26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Posisi Matahari Tepat di Atas Khatulistiwa, Kota Medan ‘Disengat’ hingga 38 Derajat Celcius

BERPAYUNG: Seorang wanita berlindung dari teriknya matahari di bawah payung di Jalan KH. Zainul Arifin Medan. Beberapa hari ini cuaca di Kota Medan panas menyengat. TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
BERPAYUNG: Seorang wanita berlindung dari teriknya matahari di bawah payung di Jalan KH. Zainul Arifin Medan. Beberapa hari ini cuaca di Kota Medan panas menyengat.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Belakangan ini suhu di Kota Medan terasa gerah, baik siang dan malam. Apalagi di siang hari, cuaca terik sangat menyengat Kota Medan. Hal ini akibat posisi matahari tepat di atas Khatulistiwa. Ditambah lagi, minimnya awan yang menghalangi sinar matahari.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, pada Minggu, 15 Maret 2020, suhu udara mencapai 31 derajat celcius.

Namun, sebagian cuaca di wilayah Medan, ada yang mengalami suhu udara dengan perkiraan 38 derajat celcius. Bahkan, ada juga yang mengalami badai petir.

“Cuaca yang panas dan terik serta suhu yang membuat gerah dan tidak nyaman di tubuh ini karena posisi matahari di atas Khatulistiwa,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah 1 Medan, Eridawati saat dikonfirmasi Sumut Pos di Medan, Minggu (15/3).

Hal ini, lanjutnya, erat kaitannya dengan gerak semu matahari. Seperti yang diketahui pada Maret, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga Desember, yaitu sekitar 21-22 Maret dan 22-23 September.

“Saat itu matahari berada tepat di atas Khatulistiwa sehingga pancaran sinar matahari dan radiasi matahari yang masuk cukup optimum,” papar Eridawati.

Eridawati mengatakan, hal ini juga ditandai dengan hasil monitoring suhu udara maksimum data pada 15 Maret 2020, pukul 13.00 WIB di Balai (Medan) sebesar 34.2 0c, KNO sebesar 34.9 oC, TSI sebesar 34.2oC, KDS sebesar 34.4oC dan BLW sebesar 33.4 oC.

“Namun di malam hari pada pukul 19.00 WIB bisa terjadi hujan lokal dan pada pukul 22.00 WIB, perkiraannya terjadi hujan ringan,” pungkasnya.

Anggota DPRD Sumut, Zeira Salim Ritonga meminta DLH Sumut dan jajaran untuk tanggap akan kondisi tersebut sehingga masyarakat juga cepat mengetahui kualitas udara yang terjadi belakangan waktu ini.

“Kami kira DLH Sumut dan jajaran jangan hanya diam menyikapi kondisi udara yang terjadi di wilayah Medan dan sekitarnya. Informasi resmi yang mereka sampaikan tentu akan menjadi pegangan bagi masyarakat untuk melakukan langkah antisipasi,” katanya.

Apalagi saat ini, sambung dia, virus korona atau Covid-19 yang tengah mewabah dunia, sangat membuat masyarakat resah. Sepatutnya pemerintah daerah dapat lebih tanggap akan hal ini sehingga masyarakat tidak menjadi panik terhadap adanya wabah baru dari buruknya kualitas udara yang terjadi.

Kata politisi PKB ini, cuaca panas di Kota Medan bukan saja dihasilkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor tetapi juga dari industri pabrik yang membuang limbah hasil pengolahan ke udara berupa asap hitam mengepul.

“Tentunya ini membuat kualitas udara Kota Medan tidak sehat. Apalagi saat ini dapat dirasakan suhu udara terasa sangat panas baik siang atau malam hari. DLH provinsi semestinya dapat berkoordinasi dengan DLH Kota Medan dalam menjaga kebersihan udara. DLH Sumut jangan juga lepas tangan seolah-olah ini hanya tanggungjawab DLH Medan. Sebab pemprov juga punya anggaran dalam pencegahan dan antisipasi pencemaran limbah udara dan kualitas udara,” tegasnya.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup pada DLH Sumut, Fauzi Ibsa Tarigan, mengatakan pihaknya segera lakukan pengecekan kualitas udara di wilayah kerjanya.

“Pertama kami tentu berterimakasih kepada kawan-kawan media yang mewakili masyarakat menyampaikan hal ini. Besok saya koordinasikan buat pengecekannya dan segera membuat resume hasilnya. Saya akan sampaikan ke bapak kepala dinas untuk segera bisa disampaikan ke publik hasil dari resume tersebut,” katanya.

Pihaknya mengakui bahwa memiliki alat untuk mengukur kualitas udara tersebut. “Informasinya baru ini kami tahu, jadi Sabtu dan Minggu kan libur. Senin nanti saya lihat data pada alatnya. Saya akan telaah lalu buat resumenya untuk diserahkan ke pak kadis. Nanti pak kadis yang berhak sampaikan informasi tersebut,” pungkasnya. (mag-1/prn/ila)

BERPAYUNG: Seorang wanita berlindung dari teriknya matahari di bawah payung di Jalan KH. Zainul Arifin Medan. Beberapa hari ini cuaca di Kota Medan panas menyengat. TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
BERPAYUNG: Seorang wanita berlindung dari teriknya matahari di bawah payung di Jalan KH. Zainul Arifin Medan. Beberapa hari ini cuaca di Kota Medan panas menyengat.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Belakangan ini suhu di Kota Medan terasa gerah, baik siang dan malam. Apalagi di siang hari, cuaca terik sangat menyengat Kota Medan. Hal ini akibat posisi matahari tepat di atas Khatulistiwa. Ditambah lagi, minimnya awan yang menghalangi sinar matahari.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, pada Minggu, 15 Maret 2020, suhu udara mencapai 31 derajat celcius.

Namun, sebagian cuaca di wilayah Medan, ada yang mengalami suhu udara dengan perkiraan 38 derajat celcius. Bahkan, ada juga yang mengalami badai petir.

“Cuaca yang panas dan terik serta suhu yang membuat gerah dan tidak nyaman di tubuh ini karena posisi matahari di atas Khatulistiwa,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah 1 Medan, Eridawati saat dikonfirmasi Sumut Pos di Medan, Minggu (15/3).

Hal ini, lanjutnya, erat kaitannya dengan gerak semu matahari. Seperti yang diketahui pada Maret, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga Desember, yaitu sekitar 21-22 Maret dan 22-23 September.

“Saat itu matahari berada tepat di atas Khatulistiwa sehingga pancaran sinar matahari dan radiasi matahari yang masuk cukup optimum,” papar Eridawati.

Eridawati mengatakan, hal ini juga ditandai dengan hasil monitoring suhu udara maksimum data pada 15 Maret 2020, pukul 13.00 WIB di Balai (Medan) sebesar 34.2 0c, KNO sebesar 34.9 oC, TSI sebesar 34.2oC, KDS sebesar 34.4oC dan BLW sebesar 33.4 oC.

“Namun di malam hari pada pukul 19.00 WIB bisa terjadi hujan lokal dan pada pukul 22.00 WIB, perkiraannya terjadi hujan ringan,” pungkasnya.

Anggota DPRD Sumut, Zeira Salim Ritonga meminta DLH Sumut dan jajaran untuk tanggap akan kondisi tersebut sehingga masyarakat juga cepat mengetahui kualitas udara yang terjadi belakangan waktu ini.

“Kami kira DLH Sumut dan jajaran jangan hanya diam menyikapi kondisi udara yang terjadi di wilayah Medan dan sekitarnya. Informasi resmi yang mereka sampaikan tentu akan menjadi pegangan bagi masyarakat untuk melakukan langkah antisipasi,” katanya.

Apalagi saat ini, sambung dia, virus korona atau Covid-19 yang tengah mewabah dunia, sangat membuat masyarakat resah. Sepatutnya pemerintah daerah dapat lebih tanggap akan hal ini sehingga masyarakat tidak menjadi panik terhadap adanya wabah baru dari buruknya kualitas udara yang terjadi.

Kata politisi PKB ini, cuaca panas di Kota Medan bukan saja dihasilkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor tetapi juga dari industri pabrik yang membuang limbah hasil pengolahan ke udara berupa asap hitam mengepul.

“Tentunya ini membuat kualitas udara Kota Medan tidak sehat. Apalagi saat ini dapat dirasakan suhu udara terasa sangat panas baik siang atau malam hari. DLH provinsi semestinya dapat berkoordinasi dengan DLH Kota Medan dalam menjaga kebersihan udara. DLH Sumut jangan juga lepas tangan seolah-olah ini hanya tanggungjawab DLH Medan. Sebab pemprov juga punya anggaran dalam pencegahan dan antisipasi pencemaran limbah udara dan kualitas udara,” tegasnya.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup pada DLH Sumut, Fauzi Ibsa Tarigan, mengatakan pihaknya segera lakukan pengecekan kualitas udara di wilayah kerjanya.

“Pertama kami tentu berterimakasih kepada kawan-kawan media yang mewakili masyarakat menyampaikan hal ini. Besok saya koordinasikan buat pengecekannya dan segera membuat resume hasilnya. Saya akan sampaikan ke bapak kepala dinas untuk segera bisa disampaikan ke publik hasil dari resume tersebut,” katanya.

Pihaknya mengakui bahwa memiliki alat untuk mengukur kualitas udara tersebut. “Informasinya baru ini kami tahu, jadi Sabtu dan Minggu kan libur. Senin nanti saya lihat data pada alatnya. Saya akan telaah lalu buat resumenya untuk diserahkan ke pak kadis. Nanti pak kadis yang berhak sampaikan informasi tersebut,” pungkasnya. (mag-1/prn/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/