26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

2020, Penyakit Tak Menular Masih Jadi Momok

ilustrasi
ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Memasuki tahun 2020, Penyakit Tak Menular (PTM) masih menjadi ‘momok’, tak terkecuali Kota Medan. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyebutkan, prevalensi PTM ini terus mengalami kenaikan dari tahun 2013 dengan persentase hingga 10 persen. Penyakit tak menular tersebut seperti diabetes, hipertensi, kanker, stroke, dan jantung. Penyakit tak menular ini juga menjadi angka penyebab kematian tertinggi setiap tahunnya di Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Edwin Effendy mengatakan, PTM harus menjadi perhatian agar tidak sampai terus menjangkit masyarakat secara luas. Karena itu, pihaknya pada tahun ini akan memfokuskan untuk menekan penyakit tersebut. “Di perkotaan seperti Medan, tentu sangat berisiko atas penyakit (tak menular) ini,” ujar Edwin, kemarin.

Menurut Edwin, untuk menekan laju PTM dengan penerapan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Diharapkan dia, pola hidup sehat harus menjadi kebiasaan sehari-hari dari masyarakat. “GERMAS ini supaya kesehatan mandiri masyarakat bisa menjadi kekuatan mendasar atau sebagai proteksi. Hal ini untuk mencegah jangan sampai orang sakit,” ujarnya.

Selain penyakit tak menular, Edwin meng-aku pihaknya juga akan konsen dalam menekan angka terjadinya kasus stunting. Terlebih, eliminasi stunting merupakan program nasional.

“Kasus stunting termasuk yang diantisipasi untuk ditekan, makanya kita akan melibatkan semua pihak mulai dari sektor pendidikan, Puskesmas, PKK, maupun lainnya yang terkait,” tandasnya.

Sementara, pengamat kesehatan Sumut, dr Delyuzar mengatakan, masih tingginya kasus PTM dikarenakan telah terjadinya pergeseran tren penyakit di masyarakat dari kasus menular atau infeksi ke tidak menular. Hal ini tak terlepas dari kebiasaan dan pola hidup masyarakat modern yang kurang sehat serta faktor usia.

Selain itu, pengaruh pola makan dan jarang berolahraga juga dapat memicu terjadinya penyakit tak menular ini. Apalagi, kebiasaan masyarakat yang kerap mengkonsumsi makanan cepat saji, yang notabene tinggi lemak dan gula serta minim serat. “Penyakit infeksi kan sekarang sudah lebih tertangani, sehingga trennya lebih bergeser ke penyakit tak menular,” kata Delyuzar.

Terpisah, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran USU Dr dr Dina Keumala Sari menuturkan, untuk melakukan pencegahan tingginya angka PTM bisa melalui pemeriksaan genomik atau gen. Sebab, adanya pemeriksaan tersebut bisa mendeteksi PTM dari awal.

Diutarakan Dina, setelah pemeriksaan genomik, untuk penunjang lainnya yakni dari segi nutrisi. (ris/ila)

ilustrasi
ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Memasuki tahun 2020, Penyakit Tak Menular (PTM) masih menjadi ‘momok’, tak terkecuali Kota Medan. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyebutkan, prevalensi PTM ini terus mengalami kenaikan dari tahun 2013 dengan persentase hingga 10 persen. Penyakit tak menular tersebut seperti diabetes, hipertensi, kanker, stroke, dan jantung. Penyakit tak menular ini juga menjadi angka penyebab kematian tertinggi setiap tahunnya di Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Edwin Effendy mengatakan, PTM harus menjadi perhatian agar tidak sampai terus menjangkit masyarakat secara luas. Karena itu, pihaknya pada tahun ini akan memfokuskan untuk menekan penyakit tersebut. “Di perkotaan seperti Medan, tentu sangat berisiko atas penyakit (tak menular) ini,” ujar Edwin, kemarin.

Menurut Edwin, untuk menekan laju PTM dengan penerapan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Diharapkan dia, pola hidup sehat harus menjadi kebiasaan sehari-hari dari masyarakat. “GERMAS ini supaya kesehatan mandiri masyarakat bisa menjadi kekuatan mendasar atau sebagai proteksi. Hal ini untuk mencegah jangan sampai orang sakit,” ujarnya.

Selain penyakit tak menular, Edwin meng-aku pihaknya juga akan konsen dalam menekan angka terjadinya kasus stunting. Terlebih, eliminasi stunting merupakan program nasional.

“Kasus stunting termasuk yang diantisipasi untuk ditekan, makanya kita akan melibatkan semua pihak mulai dari sektor pendidikan, Puskesmas, PKK, maupun lainnya yang terkait,” tandasnya.

Sementara, pengamat kesehatan Sumut, dr Delyuzar mengatakan, masih tingginya kasus PTM dikarenakan telah terjadinya pergeseran tren penyakit di masyarakat dari kasus menular atau infeksi ke tidak menular. Hal ini tak terlepas dari kebiasaan dan pola hidup masyarakat modern yang kurang sehat serta faktor usia.

Selain itu, pengaruh pola makan dan jarang berolahraga juga dapat memicu terjadinya penyakit tak menular ini. Apalagi, kebiasaan masyarakat yang kerap mengkonsumsi makanan cepat saji, yang notabene tinggi lemak dan gula serta minim serat. “Penyakit infeksi kan sekarang sudah lebih tertangani, sehingga trennya lebih bergeser ke penyakit tak menular,” kata Delyuzar.

Terpisah, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran USU Dr dr Dina Keumala Sari menuturkan, untuk melakukan pencegahan tingginya angka PTM bisa melalui pemeriksaan genomik atau gen. Sebab, adanya pemeriksaan tersebut bisa mendeteksi PTM dari awal.

Diutarakan Dina, setelah pemeriksaan genomik, untuk penunjang lainnya yakni dari segi nutrisi. (ris/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/