MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski memilih untuk menerapkan New Normal alias kelaziman pola hidup baru di tengah pandemi Covid-19, Pemprov Sumut tidak ingin tergesa-gesa. Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, mengatakan dirinya mengedepankan prinsip kehati-hatian sebelum bertindak. Untuk itu, ia menyerap aspirasi dan saran dari kalangan akademisi, agar penerapan new normal efektif menekan penyebaran virus koronan
“Hari Ini saya bertemu dengan para pakar. Setelah ini baru kita diskusikan dengan wali kota dan bupati se Sumut. Lalu nanti kita pilah dan pilih mana yang bisa kita terapkan. Sebab di Sumut ini ada 33 kabupaten/kota yang berbeda-beda kondisinya,” ujar Gubsu pada Seminar Online Sumut Menghadapi New Normal yang diikuti ratusan peserta di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Selasa (2/6).
Langkah-langkah yang akan diambil, kata dia, harus sesuai dengan Keppres Nomor 12/2020 tentang penetapan bencana nonalam penyebaran Covid-19 sebagai bencana nasional. “Tak boleh kita menunggu Covid-19 selesai baru kita menggeliat. Masalahnya kita tidak tahu kapan ini berakhir. Untuk itu harus kita evaluasi langkah-langkah yang harus kita lakukan sesuai Keppres Nomor 12 Tahun 2020,” ungkapnya.
Menurut Edy, masa transisi (pascastatus tanggap darurat berakhir 29 Mei) adalah waktu untuk mengkaji, menyusun kebijakan, melakukan sosialisasi dan edukasi, untuk menyiapkan masyarakat menyambut New Normal.
Misalnya di bidang pendidikan, pelaksanaan New Normal dilakukan dengan berbagai syarat. Antara lain, pelaksanaan rapid test untuk seluruh guru dan pegawai sekolah, sterilisasi dengan disinfektan secara periodik terhadap ruang kelas, ruang guru, ruang fungsional termasuk kantin, pengadaan masker seluruh sekolah, penyediaan cek temperatur, sarana cuci tangan, hand sanitizer, pengaturan tempat duduk, pengaturan jam belajar mengajar dan pembatasan jumlah murid/siswa.
“Bila syarat-syarat dimaksud tidak terpenuhi, aktivitas new normal di bidang pendidikan akan ditunda. Jika belum bisa, jangan kita masukkan dulu anak-anak kita. Saya yang tanggung jawab,” ujarnya.
Ia mengatakan, jika konsep New Normal di Sumut belum bisa disusun dalam 14 hari (pasca tanggap darurat berakhir), waktunya bisa diperpanjang lagi. “Kita tidak buru-buru. Sama-sama kita fikirkan, kita bahas, insyaallah bermanfaat,” kata Edy.
Masyarakat Tidak Tau
Webinar atau seminar online yang dibuka Kepala Badan Litbang Sumut, Irman Oemar itu, narasumber yang berbicara yaitu Tamsil Syaifuddin mewakili aspek kesehatan, Wan Syaifuddin dari sisi aspek budaya, Kepala BI Perwakilan Sumut Wiwiek Sisto Widayat dari aspek ekonomi, dengan moderator Wakil Rektor III UMSU, Rudianto.
Tamsil Syaifuddin menjelaskan, jika dipandang dari aspek kesehatan, Covid-19 ini dikategorikan menjadi dua sisi. “Covid-19 dipandang sebagai penyakit, berarti langkah kita sudah tepat untuk menyiapkan rumah sakit, ruang isolasi, dan tenaga medis. Bila dipandang sebagai wabah, maka yang harus difokuskan adalah orang tanpa gejala dan orang dalam pemantauan, untuk memutus mata rantai penyebaranya,” terangnya.
Menurutnya, saat ini ada dua masalah yang dihadapi atas tingginya penyebaran Covid-19 di Sumut. “Saat ini masalah yang kita hadapi adalah masyarakat yang very low social culture. Di Jepang, orang menggunakan masker agar tidak terkena orang lain. Itu high sosial culture. Tapi kita malah tidak peduli,” tambahnya.
Tamsil pun menuturkan, dirinya telah melakukan penelitian di kerumunan pasar tradisional yang sampelnya diambil di Pasar Halat dan Pasar Petisah. “Saya telah melakukan penelitian sederhana tentang Covid-19. Hasilnya 81 persen masyarakat menjawab tidak tahu apa itu protokol kesehatan,” katanya.
Terapkan di Zona Hijau
Wan Syaifuddin yang bicara dari sisi aspek budaya mengatakan, perlu adanya peran dari tokoh masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
“Adat berguna mengatur prilaku, sedangkan agama mengatur hati. Peran pendekatan budaya tidak terlepas dari proses pencegahan penyebaran Covid-19, baik itu tokoh masyarakat hingga imbauan yang menggunakan bahasa daerah,” ujarnya.
New normal, kata dia, akan lebih efektif bila digunakan di zona hijau. Pengawasannya lebih mudah dan peran pemangku adat juga bisa dilakukan di sana. “Herannya, seluruh daerah yang berada di zona hijau malah monoculture, dan daerah di luar zona hijau terkenal dengan multiculturenya. Wilayah Pantai Timur kena zona merah, hanya daerah Labusel yang tidak,” tuturnya.
Positif Covid-19 Sumut Naik 26 Orang
Sementara itu, setelah sempat melambat pada Selasa (2/6), angka positif Covid-19 di Sumut kembali meningkat tajam, Rabu (3/6). Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, hingga kemarin sore tercatat bertambah 26 orang positif virus corona dibanding hari sebelumnya.
“Jumlah pasien positif Covid-19 di Sumut bertambah 26 orang, dari 418 orang menjadi 444 orang,” ujar Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut Mayor Kes dr Whiko Irwan D SpB.
Diutarakan Whiko, penambahan 26 orang yang positif ini paling banyak berasal dari Kota Medan dengan jumlah 17 orang. Selanjutnya, disusul Pematangsiantar 3 orang, Deliserdang 2 orang dan sisanya dari 4 kabupaten lainnya. “Kota Medan paling banyak, kemudian Siantar, Deliserdang, dan beberapa kabupaten lain,” kata dia.
Ia menyebutkan, penambahan angka ini juga terjadi pada pasien positif Covid-19 yang sembuh sebanyak 9 orang. Kini, jumlah pasien yang sembuh di Sumut menjadi 159 orang dari sebelumnya 150 orang. Untuk pasien positif yang meninggal dunia juga bertambah, tetapi tidak banyak yaitu 2 orang dari 41 orang menjadi 43 orang.
“Jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) juga meningkat dari 531 orang kini naik menjadi 534 orang. Sementara Pasien Dalam Pengawasan (PDP) turun, dari 152 orang menjadi 144 orang,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, tren angka positif Covid-19 di Sumut terjadi pelambatan, Selasa (2/6). Meski bertambah, tapi angkanya hanya sedikit. “Penambahan pasien positif hanya terjadi peningkatan 1 orang dari 417 menjadi 418 pasien,” ungkap Juru Bicara GTPP Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah.
Kata dia, begitu juga angka pasien sembuh Covid-19 hanya bertambah dua orang dari 148 pasien menjadi 150 orang. Sedangkan pasien yang meninggal, penambahannya nol kasus alias tetap sebanyak 41 orang. “Untuk PDP (Pasien Dalam Pengawasan) malah menurun sebanyak enam orang, dari 150 menjadi 144 orang pasien,” beber Aris. (prnris)