25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gara-gara Harga Cabai Merah Mahal, Tebingtinggi Deflasi 0,40 Persen

CABAI: Pedagang cabai di Pasar Gambir Kota Tebingtinggi saat menggelar dagangannya, Senin (16/9). Harga cabai yang mahal pada Agustus yang lalu menjadi penyebab deflasi di Tebingtinggi.
sopian/sumut pos

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Jumlah uang yang beredar di Kota Tebingtinggi pada Agustus 2019 mengalami penurunan atau deflasi sebesar 0,40 persen. Hal ini dikarenakan harga cabai merah yang mahal mencapai Rp80 ribu per kg.

Deflasi dalam berita ini adalah penurunan peredaran uang, bukan penurunan harga.

Kabag Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Kota Tebingtinggi Zahidin membenarkan bahwa Tebingtinggi mengalami deflasi hingga 0,40 persen. Dimana masyarakat tidak membelanjakan uangnya untuk pembelian komoditi cabai yang mengalami kenaikan.

“Bukan masyarakat tidak membelanjakan uangnya, tetapi masyarakat jeli membelajakan uangnya, dimana sebelumnya membeli cabai merah satu kilogram, tetapi ketika mahal hanya membelajakan dengan uang pas pasan,” jelasnya.

Menurut Zahidin, masyarakat lebih mementingkan kebutuhan yang di perlukan, akibatnya perputaran uang jadi tidak ada sehingga menyebabkan terjadinya deflasi.

“Tebingtinggi dan Sibolga yang mengalami deflasi, sedangkan untuk inflasi per Agustus 2019 terhadap Agustus 2018 sebesar 3,30 persen ,” jelasnya.

Artinya dengan kenaikan harga cabai beberapa waktu lalu disikapi oleh masyarakat dengan membeli cabai sesuai kebutuhan saja, misal yang biasa beli 1/2 kilogram menjadi mungkin 1/4 kilogram saja. Begitu juga kebutuhan lain.

“Namun sekarang sudah cenderung stabil kembali harga harga sembilan bahan pokok,” jelasnya.

Pengamat Ekonomi Tebing tinggi, Hasan Damanik mengatakan Pemerintah Kota Tebingtinggi melalui instansi terkait harus melakukan upaya untuk terus menstabilkan harga harga kebutuhan pokok dengan cara melakukan operasi pasar, pemerintah harus terus memantau perkembangan harga di pasaran, sudah sejauh mana Pemko Tebingtinggi bisa menstabilkan harga kebutuhan pokok. “Setidaknya Pemko terus melakukan investigasi terkait harga sembako setiap bulannya biar harga sembako bisa terpantau terus,” bilangnya.

Kadis Perdagangan Kota Tebingtinggi Gu Bahri Siregar menyatakan bahwa Pemko Tebingtinggi bersama Ekbang dan Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) akan melakukan investigasi kelapangan, tapi hasil pemantauan dari TPID saat ini harga sembako sudah stabil dan daya beli masyarakat mulai tinggi. (ian/ram)

CABAI: Pedagang cabai di Pasar Gambir Kota Tebingtinggi saat menggelar dagangannya, Senin (16/9). Harga cabai yang mahal pada Agustus yang lalu menjadi penyebab deflasi di Tebingtinggi.
sopian/sumut pos

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Jumlah uang yang beredar di Kota Tebingtinggi pada Agustus 2019 mengalami penurunan atau deflasi sebesar 0,40 persen. Hal ini dikarenakan harga cabai merah yang mahal mencapai Rp80 ribu per kg.

Deflasi dalam berita ini adalah penurunan peredaran uang, bukan penurunan harga.

Kabag Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Kota Tebingtinggi Zahidin membenarkan bahwa Tebingtinggi mengalami deflasi hingga 0,40 persen. Dimana masyarakat tidak membelanjakan uangnya untuk pembelian komoditi cabai yang mengalami kenaikan.

“Bukan masyarakat tidak membelanjakan uangnya, tetapi masyarakat jeli membelajakan uangnya, dimana sebelumnya membeli cabai merah satu kilogram, tetapi ketika mahal hanya membelajakan dengan uang pas pasan,” jelasnya.

Menurut Zahidin, masyarakat lebih mementingkan kebutuhan yang di perlukan, akibatnya perputaran uang jadi tidak ada sehingga menyebabkan terjadinya deflasi.

“Tebingtinggi dan Sibolga yang mengalami deflasi, sedangkan untuk inflasi per Agustus 2019 terhadap Agustus 2018 sebesar 3,30 persen ,” jelasnya.

Artinya dengan kenaikan harga cabai beberapa waktu lalu disikapi oleh masyarakat dengan membeli cabai sesuai kebutuhan saja, misal yang biasa beli 1/2 kilogram menjadi mungkin 1/4 kilogram saja. Begitu juga kebutuhan lain.

“Namun sekarang sudah cenderung stabil kembali harga harga sembilan bahan pokok,” jelasnya.

Pengamat Ekonomi Tebing tinggi, Hasan Damanik mengatakan Pemerintah Kota Tebingtinggi melalui instansi terkait harus melakukan upaya untuk terus menstabilkan harga harga kebutuhan pokok dengan cara melakukan operasi pasar, pemerintah harus terus memantau perkembangan harga di pasaran, sudah sejauh mana Pemko Tebingtinggi bisa menstabilkan harga kebutuhan pokok. “Setidaknya Pemko terus melakukan investigasi terkait harga sembako setiap bulannya biar harga sembako bisa terpantau terus,” bilangnya.

Kadis Perdagangan Kota Tebingtinggi Gu Bahri Siregar menyatakan bahwa Pemko Tebingtinggi bersama Ekbang dan Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) akan melakukan investigasi kelapangan, tapi hasil pemantauan dari TPID saat ini harga sembako sudah stabil dan daya beli masyarakat mulai tinggi. (ian/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/