31 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pemkab Diminta Promosikan Kuliner Khas Labusel

ISTIMEWA
IKAN SALE: Ketua PB IKLAS Drs Rivai Nasution saat hendak membeli ikan sale yang dijual pedagang di pinggir jalan Kotapinang, Labusel, Sabtu (2/3) lalu.

LABUSEL, SUMUTPOS.CO – Labuhanbatu Selatan memiliki kuliner yang beragam dan telah ada sejak dahulu, seperti Ikan Sale, Anyang Ayam, Tumis Ayam, Sambal Tuk-tuk, hingga kuliner legendaris yang memiliki sejarah panjang yaitu Kue Rasidah.

Namun, kuliner khas Labusel ini kurang terpromosikan, sehingga tak banyak masyarakat yang mengenalnya.

“Kalau bercerita tentang kuliner atau gastronomi Labusel, sudah pasti tak akan ada habisnya. Karena kuliner di Labusel ini sangat beragam,” kata Ketua PB Ikatan Keluarga Labuhanbatu Selatan (IKLAS) Drs Rivai Nasution MM kepada wartawan di salah satu warung di Kotapinang, Labusel, akhir pekan lalu.

Tapi dari keberagaman kuliner ini, lanjut Rivai, yang paling dikenal orang adalah anyang ayam. “Sebab dalam setiap acara kenduri kuliner yang satu ini sudah pasti di suguhkan oleh ahli bait. Apalagi kalau ada tamu dari luar,” ujar Rivai.

Lebih lanjut dikatakannya, dalam mempromosikan kuliner khas Labusel ini Pemkab Labusel harus lebih serius, baik melalui pameran-pameran maupun dalam agenda kegiatan lainnya. Di samping itu, melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan harus tetap mensosialisasikannya dalam betuk event-event lomba. Sehingga masyarakat termotivasi untuk menciptakan kualitas kuliner yang telah lama menjadi andalan daerah ini. Apalagi sampai saat ini, Labusel tidak punya produk unggulan yang bisa dipromosikan secara regional maupun nasional.

Menurut Rivai, hal paling dasar untuk memperkenalkan kuliner Labusel ini adalah, dimulai dari kualitas bahan dasarnya terlebih dahulu. Dari bahan dasar yang berkualitas akan menciptakan hidangan yang berkualitas pula, sehingga kita juga akan percaya diri untuk memperkenalkannya ke dunia luar. “Nah, setelah kualitas bahan dasar sudah standart, Pemkab harus melindunginya dengan satu produk hukum baik itu melalui pearturan daeran maupun peraturan bupati. Jadi semua jenis kuliner yang ada di Labusel memiliki legalitas yang disahkan pemerintah. Sehingga kuliner inilah yang menjadi lokomotif promosi ke luar daerah,” beber Rivai.

Menanggapi ini, Ustad Amiruddin Harahap mengatakan, apa yang disampaikan Ketua PB Iklas patut dijadikan motivasi bagi masyarakat Labusel dalam hal peningkatan kualitas kuliner itu sendiri. Salah satunya ikan sale yang pembuatannya di daerah Labuhan. Sudah seharusnya pemerintah melalui Dinas Perindagko/UKM membantu mereka dengan memberikan tenda yang memadai untuk berjualan dan melakukan pelatihan dalam proses pembuatan ikan sale tersebut. “Jadi kesan kumuh saat melintasi jembatan labuhan tidak akan terlihat dengan penyeragaman tenda jualan mereka” kata Ustad Amiruddin. Dia juga meminta agar Dinas Pariwisata Labusel harus lebih tanggap dengan permasalahan promosi kuliner Labusel, agar potensi ini tidak hilang begitu saja dan diganti dengan kuliner dari luar.

“Sebab saat itu sudah mulai terlihat dengan menjamurnya rumah makan holat dan rumah makan khas daerah lain di beberapa daerah yang ada di Labusel. Namun Rumah Makan Anyang Ayam atau sambal tuktuk tidak pernah kita dengar. Kalaupun ada, hanya sekedar pelengkap menu makanan saja. Konsep kuliner Labusel harus di desain sedemikian rupa agar masyarakat tertarik untuk mempopulerkannya di tengah-tengah masyarakat,” usul Amiruddin. (adz)

ISTIMEWA
IKAN SALE: Ketua PB IKLAS Drs Rivai Nasution saat hendak membeli ikan sale yang dijual pedagang di pinggir jalan Kotapinang, Labusel, Sabtu (2/3) lalu.

LABUSEL, SUMUTPOS.CO – Labuhanbatu Selatan memiliki kuliner yang beragam dan telah ada sejak dahulu, seperti Ikan Sale, Anyang Ayam, Tumis Ayam, Sambal Tuk-tuk, hingga kuliner legendaris yang memiliki sejarah panjang yaitu Kue Rasidah.

Namun, kuliner khas Labusel ini kurang terpromosikan, sehingga tak banyak masyarakat yang mengenalnya.

“Kalau bercerita tentang kuliner atau gastronomi Labusel, sudah pasti tak akan ada habisnya. Karena kuliner di Labusel ini sangat beragam,” kata Ketua PB Ikatan Keluarga Labuhanbatu Selatan (IKLAS) Drs Rivai Nasution MM kepada wartawan di salah satu warung di Kotapinang, Labusel, akhir pekan lalu.

Tapi dari keberagaman kuliner ini, lanjut Rivai, yang paling dikenal orang adalah anyang ayam. “Sebab dalam setiap acara kenduri kuliner yang satu ini sudah pasti di suguhkan oleh ahli bait. Apalagi kalau ada tamu dari luar,” ujar Rivai.

Lebih lanjut dikatakannya, dalam mempromosikan kuliner khas Labusel ini Pemkab Labusel harus lebih serius, baik melalui pameran-pameran maupun dalam agenda kegiatan lainnya. Di samping itu, melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan harus tetap mensosialisasikannya dalam betuk event-event lomba. Sehingga masyarakat termotivasi untuk menciptakan kualitas kuliner yang telah lama menjadi andalan daerah ini. Apalagi sampai saat ini, Labusel tidak punya produk unggulan yang bisa dipromosikan secara regional maupun nasional.

Menurut Rivai, hal paling dasar untuk memperkenalkan kuliner Labusel ini adalah, dimulai dari kualitas bahan dasarnya terlebih dahulu. Dari bahan dasar yang berkualitas akan menciptakan hidangan yang berkualitas pula, sehingga kita juga akan percaya diri untuk memperkenalkannya ke dunia luar. “Nah, setelah kualitas bahan dasar sudah standart, Pemkab harus melindunginya dengan satu produk hukum baik itu melalui pearturan daeran maupun peraturan bupati. Jadi semua jenis kuliner yang ada di Labusel memiliki legalitas yang disahkan pemerintah. Sehingga kuliner inilah yang menjadi lokomotif promosi ke luar daerah,” beber Rivai.

Menanggapi ini, Ustad Amiruddin Harahap mengatakan, apa yang disampaikan Ketua PB Iklas patut dijadikan motivasi bagi masyarakat Labusel dalam hal peningkatan kualitas kuliner itu sendiri. Salah satunya ikan sale yang pembuatannya di daerah Labuhan. Sudah seharusnya pemerintah melalui Dinas Perindagko/UKM membantu mereka dengan memberikan tenda yang memadai untuk berjualan dan melakukan pelatihan dalam proses pembuatan ikan sale tersebut. “Jadi kesan kumuh saat melintasi jembatan labuhan tidak akan terlihat dengan penyeragaman tenda jualan mereka” kata Ustad Amiruddin. Dia juga meminta agar Dinas Pariwisata Labusel harus lebih tanggap dengan permasalahan promosi kuliner Labusel, agar potensi ini tidak hilang begitu saja dan diganti dengan kuliner dari luar.

“Sebab saat itu sudah mulai terlihat dengan menjamurnya rumah makan holat dan rumah makan khas daerah lain di beberapa daerah yang ada di Labusel. Namun Rumah Makan Anyang Ayam atau sambal tuktuk tidak pernah kita dengar. Kalaupun ada, hanya sekedar pelengkap menu makanan saja. Konsep kuliner Labusel harus di desain sedemikian rupa agar masyarakat tertarik untuk mempopulerkannya di tengah-tengah masyarakat,” usul Amiruddin. (adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/