29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Konferensi Tingkat Tinggi Belt and Road Initiative (BRI) di Beijing, China Tandatangani Proyek Rp908 Ribu Triliun

SALAMAN: Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan salaman dari perwakilan Belt and Road Initiative (BRI) di Beijing.

CHINA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah China menandatangani kontrak proyek-proyek baru senilai USD 64 miliar atau hampir senilai Rp908 ribu triliun, dalam skema Belt and Road Initiative (BRI) yang dulu dikenal sebagai One Belt One Road (OBOR). Kerja sama itu disepakati dalam Belt and Road Forum di Beijing, yang dihadiri 37 kepala negara dan berakhir Sabtu (27/4).

Dikutip dari South China Morning Post, Minggu (28/4), kesepakatan kerja sama itu diteken langsung oleh Presiden China, Xi Jinping, dengan negara-negara mitra dalam BRI. Kesepakatan ini merupakan proyek tahap lanjutan OBOR.

Dalam forum tersebut, kehadiran Indonesia diwakili oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). JK melawat ke Beijing, didampingi Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

Luhut mengatakan Belt and Road Initiative telah menjadi alternatif untuk mendukung proyek-proyek pembangunan. Menurutnya ini menunjukkan bahwa China, sebagai aktor utama, mampu menanggapi kebutuhan masyarakat internasional.

“Indonesia mengalokasikan empat koridor untuk proyek BRI. Yakni di Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Pulau Bali,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Kemenko Maritim.

Menurut Luhut, jumlah total populasi keempat provinsi ini di atas 30 juta orang. Kecuali untuk Bali, ketiga provinsi tersebut memiliki angka kemiskinan sekitar 7-9 persen. Sehingga kata Luhut, proyek-proyek BRI harus berkontribusi dalam pengurangan tingkat kemiskinan di ketiga provinsi tersebut.

Tapi Luhut tak mengungkap nilai yang dikerjasamakan dengan China dalam kerangka BRI tersebut.

Salah satu proyek yang dikerjasamakan dalam skema BRI di Sumatera Utara, yakni Pelabuhan Kualatanjung. Hal ini dituangkan dalam kerja sama yang ditandatangani oleh Deputi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman, Ridwan Djamaluddin dan Wakil Kepala Bappenas China (National Development and Reform Comission), Ning Jizhe. “Kita manfaatkan jaringan mereka,” tambahnya.

Pertama diluncurkan pada 2013, OBOR saat itu baru mengikat kerja sama China dengan 64 negara. Dalam forum kali ini, sudah 126 negara tergabung dalam BRI.

Bukan hanya itu, sejumlah pemimpin negara Asia dan Afrika yang hadir di Konferensi Tingkat Tinggi Belt and Road Initiative (BRI) di Beijing, yang telah mencuatkan isu soal perangkap utang China. Forum ekonomi itu juga sangat kental nuansa politik, karena BRI yang dulu bernama One Belt One Road atau OBOR, membangkitkan kecemasan Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Jepang, atas pengaruh China di kawasan global. (bbs/ram)

SALAMAN: Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan salaman dari perwakilan Belt and Road Initiative (BRI) di Beijing.

CHINA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah China menandatangani kontrak proyek-proyek baru senilai USD 64 miliar atau hampir senilai Rp908 ribu triliun, dalam skema Belt and Road Initiative (BRI) yang dulu dikenal sebagai One Belt One Road (OBOR). Kerja sama itu disepakati dalam Belt and Road Forum di Beijing, yang dihadiri 37 kepala negara dan berakhir Sabtu (27/4).

Dikutip dari South China Morning Post, Minggu (28/4), kesepakatan kerja sama itu diteken langsung oleh Presiden China, Xi Jinping, dengan negara-negara mitra dalam BRI. Kesepakatan ini merupakan proyek tahap lanjutan OBOR.

Dalam forum tersebut, kehadiran Indonesia diwakili oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). JK melawat ke Beijing, didampingi Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

Luhut mengatakan Belt and Road Initiative telah menjadi alternatif untuk mendukung proyek-proyek pembangunan. Menurutnya ini menunjukkan bahwa China, sebagai aktor utama, mampu menanggapi kebutuhan masyarakat internasional.

“Indonesia mengalokasikan empat koridor untuk proyek BRI. Yakni di Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Pulau Bali,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Kemenko Maritim.

Menurut Luhut, jumlah total populasi keempat provinsi ini di atas 30 juta orang. Kecuali untuk Bali, ketiga provinsi tersebut memiliki angka kemiskinan sekitar 7-9 persen. Sehingga kata Luhut, proyek-proyek BRI harus berkontribusi dalam pengurangan tingkat kemiskinan di ketiga provinsi tersebut.

Tapi Luhut tak mengungkap nilai yang dikerjasamakan dengan China dalam kerangka BRI tersebut.

Salah satu proyek yang dikerjasamakan dalam skema BRI di Sumatera Utara, yakni Pelabuhan Kualatanjung. Hal ini dituangkan dalam kerja sama yang ditandatangani oleh Deputi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman, Ridwan Djamaluddin dan Wakil Kepala Bappenas China (National Development and Reform Comission), Ning Jizhe. “Kita manfaatkan jaringan mereka,” tambahnya.

Pertama diluncurkan pada 2013, OBOR saat itu baru mengikat kerja sama China dengan 64 negara. Dalam forum kali ini, sudah 126 negara tergabung dalam BRI.

Bukan hanya itu, sejumlah pemimpin negara Asia dan Afrika yang hadir di Konferensi Tingkat Tinggi Belt and Road Initiative (BRI) di Beijing, yang telah mencuatkan isu soal perangkap utang China. Forum ekonomi itu juga sangat kental nuansa politik, karena BRI yang dulu bernama One Belt One Road atau OBOR, membangkitkan kecemasan Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Jepang, atas pengaruh China di kawasan global. (bbs/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/