26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tingkatkan Bisnis Pengrajin Sepatu, Pelaku UMKM Harus Gunakan Manajemen Usaha

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meningkatkan bisnis pengrajin sepatu khususnya di Kota Medan, dapat dilakukan salah satunya lewat manajemen usaha. Masih banyak pengrajin yang menghadapi permasalahan dalam mengembangkan bisnisnya, karena belum bisa mengelola usahanya dengan baik.

PELATIHAN: Tim pengabdian dosen Polmed memberikan pelatihan manajemen usaha untuk meningkatkan bisnis pengrajin sepatu dan pengusaha mikro di Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Medan Denai, baru-baru ini.
PELATIHAN: Tim pengabdian dosen Polmed memberikan pelatihan manajemen usaha untuk meningkatkan bisnis pengrajin sepatu dan pengusaha mikro di Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Medan Denai, baru-baru ini.

Menurut Dosen Politeknik Negeri Medan (Polmed), M Rikwan Effendi Salam Manik SE ME, umumnya masalah yang dihadapi pengrajin sepatu yakni keterbatasan modal, peralatan produksi dan bahan baku. Hal ini diketahui berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat terhadap pengrajin sepatu kulit di Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Medan Denai, sejak Oktober hingga saat ini.

“Bisnis pengrajin sepatu tersebut dikelola Alfiandi dan terbilang produktif, dalam seminggu bisa menghasilkan hingga 10 lusin sepatu dengan tenaga kerja yang terbatas. Selain itu, juga prospektif karena permintaan terus meningkat dan sebagian besar dipesan oleh pedagang reseller yang menjual sepatu ke berbagai daerah, seperti Batam, Aceh, Tebing Tinggi, dan kota-kota lain di Pulau Sumatera,” ungkap Rikwan didampingi anggota tim pengabdian, Dina Arfianti Siregar SE MSi dan Rihat Sebayang ST MT, Minggu (29/11).

Akan tetapi, lanjut Rikwan, beberapa bulan terakhir pengrajin sepatu tersebut sulit untuk memenuhi permintaan konsumen karena alat produksinya yakni mesin seset kulit tidak dapat bekerja secara maksimal. Akibatnya, terjadi keterlambatan dalam proses produksi sehingga sepatu yang dihasilkan dari segi kuantitas juga mengalami penurunan.

Di samping itu, kekurangan bahan dasar kulit sepatu karena harganya mengalami kenaikan. Sementara, harga jual tetap seperti biasa yaitu Rp210.000 sepasang dan sulit untuk dilakukan kenaikan harga lantaran tingginya persaingan.

“Oleh karena itu, sebagai upaya meningkatkan bisnis usaha mikro ini diberikan bantuan mesin seset kulit dan modal kerja untuk membeli kulit sepatu sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi yang dihasilkan. Dengan begitu, otomatis keuntungan yang diperoleh juga meningkat,” jelas Rikwan.

Dina Arfianti Siregar SE MSi menambahkan, meningkatkan bisnis pengrajin sepatu juga dibutuhkan manajemen keuangan yang baik. Karena, perhitungan yang dilakukan oleh usaha mikro tersebut belum dilakukan secara keseluruhan. Perhitungannya masih sebatas memasukkan upah tenaga kerja, padahal dalam proses pembuatan sepatu melakukan pekerjaan, seperti memotong pola, menjahit sepatu, menyemprot, membuat kode dan merek, hingga pengemasan terhadap kotak sepatu.

“Maka dari itu, dilakukan pelatihan manajemen keuangan sederhana kepada pengrajin sepatu tersebut. Bukan hanya itu, pelatihan ini juga diberikan kepada pengusaha mikro lainnya yang berada di kawasan Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Sebab, mereka masih menggabungkan keuangan untuk konsumsi rumah tangga dengan keuangan usaha, sehingga merasakan tidak memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya,” tandas Dina. (ris/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meningkatkan bisnis pengrajin sepatu khususnya di Kota Medan, dapat dilakukan salah satunya lewat manajemen usaha. Masih banyak pengrajin yang menghadapi permasalahan dalam mengembangkan bisnisnya, karena belum bisa mengelola usahanya dengan baik.

PELATIHAN: Tim pengabdian dosen Polmed memberikan pelatihan manajemen usaha untuk meningkatkan bisnis pengrajin sepatu dan pengusaha mikro di Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Medan Denai, baru-baru ini.
PELATIHAN: Tim pengabdian dosen Polmed memberikan pelatihan manajemen usaha untuk meningkatkan bisnis pengrajin sepatu dan pengusaha mikro di Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Medan Denai, baru-baru ini.

Menurut Dosen Politeknik Negeri Medan (Polmed), M Rikwan Effendi Salam Manik SE ME, umumnya masalah yang dihadapi pengrajin sepatu yakni keterbatasan modal, peralatan produksi dan bahan baku. Hal ini diketahui berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat terhadap pengrajin sepatu kulit di Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Medan Denai, sejak Oktober hingga saat ini.

“Bisnis pengrajin sepatu tersebut dikelola Alfiandi dan terbilang produktif, dalam seminggu bisa menghasilkan hingga 10 lusin sepatu dengan tenaga kerja yang terbatas. Selain itu, juga prospektif karena permintaan terus meningkat dan sebagian besar dipesan oleh pedagang reseller yang menjual sepatu ke berbagai daerah, seperti Batam, Aceh, Tebing Tinggi, dan kota-kota lain di Pulau Sumatera,” ungkap Rikwan didampingi anggota tim pengabdian, Dina Arfianti Siregar SE MSi dan Rihat Sebayang ST MT, Minggu (29/11).

Akan tetapi, lanjut Rikwan, beberapa bulan terakhir pengrajin sepatu tersebut sulit untuk memenuhi permintaan konsumen karena alat produksinya yakni mesin seset kulit tidak dapat bekerja secara maksimal. Akibatnya, terjadi keterlambatan dalam proses produksi sehingga sepatu yang dihasilkan dari segi kuantitas juga mengalami penurunan.

Di samping itu, kekurangan bahan dasar kulit sepatu karena harganya mengalami kenaikan. Sementara, harga jual tetap seperti biasa yaitu Rp210.000 sepasang dan sulit untuk dilakukan kenaikan harga lantaran tingginya persaingan.

“Oleh karena itu, sebagai upaya meningkatkan bisnis usaha mikro ini diberikan bantuan mesin seset kulit dan modal kerja untuk membeli kulit sepatu sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi yang dihasilkan. Dengan begitu, otomatis keuntungan yang diperoleh juga meningkat,” jelas Rikwan.

Dina Arfianti Siregar SE MSi menambahkan, meningkatkan bisnis pengrajin sepatu juga dibutuhkan manajemen keuangan yang baik. Karena, perhitungan yang dilakukan oleh usaha mikro tersebut belum dilakukan secara keseluruhan. Perhitungannya masih sebatas memasukkan upah tenaga kerja, padahal dalam proses pembuatan sepatu melakukan pekerjaan, seperti memotong pola, menjahit sepatu, menyemprot, membuat kode dan merek, hingga pengemasan terhadap kotak sepatu.

“Maka dari itu, dilakukan pelatihan manajemen keuangan sederhana kepada pengrajin sepatu tersebut. Bukan hanya itu, pelatihan ini juga diberikan kepada pengusaha mikro lainnya yang berada di kawasan Kelurahan Tegal Sari Mandala III. Sebab, mereka masih menggabungkan keuangan untuk konsumsi rumah tangga dengan keuangan usaha, sehingga merasakan tidak memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya,” tandas Dina. (ris/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/