26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Energi Baru dan Terbarukan Dikembangkan di Riau, Pertamina Kerja Sama RNI dan PTPN III

VIRDA ELISYA/JAWAPOS.COM
KERJA SAMA: Pertamina, RNI, dan PTPN III, akan bekerja sama dalam penyediaan bahan baku crude palm oil (CPO), refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), dan bio ethanol di Pekanbaru, Riau, Selasa (19/3).

PEKANBARU, SUMUTPOS.CO – Pertamina, RNI dan PTPN III akan menjalin kerja sama dalam penyediaan bahan baku crude palm oil (CPO), refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), dan bioethanol. Tujuannya, untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan, satu di antaranya bahan bakar nabati.

Kerja sama ini, ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama RNI B Didik Prasetyo, dan Direktur Utama PTPN III Dolly P Pulungan di Pekanbaru, Riau, Selasa (19/3).

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan, dari kesepakatan ini, semua pihak akan bekerja sama menjajaki rencana pasokan bahan baku nabati dari kebun kelapa sawit.

“Hasil pengolahan kelapa sawit tersebut akan dimanfaatkan oleh Pertamina untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan bakar nabati. Bagi plasma PTPN dan petani kelapa sawit, program ini diharapkan mampu meningkatkan serapan produk CPO, sehingga dapat membantu menstabilkan harga TBS (tandan buah segar) di tingkat petani,” ungkap Fajriyah, Selasa (19/3).

Hal ini juga mendorong percepatan peremajaan tanaman kelapa sawit plasma. Sehingga, pasokan bahan baku bagi pengembangan bahan bakar nabati ini dapat terjamin ke depannya.

Sementara bagi RNI, sinergi ini merupakan bagian dari upaya melakukan hilirisasi produk CPO dari kebun kelapa sawit yang dikelola oleh anak perusahaan RNI Group, yakni PT Perkebunan Mitra Ogan dan PT Laras Astra Kartika. Ini juga sebagai upaya untuk memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi.

“Ini diharapkan dapat mendukung keberlanjutan dan peningkatan produktivitas produk turunan kelapa sawit, baik dalam lingkup RNI Group maupun secara nasional,” jelas Fajriyah.

Nantinya, lanjut Fajriyah, RNI melalui anak perusahaan yang bergerak di bidang industri gula, yakni PT PG Rajawali I dan PTPN Group melalui PT Enero, juga akan memasok molases. Itu akan diolah bersama Pertamina menjadi bioethanol fuel grade dengan kapasitas 60.000 kilo liter per tahun.

Molases merupakan produk sampingan yang dihasilkan dari produk pengolahan tebu. Pemanfaatannya untuk diolah sebagai energi baru dan terbarukan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan. “Ini merupakan bentuk sinergi antar BUMN dalam menunjukkan komitmen kami menyediakan energi dari sumberdaya dalam negeri yang baru dan terbarukan, sehingga menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Ini juga sejalan dengan upaya pemerintah yang menetapkan target energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025,” sebut Fajriyah.

Pemanfaatan bahan bakar yang ramah lingkungan ini, sudah diatur pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2015, tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008, tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel), sebagai Bahan Bakar Lain. Pemerintah tetapkan mandatori Program B20, dengan BBM (jenis solar) yang dijual harus mengandung setidaknya 20 persen biodiesel.

Lebih lanjut Fajriyah menuturkan, pasokan bahan baku ini akan diperlukan seiring dengan program perusahaan dalam pengembangan energi baru dan terbarukan. Saat ini Pertamina telah berhasil melakukan uji coba coprocessing mengolah RBDPO dengan minyak fosil secara bersamaan, menghasilkan green fuels di kilang pengolahan, antara lain coprocessing green gasoline di RU III Plaju pada Desember 2018, dengan campuran sam-pai dengan 7,5 persen RBDPO, menghasilkan green gasoline, green LPG, dan green propylene.

Serta di RU II Dumai pada Maret 2019 ini, sedang terus dilakukan uji coba coprocessing green diesel yang menghasilkan green diesel dengan campuran RBDPO sampai dengan 12,5 persen. Ke depan, akan dilanjutkan uji coba di Kilang RU IV Cilacap dan RU VI Balongan, untuk coprocessing green gasoline dan green avtur.

Rencananya, Pertamina juga telah menggandeng perusahaan energi asal Italia, ENI, untuk menjajaki kerja sama dalam pengembangan kilang di Plaju, yang dapat memproduksi bahan bakar nabati dengan bahan baku CPO. (jpc/saz)

VIRDA ELISYA/JAWAPOS.COM
KERJA SAMA: Pertamina, RNI, dan PTPN III, akan bekerja sama dalam penyediaan bahan baku crude palm oil (CPO), refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), dan bio ethanol di Pekanbaru, Riau, Selasa (19/3).

PEKANBARU, SUMUTPOS.CO – Pertamina, RNI dan PTPN III akan menjalin kerja sama dalam penyediaan bahan baku crude palm oil (CPO), refined bleached deodorized palm oil (RBDPO), dan bioethanol. Tujuannya, untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan, satu di antaranya bahan bakar nabati.

Kerja sama ini, ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Utama RNI B Didik Prasetyo, dan Direktur Utama PTPN III Dolly P Pulungan di Pekanbaru, Riau, Selasa (19/3).

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan, dari kesepakatan ini, semua pihak akan bekerja sama menjajaki rencana pasokan bahan baku nabati dari kebun kelapa sawit.

“Hasil pengolahan kelapa sawit tersebut akan dimanfaatkan oleh Pertamina untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan bakar nabati. Bagi plasma PTPN dan petani kelapa sawit, program ini diharapkan mampu meningkatkan serapan produk CPO, sehingga dapat membantu menstabilkan harga TBS (tandan buah segar) di tingkat petani,” ungkap Fajriyah, Selasa (19/3).

Hal ini juga mendorong percepatan peremajaan tanaman kelapa sawit plasma. Sehingga, pasokan bahan baku bagi pengembangan bahan bakar nabati ini dapat terjamin ke depannya.

Sementara bagi RNI, sinergi ini merupakan bagian dari upaya melakukan hilirisasi produk CPO dari kebun kelapa sawit yang dikelola oleh anak perusahaan RNI Group, yakni PT Perkebunan Mitra Ogan dan PT Laras Astra Kartika. Ini juga sebagai upaya untuk memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi.

“Ini diharapkan dapat mendukung keberlanjutan dan peningkatan produktivitas produk turunan kelapa sawit, baik dalam lingkup RNI Group maupun secara nasional,” jelas Fajriyah.

Nantinya, lanjut Fajriyah, RNI melalui anak perusahaan yang bergerak di bidang industri gula, yakni PT PG Rajawali I dan PTPN Group melalui PT Enero, juga akan memasok molases. Itu akan diolah bersama Pertamina menjadi bioethanol fuel grade dengan kapasitas 60.000 kilo liter per tahun.

Molases merupakan produk sampingan yang dihasilkan dari produk pengolahan tebu. Pemanfaatannya untuk diolah sebagai energi baru dan terbarukan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan. “Ini merupakan bentuk sinergi antar BUMN dalam menunjukkan komitmen kami menyediakan energi dari sumberdaya dalam negeri yang baru dan terbarukan, sehingga menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Ini juga sejalan dengan upaya pemerintah yang menetapkan target energi baru dan terbarukan dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025,” sebut Fajriyah.

Pemanfaatan bahan bakar yang ramah lingkungan ini, sudah diatur pemerintah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2015, tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008, tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel), sebagai Bahan Bakar Lain. Pemerintah tetapkan mandatori Program B20, dengan BBM (jenis solar) yang dijual harus mengandung setidaknya 20 persen biodiesel.

Lebih lanjut Fajriyah menuturkan, pasokan bahan baku ini akan diperlukan seiring dengan program perusahaan dalam pengembangan energi baru dan terbarukan. Saat ini Pertamina telah berhasil melakukan uji coba coprocessing mengolah RBDPO dengan minyak fosil secara bersamaan, menghasilkan green fuels di kilang pengolahan, antara lain coprocessing green gasoline di RU III Plaju pada Desember 2018, dengan campuran sam-pai dengan 7,5 persen RBDPO, menghasilkan green gasoline, green LPG, dan green propylene.

Serta di RU II Dumai pada Maret 2019 ini, sedang terus dilakukan uji coba coprocessing green diesel yang menghasilkan green diesel dengan campuran RBDPO sampai dengan 12,5 persen. Ke depan, akan dilanjutkan uji coba di Kilang RU IV Cilacap dan RU VI Balongan, untuk coprocessing green gasoline dan green avtur.

Rencananya, Pertamina juga telah menggandeng perusahaan energi asal Italia, ENI, untuk menjajaki kerja sama dalam pengembangan kilang di Plaju, yang dapat memproduksi bahan bakar nabati dengan bahan baku CPO. (jpc/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/