26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Obama Tekan Lion Air Beli 230 Boeing

JAKARTA –  Sepak terjang Lion Air dengan membeli 230 burung besi Boeing 737 diam-diam menuai perhatian besar para produsen pesawat di dunia. Salah satunya, pabrikan pesawat asal Prancis, Airbus. Tidak tanggung-tanggung, mereka menuding kalau Presiden Amerika Serikat (AS), Barrack Obama telah menekan maskapai yang dipimpin Rusdi Kirana itu untuk melakukan transaksi terbesar Boeing senilai  21,7 miliar US dolar (setara Rp195 triliun).

Tapi, manajemen Lion Air dengan tegas membantah hal itu. “Tidak ada (tekanan) seperti itu. Semua kami lakukan adalah proses yang normal antara Lion Air dengan Boeing,” ujar Direktur Operasi Lion Air, Edward Sirait merespons mengenai itu. Pesawat-pesawat nantinya akan digunakan melayani pasar domestik dan pasar regional di mana pertumbuhan penumpang cukup besar dari tahun ke tahun.

Edward berdalih, pemesanan pesawat Boeing tidak hanya dilakukan sekali ini saja, akan tetapi sudah dilakukan sebelumnya dengan jumlah yang cukup besar. Dia berharap pesawat-pesawat itu bisa mengimbangi pertumbuhan jumlah penumpang. Apakah pembelian itu bernuansa politik bilateral, Edward membantah. “Tidak ada, kecuali kepentingan bisnis,” ungkapnya.

Hingga saat ini Lion Air telah memesan 408 pesawat Boeing terdiri dari, order pertama 178 pesawat senilai USD 16 miliar dan order kedua 230 pesawat senilai USD 21,7 miliar. Adapun tipe pesawat pertama seluruhnya B737- 900 ER dan order kedua terdiri dari 29 pesawat B737-900 ER dan 201 Boeing 737 MAX. “Didanai beberapa bank, termasuk Bank Eksport-Import Amerika (US Exim Bank),” kata Edward.

Suara miring soal pembelian pesawat Boeing yang dihadiri langsung Presien Obama itu keluar dari Chief Executif Operations Airbus, John Leahy. Menurut petinggi Airbus itu, AS telah memberlakukan standar ganda mengenai kompetisi pasar bebas. “Hanya ada satu negara adidaya di dunia dan kita tahu pasti bukan Prancis, tapi kemungkinan besar diwakili oleh Presiden Obama,” kata Leahy di Washington DC seperti dikutip Reuters, (1/11).

Pria yang merangkap sebagai Kepala Eksekutif Komersial Airbus mengaku bisa menebak maksud ungkapan CEO Lion Air tersebut. “Saya tidak yakin apa yang dimaksud dengan tidak ada pilihan,  tapi tampaknya ada campur tangan politik yang dahsyat dan menurut saya Gedung Putih bangga atas itu.

Mereka berkata proyek (Boeing) tersebut tidak akan terjadi tanpa campur tan gan Gedung Putih. Well, mungkin itu benar, namun itu tidak bagus bagi kebebasan berkompetisi,” lanjutnya. (wir/iro/jpnn)

JAKARTA –  Sepak terjang Lion Air dengan membeli 230 burung besi Boeing 737 diam-diam menuai perhatian besar para produsen pesawat di dunia. Salah satunya, pabrikan pesawat asal Prancis, Airbus. Tidak tanggung-tanggung, mereka menuding kalau Presiden Amerika Serikat (AS), Barrack Obama telah menekan maskapai yang dipimpin Rusdi Kirana itu untuk melakukan transaksi terbesar Boeing senilai  21,7 miliar US dolar (setara Rp195 triliun).

Tapi, manajemen Lion Air dengan tegas membantah hal itu. “Tidak ada (tekanan) seperti itu. Semua kami lakukan adalah proses yang normal antara Lion Air dengan Boeing,” ujar Direktur Operasi Lion Air, Edward Sirait merespons mengenai itu. Pesawat-pesawat nantinya akan digunakan melayani pasar domestik dan pasar regional di mana pertumbuhan penumpang cukup besar dari tahun ke tahun.

Edward berdalih, pemesanan pesawat Boeing tidak hanya dilakukan sekali ini saja, akan tetapi sudah dilakukan sebelumnya dengan jumlah yang cukup besar. Dia berharap pesawat-pesawat itu bisa mengimbangi pertumbuhan jumlah penumpang. Apakah pembelian itu bernuansa politik bilateral, Edward membantah. “Tidak ada, kecuali kepentingan bisnis,” ungkapnya.

Hingga saat ini Lion Air telah memesan 408 pesawat Boeing terdiri dari, order pertama 178 pesawat senilai USD 16 miliar dan order kedua 230 pesawat senilai USD 21,7 miliar. Adapun tipe pesawat pertama seluruhnya B737- 900 ER dan order kedua terdiri dari 29 pesawat B737-900 ER dan 201 Boeing 737 MAX. “Didanai beberapa bank, termasuk Bank Eksport-Import Amerika (US Exim Bank),” kata Edward.

Suara miring soal pembelian pesawat Boeing yang dihadiri langsung Presien Obama itu keluar dari Chief Executif Operations Airbus, John Leahy. Menurut petinggi Airbus itu, AS telah memberlakukan standar ganda mengenai kompetisi pasar bebas. “Hanya ada satu negara adidaya di dunia dan kita tahu pasti bukan Prancis, tapi kemungkinan besar diwakili oleh Presiden Obama,” kata Leahy di Washington DC seperti dikutip Reuters, (1/11).

Pria yang merangkap sebagai Kepala Eksekutif Komersial Airbus mengaku bisa menebak maksud ungkapan CEO Lion Air tersebut. “Saya tidak yakin apa yang dimaksud dengan tidak ada pilihan,  tapi tampaknya ada campur tangan politik yang dahsyat dan menurut saya Gedung Putih bangga atas itu.

Mereka berkata proyek (Boeing) tersebut tidak akan terjadi tanpa campur tan gan Gedung Putih. Well, mungkin itu benar, namun itu tidak bagus bagi kebebasan berkompetisi,” lanjutnya. (wir/iro/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/