PALEMBANG – INASOC (Indonesia SEA Games Organizing Comitte) harus lebih banyak berbenah dalam sisa hari pelaksanaan SEA Games 2011 di Palembang. Itu bila penanggung jawab even ini tidak mau mendapat kredit poin yang buruk dari peserta kejuaraan multi even dua tahunan itu.
Memang, banyak peserta mulai mengeluh dengan sejumlah fasilitas dan pelayanan dari panitia penyelenggara. Mulai dari menu makan yang tidak kurang variatif, serta petugas yang kurang kominikatif dengan para atlet. Alhasil, kejuaraan yang memiliki tujuan utama untuk menguatkan persahabatan antar negara-negara di wilayah Asean ini tidak mampu berjalan maksimal.
“Awalnya kami menyangka kejuaraan ini akan berlangsung spektakuler sampai akhir. Tapi, semakin hari jelang usai kegiatan, semuanya mulai berubah. Banyak pelayanan yang no good,” keluh Nilar Wine, atlet tenis kebangsaan Miyanmar kemarin (15/11).
Atlet wanita yang memiiki potongan rambut seperti bintang dora ini mencontohkan, mereka terpaksa harus antri berjam-jam kalau ingin mencuci pakaian di wisma atlet. Penyebabnya, kesediaan mesin cuci di sana sangat terbatas. Setiap blok hanya tersedia empat mesin cuci. Padahal, ada sepuluh kamar setiap bloknya, sementara setiap kamar dihuni oleh enam atlet.
“Kami tidak hanya adu cepat di gelanggang, tapi juga harus adu cepat di mesin cuci. Kalau tidak ya, harus menunggu sampai larut malam. Padahal, sepulang tanding kami harus istirahat karena badan sudah capek karena ada jadwal pertandingan setiap hari,” lanjut gadis berusia 23 tahun ini.
Hal yang sama juga dekeluhkan oleh kontingen asal Filipina. Mario Flores Junior manager timnas Filipina mengungkapkan, banyak atlet mereka mengalami stres berat karena kurangnya hiburan. Padahal, lanjut Mario mental atlet adalah salah satu modal yang harus dijaga sebelum lomba.
“Mau bagaimana lagi, kami tidak memiliki aktivitas lain selain latihan dan tanding. Teman-teman sebenarnya ingin jalan-jalan, tapi akses keluar sangat sulit karena dijaga ketat oleh keamanan,” tutur pria berkulit terang ini
Ya, dari pantauan, kondisi Jakabaring Sport City memang ramai saat ada kejuaraan saja. Itu pun di siang hari, sebab rata-rata jadwal lomba mulai dari jam delapan pagi dan berakhir pada pukul delapan malam. Selanjutnya, tidak ada lagi aktivitas, semua atlet terkosentrasi di Vilage Atlet.
“Jadi kami seperti hidup di camp yang terisolasi dari dunia luar. Kalau pun ada hiburan, itu hanya televisi yang ada di lobi wisma. Kalau ada hiburan lebih, paling suara binatang yang teriak diluar,” tambah Mario sambil tersenyum simpul.
Khairul Hafiz, atlet panjat tebing asal Malaysia mengungkapkan, sebenarnya di dalam kompleks tempat menginapnya atlet peserta SEA Games tersebut ada tempat hiburannya. Yaitu tersedianya sebuah panggung konser persis di depan ruang makan atlet. Sayang, kualitas penghibur yang tersedia tidak sesuai selera mereka. “Jadi tidak ada pilihan lain, sepulang lomba langsung tidur. Maka, kalau ditanya pengalaman tentang berapa bagusnya Indonesia, kami tidak tahu karena sangat sulit mendapat akses keluar,” kata pria berambut lurus kelahiran Kuala lumpur 25 tahun silam ini.(dik/jpnn)