istimewa/sumut pos Kepala Dinas Pariwisata Medan, Agus Suriyono
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Julukan Kota Medan sebagai Kota Spa atau panti pijat yang diberikan Anggota Komisi C DPRD Medan, Jangga Siregar dinilai tidak tepat oleh Kepala Dinas Pariwisata Medan, Agus Suriyono. Justru, dengan pertumbuhan itu Medan disebut sebagai Kota Pariwisata
“Spa dan panti pijat itu usaha pariwisata. Jadi kalau berkembang usaha tersebut namanya Kota Pariwisata,” kata Agus kepada Sumut Pos yang dihubungi, Rabu (30/1).
Menurut dia, saat ini Spa dan panti pijat yang ada di Kota Medan berjumlah 285. Jumlah usaha ini terdiri dari beberapa jenis mulai dari pijat refleksi, oukup tradisional hingga Spa. “Untuk Spa jumlahnya 108, oukup dan refleksi sekitar 30. Jadi, bukan semua Spa modern,” cetusnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi C DPRD Medan, Jangga Siregar menjuluki kota Medan sebagai ‘Kota Spa saat rapat bersama perwakilan tempat hiburan di gedung DPRD Medan, Selasa (29/1). Diutarakan Jangga, jumlah panti pijat dan spa yang ada di Kota Medan mencapai ratusan. Ironisnya, panti pijat yang ada tersebut mayoritas telah berubah fungsi diduga sebagai tempat prostitusi terselubung.
Ia mengaku, berdasarkan inspeksi mendadak (sidak) beberapa waktu lalu di sejumlah tempat hiburan atau spa, tawaran prostitusi itu bahkan dilakukan ketika di pintu masuk. (ris/ila)
istimewa/sumut pos Kepala Dinas Pariwisata Medan, Agus Suriyono
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Julukan Kota Medan sebagai Kota Spa atau panti pijat yang diberikan Anggota Komisi C DPRD Medan, Jangga Siregar dinilai tidak tepat oleh Kepala Dinas Pariwisata Medan, Agus Suriyono. Justru, dengan pertumbuhan itu Medan disebut sebagai Kota Pariwisata
“Spa dan panti pijat itu usaha pariwisata. Jadi kalau berkembang usaha tersebut namanya Kota Pariwisata,” kata Agus kepada Sumut Pos yang dihubungi, Rabu (30/1).
Menurut dia, saat ini Spa dan panti pijat yang ada di Kota Medan berjumlah 285. Jumlah usaha ini terdiri dari beberapa jenis mulai dari pijat refleksi, oukup tradisional hingga Spa. “Untuk Spa jumlahnya 108, oukup dan refleksi sekitar 30. Jadi, bukan semua Spa modern,” cetusnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi C DPRD Medan, Jangga Siregar menjuluki kota Medan sebagai ‘Kota Spa saat rapat bersama perwakilan tempat hiburan di gedung DPRD Medan, Selasa (29/1). Diutarakan Jangga, jumlah panti pijat dan spa yang ada di Kota Medan mencapai ratusan. Ironisnya, panti pijat yang ada tersebut mayoritas telah berubah fungsi diduga sebagai tempat prostitusi terselubung.
Ia mengaku, berdasarkan inspeksi mendadak (sidak) beberapa waktu lalu di sejumlah tempat hiburan atau spa, tawaran prostitusi itu bahkan dilakukan ketika di pintu masuk. (ris/ila)