32 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Orangutan Disita dari Rumah Pejabat di Aceh

Ini dia Orang utannya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tim gabungan dari Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) mengevakuasi seekor orangutan dari kediaman salah seorang pejabat di Aceh, Selasa (22/1).

Selama di rumah oknum pejabat tersebut, hewan dengan bahasa latin Pongo Abeli itu dirawat layaknya seperti manusia, diberi makan nasi dan lauk pauk. Selama dipelihara, Orangutan bernama Sapto tersebut beraa di kediaman si oknum pejabat di kawasan Gampong Paya, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh.

Ketua YOSL-OIC, Panut Hadisiswoyo mengatakan, orangutan bernama Sapto tersebut dibeli sipemilik dari seorang petani saat berusia 2 tahun.

“Jadi memang dari ladang dibelinya. Kemudian dibawa ke rumah. Alasannya, karena lucu,”ungkap Panut kepada wartawan di Medan, Rabu (23/1).

Namun sayang, Panut enggan memberikan identitas pemilik orangutan itu. Bahkan kepada petugas, pemilik meminta ganti rugi atas biaya perawatan Sapto selama dalam perawatannya.

“Setelah perbincangan yang alot, akhirnya pemilik bersedia memberikan Sapto untuk dibawa ke Medan,” ungkap Panut.

Panut mengungkapkan meski diperlakukan seperti manusia, orangutan sangat berbahaya. Karena memiliki sifat liar. Dan Sapto seharusnya berada di alam bebas.

Dijelaskan Panut, populasi orangutan hanya mencapai 3.000 ekor. Kini jumlahnya diprediksi hanya tinggal 200 ekor. “Ada ekspansi sawit secara masif. Habitat Orangutan tergusur,” sebutnya. (gus/han)

Ini dia Orang utannya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tim gabungan dari Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) mengevakuasi seekor orangutan dari kediaman salah seorang pejabat di Aceh, Selasa (22/1).

Selama di rumah oknum pejabat tersebut, hewan dengan bahasa latin Pongo Abeli itu dirawat layaknya seperti manusia, diberi makan nasi dan lauk pauk. Selama dipelihara, Orangutan bernama Sapto tersebut beraa di kediaman si oknum pejabat di kawasan Gampong Paya, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh.

Ketua YOSL-OIC, Panut Hadisiswoyo mengatakan, orangutan bernama Sapto tersebut dibeli sipemilik dari seorang petani saat berusia 2 tahun.

“Jadi memang dari ladang dibelinya. Kemudian dibawa ke rumah. Alasannya, karena lucu,”ungkap Panut kepada wartawan di Medan, Rabu (23/1).

Namun sayang, Panut enggan memberikan identitas pemilik orangutan itu. Bahkan kepada petugas, pemilik meminta ganti rugi atas biaya perawatan Sapto selama dalam perawatannya.

“Setelah perbincangan yang alot, akhirnya pemilik bersedia memberikan Sapto untuk dibawa ke Medan,” ungkap Panut.

Panut mengungkapkan meski diperlakukan seperti manusia, orangutan sangat berbahaya. Karena memiliki sifat liar. Dan Sapto seharusnya berada di alam bebas.

Dijelaskan Panut, populasi orangutan hanya mencapai 3.000 ekor. Kini jumlahnya diprediksi hanya tinggal 200 ekor. “Ada ekspansi sawit secara masif. Habitat Orangutan tergusur,” sebutnya. (gus/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/