28 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Kecantikan Bukan yang Utama

Bagi Dara Utama Medan 2011, Tengku Nuranasmita, pendidikan merupakan yang paling penting dalam hidupnya. Sedangkan penampilan dan kecantikan fisik bukan hal utama.

Menurut wanita yang akrab disapa Tata ini, pendidikan merupakan sebuah modal untuk menjalankan masa depan. Sedangkan penampilan hanya lah sebuah penunjang, bukan merupakan faktor penentu. “Wajah cantik tapi IQ jongkok, sama saja,” ujar gadis berusia 21 tahun ini.

Meski Tengku Nuranasmita tetap menjalankan aktifitasnya sebagai Dara Medan, tapi  ditengah kesibukannya itu ia tetap menempuh pendidikan sebagai mahasiswi di salah satu universitas swata di Medan dengan mengambil jurusan Fakultas Psikologi.

Bagi sulung dari dua bersaudara ini, pendidikan lebih penting dibanding kegiatan lainnya. Ia terbukti saat dirinya memutuskan untuk lebih fokus sebagai mahasiswi dibandingkan dengan pekerjaan. Padahal pekerjaan yang ditekuninya menawarkan kesejahteraan, baik melalui pendapatan dan fasilitas.

Walau sempat dilarang sang ibu untuk berhenti, tetapi keteguhannya untuk mendapatkan pendidikan yang baik, membuat dirinya teguh untuk tetap mempertahankan pendapatnya.

“Pendidikan sangat penting, bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, tetapi dengan pendidikan dapat membuat kita berfikir lebih baik dan positif,” tambahnya.

Selain pendidikan, dia berpendapat kalau wanita itu harus memiliki sikap (attitude), artinya, wanita harus menjaga sikapnya agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain. “Seorang wanita tidak akan dipandang sebelah mata, bila mampu menjadi sikap. Dengan menjaga sikap, wanita akan dinilai oleh orang lain. Apalagi kalau wanita itu punya pendidikan tinggi, derajatnya tidak akan dianggap sebelah mata,” bilangnya.

Bahkan, Tata tidak memandang seorang wanita itu berdasarkan kecantikan fisiknya tapi lebih dari itu. Misalnya, kemampuan otaknya, cara dia bersikap, dan mampu menjaga moralnya sebagai wanita. “Cantik itu relatiflah. Kalau kita bersih, pasti akan enak dilihat,” kata dia.

Meski tak dipungkirinya, wanita tetap perlu menjaga kecantikannya. Karena itu, Tata minimal sebulan sekali merawat kulitnya dengan luluran. Namun dirinya sendiri lebih suka tampil tanpa make-up.

“Saya tidak terlalu suka tampil dengan full make-up, kecuali menjalankan tugas sebagai Dara,” ucapnya.
Bicara soal kemandirian perempuan, Tata memang tak ingin menjadi wanita manja dan tergantung dengan dengan pria atau suami nantinya. Meski dia menyadari bakal menjadi istri yang harus mengurus anak dan suami, tapi bukan berarti tidak bisa berdikari.

“Terkadang karena berfikir kita akan menikah dan dinafkahi oleh suami, jadi wanita lebih nyantai dan tidak mengeluarkan kemampuan yang terbaik dari dalam dirinya. Padahal wanita itu sangat mampu mandiri dan berdikari jika tidak ingin manja,” tuturnya.

Faktanya, kata dia, justru banyak wanita yang menggantungkan diri kepada suami sehingga rela diperlakukan kasar oleh suami karena takut ditinggal suami atau tidak dinafkahi.
Karena itu, tidak heran bila dirinya mencoba untuk terlibat dalam kegiatan amal, walau hanya sebagai pekerja sukarelawan, baik di dilingkungan kampus, maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
“Semua itu untuk menggali potensi dan kemampuan yang saya miliki,” pungkasnya.(juli ramadhani) rambe)

 

Bagi Dara Utama Medan 2011, Tengku Nuranasmita, pendidikan merupakan yang paling penting dalam hidupnya. Sedangkan penampilan dan kecantikan fisik bukan hal utama.

Menurut wanita yang akrab disapa Tata ini, pendidikan merupakan sebuah modal untuk menjalankan masa depan. Sedangkan penampilan hanya lah sebuah penunjang, bukan merupakan faktor penentu. “Wajah cantik tapi IQ jongkok, sama saja,” ujar gadis berusia 21 tahun ini.

Meski Tengku Nuranasmita tetap menjalankan aktifitasnya sebagai Dara Medan, tapi  ditengah kesibukannya itu ia tetap menempuh pendidikan sebagai mahasiswi di salah satu universitas swata di Medan dengan mengambil jurusan Fakultas Psikologi.

Bagi sulung dari dua bersaudara ini, pendidikan lebih penting dibanding kegiatan lainnya. Ia terbukti saat dirinya memutuskan untuk lebih fokus sebagai mahasiswi dibandingkan dengan pekerjaan. Padahal pekerjaan yang ditekuninya menawarkan kesejahteraan, baik melalui pendapatan dan fasilitas.

Walau sempat dilarang sang ibu untuk berhenti, tetapi keteguhannya untuk mendapatkan pendidikan yang baik, membuat dirinya teguh untuk tetap mempertahankan pendapatnya.

“Pendidikan sangat penting, bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, tetapi dengan pendidikan dapat membuat kita berfikir lebih baik dan positif,” tambahnya.

Selain pendidikan, dia berpendapat kalau wanita itu harus memiliki sikap (attitude), artinya, wanita harus menjaga sikapnya agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain. “Seorang wanita tidak akan dipandang sebelah mata, bila mampu menjadi sikap. Dengan menjaga sikap, wanita akan dinilai oleh orang lain. Apalagi kalau wanita itu punya pendidikan tinggi, derajatnya tidak akan dianggap sebelah mata,” bilangnya.

Bahkan, Tata tidak memandang seorang wanita itu berdasarkan kecantikan fisiknya tapi lebih dari itu. Misalnya, kemampuan otaknya, cara dia bersikap, dan mampu menjaga moralnya sebagai wanita. “Cantik itu relatiflah. Kalau kita bersih, pasti akan enak dilihat,” kata dia.

Meski tak dipungkirinya, wanita tetap perlu menjaga kecantikannya. Karena itu, Tata minimal sebulan sekali merawat kulitnya dengan luluran. Namun dirinya sendiri lebih suka tampil tanpa make-up.

“Saya tidak terlalu suka tampil dengan full make-up, kecuali menjalankan tugas sebagai Dara,” ucapnya.
Bicara soal kemandirian perempuan, Tata memang tak ingin menjadi wanita manja dan tergantung dengan dengan pria atau suami nantinya. Meski dia menyadari bakal menjadi istri yang harus mengurus anak dan suami, tapi bukan berarti tidak bisa berdikari.

“Terkadang karena berfikir kita akan menikah dan dinafkahi oleh suami, jadi wanita lebih nyantai dan tidak mengeluarkan kemampuan yang terbaik dari dalam dirinya. Padahal wanita itu sangat mampu mandiri dan berdikari jika tidak ingin manja,” tuturnya.

Faktanya, kata dia, justru banyak wanita yang menggantungkan diri kepada suami sehingga rela diperlakukan kasar oleh suami karena takut ditinggal suami atau tidak dinafkahi.
Karena itu, tidak heran bila dirinya mencoba untuk terlibat dalam kegiatan amal, walau hanya sebagai pekerja sukarelawan, baik di dilingkungan kampus, maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
“Semua itu untuk menggali potensi dan kemampuan yang saya miliki,” pungkasnya.(juli ramadhani) rambe)

 

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/