Surat untuk gubernurku.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga Allah SWT merahmati bapak dan menyehatkan bapak sehingga dapat melaksanakan tugas negara dengan baik. Amin.
SAYA adalah seorang pendidik di salah satu lembaga pendidikan di Kota Medan. Di sini saya ingin mencurahkan isi hati saya terkait dengan kalimat “Sumatera Utara yang Bermartabat”.
Bapak Gubernur. Sewaktu Pilkada 2018 saya memilih bapak sebagai gubernur, karena saya berharap banyak pada bapak. Saya yakin jika Sumut ini dipegang oleh mantan aparat.
Inilah sebait pesan yang dikirimkan Syaifah Ifah melalui surat elektronik melalui email syaifahifah69@gmail.com kepada penulis, Jumat (8/3) sore.
Sudahkah Sumut Bermartabat? Sudahkan perguruan tinggi di Sumut bermartabat? Pertanyaan sederhana ini penulis juga lontarkan pada pimpinan lembaga yang menakhodai pendidikan termasuk sejumlah perguruan tinggi di Sumut.
Sejumlah anggota legislatif baik di pusat dan daerah juga tak luput dari perhatian penulis. Pertanyaan serupa ditujukan pada pemerhati dan tokoh masyarakat Sumut.
Pertanyaan sederhana namun agaknya sulit menemukan jawaban yang pas. Ataukah takut apabila jawaban yang gamblang akan menyinggung perasaan seseorang?
Dalam kurun beberapa hari ini, penulis belum mendapatkan jawaban dari narasumber. Beberapa narasumber meminta waktu untuk menuangkan pemikirannya terkait sudahkah Sumut Bermartabat?
Namun ada sebait pesan disampaikan Endang, salah seorang pimpinan perguruan tinggi di Sumut. Ia memanjangkan akronim Sumut.
“Sumut. Sejahteralah provinsiku. Utamakanlah kepentingan rakyat. Majulah terus. Ukirlah prestasi. Teruslah berkarya,” katanya.
Hingga 9 Maret 2019, berarti telah 187 hari Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah telah menoreh perjalanan menjadi Gubsu dan Wagubsu periode 2018-2023. Perjalanan selama enam bulan tentu sudah dapat dievaluasi sudahkah Sumut Bermartabat terutama dalam bidang pendidikan tinggi sebagai wadah menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul di era Sumut Bermartabat.
Sebelum Pilgubsu, Edy Rahmayadi adalah seorang tokoh masyarakat Sumut yang paling banyak menyambangi perguruan tinggi, baik negeri dan swasta di Sumut.
Fenomena itu seakan surut pascadilantik. Kini amat jarang Edy Rahmayadi tampil memberi kuliah umum atau berorasi dalam sebuah wisuda.