25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Permintaan Tak Sebanding dengan Pasokan, Harga Cabai Picu Inflasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Sumut terus mewaspadai dan memantau harga cabai. Karena, di Provinsi Sumut komiditi cabai sangat berpotensi mendorong laju inflasi. Hal itu disebabkan kebutuhan besar atau permintaan tidak sebanding dengan kondisi pasokan yang tersedia.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (BI Sumut), Wiwiek Sisto Widayat menyebutkan bahwa komoditas bumbu-bumbuan khususnya cabai merah menjadi kebutuhan pokok dengan tingkat konsumsi yang tinggi di Sumut, terutama di Kota Medan.

“Inflasi tahun 2018 tercatat 1,23% (yoy), dan Inflasi 2019 tercatat 5,29%-5,79% (yoy). Penyebab utama tingginya inflasi karena peningkatan permintaan secara umum (kebutuhan cabai),” papar Wiwiek kepada wartawan, Senin (30/9).

Dengan kondisi tersebut, Wiwiek menyebutkan pihaknya bersama Tim Pengendali Inflasi Sumut terus menekan harga cabai sehingga stabil dan selalu menjaga ketersedian pasokan cabai dengan jenisnya seperti Cabai merah, rawit dan hijau.

Wiwiek mengungkapkan, sistem dan program dilaksanakan bersama dilakukan dan telah merencanakan pelaksanaan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) oleh Bulog sepanjang tahun dan pasar murah oleh TPID di bulan Ramadan dan hari besar keagamaan lainnya.

“Kami juga telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) pada komoditas tertentu seperti gula pasir untuk menjaga kestabilan harga. Kemudian juga tarif cukai rokok, tarif listrik dan tarif angkutan kota, harga BBK/BBM yang stabil di tahun 2019 sehingga dapat mendorong ekspektasi harga semakin terkendali,” jelas Wiwiek.

Ia menuturkan, inflasi juga disebabkan fluktuasi harga pangan, khususnya hortikultura yang rentan terhadap kondisi cuaca dengan proses distribusi yang belum optimal. Sementara, harga tiket pesawat beresiko dalam tren yang kembali meningkat, terutama saat memasuki periode akhir tahun (peak season).

“Kita juga akan memperhatikan perbaikan harga minyak dunia yang perlu diwaspadai karena akan mempengaruhi penyesuaian harga bahan bakar domestik,” pungkasnya.(gus)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Sumut terus mewaspadai dan memantau harga cabai. Karena, di Provinsi Sumut komiditi cabai sangat berpotensi mendorong laju inflasi. Hal itu disebabkan kebutuhan besar atau permintaan tidak sebanding dengan kondisi pasokan yang tersedia.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (BI Sumut), Wiwiek Sisto Widayat menyebutkan bahwa komoditas bumbu-bumbuan khususnya cabai merah menjadi kebutuhan pokok dengan tingkat konsumsi yang tinggi di Sumut, terutama di Kota Medan.

“Inflasi tahun 2018 tercatat 1,23% (yoy), dan Inflasi 2019 tercatat 5,29%-5,79% (yoy). Penyebab utama tingginya inflasi karena peningkatan permintaan secara umum (kebutuhan cabai),” papar Wiwiek kepada wartawan, Senin (30/9).

Dengan kondisi tersebut, Wiwiek menyebutkan pihaknya bersama Tim Pengendali Inflasi Sumut terus menekan harga cabai sehingga stabil dan selalu menjaga ketersedian pasokan cabai dengan jenisnya seperti Cabai merah, rawit dan hijau.

Wiwiek mengungkapkan, sistem dan program dilaksanakan bersama dilakukan dan telah merencanakan pelaksanaan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) oleh Bulog sepanjang tahun dan pasar murah oleh TPID di bulan Ramadan dan hari besar keagamaan lainnya.

“Kami juga telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) pada komoditas tertentu seperti gula pasir untuk menjaga kestabilan harga. Kemudian juga tarif cukai rokok, tarif listrik dan tarif angkutan kota, harga BBK/BBM yang stabil di tahun 2019 sehingga dapat mendorong ekspektasi harga semakin terkendali,” jelas Wiwiek.

Ia menuturkan, inflasi juga disebabkan fluktuasi harga pangan, khususnya hortikultura yang rentan terhadap kondisi cuaca dengan proses distribusi yang belum optimal. Sementara, harga tiket pesawat beresiko dalam tren yang kembali meningkat, terutama saat memasuki periode akhir tahun (peak season).

“Kita juga akan memperhatikan perbaikan harga minyak dunia yang perlu diwaspadai karena akan mempengaruhi penyesuaian harga bahan bakar domestik,” pungkasnya.(gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/