Jembatan Sidua-dua, Kecamatan Sipanganbolon, Simalungun, Sabtu (12/1) lalu.

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) tengah mencari solusi guna mengatasi berulangnya longsor terjadi di Jembatan Sidua-dua, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Simalungun. Ada dua opsi yang sedang dipertimbangkan. Yakni membangun benteng untuk mencegah material longsor, atau membangun jembatan baru.

KEPALA Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Riadil Akhir Lubis mengatakan, saat ini pihaknya masih mempertimbangkan solusi yang akan dilakukan untuk mencegah berulangnya longsor menerjang Jembatan Sidua-dua di Jalan Lintas Siantar-Parapat. Termasuk membuat benteng atau membangun jembatan baru. “Lagi dipertimbangkan, belum diputuskann

Kita masih mau rapat koordinasi dulu dengan stakeholder terkait,” kata Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Selasa (15/1).

Pihaknya berharap dalam rapat koordinasi lanjutan nantinya, seluruh instansi terkait lebih serius melakukan pembahasan guna mencari solusi atas peristiwa bencana alam ini. Terlebih berkenaan sumber bencana yang diduga berasal dari hulu sungai. “Di hilir (Jembatan Sidua-dua) inikan dampaknya. Yang perlu kita koordinasikan lebih jauh bagaimana di hulunya itu kita duga sumber bencana,” katanya.

Saat ini, lanjutnya, kondisi di lapangan badan jalan jembatan sudah mulai steril dari material longsor. Hanya saja pihaknya terus mengintensifkan koordinasi dengan Polres Simalungun untuk melancarkan arus lalu lintas.

Ia juga membantah adanya informasi yang sudah tersebar luas melalui grup-grup WhatsApp, bahwa Polres Simalungun menyatakan, mulai 15 Januari 2019 pukul 08.00 WIB di Jembatan Sidua-dua ada pengerukan di atas bukit dan di bawah jembatan (gorong-gorong) untuk membuang longsoran dan memperlancar aliran di bawah jembatan. Di mana arus lalu lintas dari Parapat menuju Siantar dan sebaliknya ditutup total sampai pekerjaan selesai, hingga waktu yang belum diketahui. Jadi jika ada yang akan melintas di wilayah hukum Simalungun, agar dialihkan ke jalur yang tidak melewati Kota Parapat.

“Tidak benar informasi itu. Tidak ada dilakukan pengerukan di atas bukit. Yang ada pembersihan material longsor akibat dampak longsor,” katanya.

Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut, Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja juga membantah kabar tersebut. “Dari informasi yang didapat di lapangan, diberlakukan sistem buka tutup dua jam sekali. Artinya, tidak ditutup total. Ketika pengerukan, jalan ditutup. Kemudian dibuka kembali satu jam untuk arus lalulintas,” terangnya.

Berdasarkan laporan dari Polres Simalungun, proses pengorekan material longsor berupa lumpur ditaksir akan dilakukan selama dua hari ke depan. Namun bisa saja ada penambahan waktu melihat situasi kondisi alam. “Kalau dari rencana kerjanya dua hari akan dilakukan pengorekan, tapi kita lihat dulu bagaimana kondisi di lapangan. Bisa saja ada penambahan waktu,” pungkasnya.

Destinasi ke Danau Toba Menurun

Pemprov Sumut dan sejumlah stakeholder diminta untuk segera menyelesaikan masalah longsor yang terjadi di Jembatan Siduadua, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Simalungun. Desakan ini terlontar saat warga bersama aparat di kawasan itu melakukan pembersihan longsoran lumpur di bawah jembatan Selasa (15/1) pagi.

Mereka dibantu aparat kepolisian menggunakan alat berat yang diturunkan Pemprov Sumut, mengeruk lumpur agar aliran sungai yang berada di bawah jembatan kembali normal. Koordinator Tim Mitigasi Bencana di Destinasi Pariwisata Danau Toba Harianto Sinaga mengatakan, pembersihan longsoran ini bukan sebuah solusi.

“Harapan kami supaya segera dilakukan tindakan efektif. Kalau hanya membersihkan longsor ini saja yang dikerjakan, ini tidak jaminan kalau tidak akan terjadi lagi longsor. Karenanya, Pemprov Sumut bersama sejumlah pihak berwenang harus segera lakukan tindakan penyelesaian soal longsor yang terus terjadi di Jembatan Siduadua ini,” kata Sinaga ketika dihubungi Sumut Pos, Senin (14/1) sore.

Perlu dilakukan penanggulangan secepat mungkin. Secepatnya, ia meminta agar dibuat tanggul untuk menahan longsor yang masih bisa saja terjadi. “Sejak kemarin sudah kita minta sebenarnya. Tapi belum ada reaksi. Terlalu prosesnya. Sudah sebulan masyarakat membantu evakuasi, ini swadaya masyarakat. Bahkan kemarin alat berat juga diturunkan dengan swadaya masyarakat. Sampai saat ini, belum ada yang berkompeten untuk melakukan tindakan,” ungkapnya.

Dikatakannya, sejak sebulan lalu terjadinya longsor tepatnya 15 Desember 2018 kemarin, alat berat yang diturunkan merupakan milik swasta, Bumi Karsa, yang kebetulan sedang mengerjakan proyek pemeliharan Jalan Lingkar Luar Parapat. “Pemerintah, dalam hal ini Pemprov Sumut baru hari ini menurunkan alat berat. Itu pun cuma sampai besok (Selasa 16 Januari,red). Selebihnya bagaimana? Masa harus uang masyarakat lagi yang keluar. Sudah sebulan masyarakat berswadaya untuk menanggulangi masalah longsor ini, sampai kapan masyarakat harus menanggung. Bukan sedikit biayanya, minyak alat berat lah, mengatur lalulintas juga oleh kepolisian. Dari mana anggarannya,” katanya.

Sejak kejadian longsornya Jembatan Siduadua, jumlah kunjungan wisata ke Danau Toba menurun drastis. Menurutnya, banyak bookingan hotel yang dibatalkan lantaran terjadinya longsor. “Apalagi ini sudah mau mendekati Imlek, seperti rapat yang dilakukan Sekda Prov Sumut kemarin, perlu dilakukan pembenahan. Tujuannya agar wisatawan kembali datang ke Danau Toba. Kami, masyarakat berharap ada manajemen yang segera untuk menyelesaikan masalah ini,” pungkasnya. (prn/dvs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/