26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Banjir Tebingtinggi Surut, Warga Sibuk Bersih-bersih Rumah

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Banjir hasil luapan Sungai Padang yang merendam 65 persen wilayah Kota Tebingtinggi selama tiga hari, Jumat-Minggu (27-29) November 2020, telah surut, Senin (30/11). Kemarin, warga korban banjir tampak sibuk melakukan kegiatan bersih-bersih rumah dari bekas lumpur.

BERSIH-BERSIH: Tampak warga Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi korban banjir melakukan bersih-bersih dan menjemur perabotan rumah tangga pasca banjir kiriman Sungai Padang.Sopian/Sumut Pos.
BERSIH-BERSIH: Tampak warga Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi korban banjir melakukan bersih-bersih dan menjemur perabotan rumah tangga pasca banjir kiriman Sungai Padang.Sopian/Sumut Pos.

Perabotan rumah tangga seperti kasur, springbed, sampah kardus dan kursi (sofa) yang basah akibat terendam air bercampur lumpur, dijemur di depan rumah. Saat banjir besar Jumat-Minggu kemarin, sebanyak 8.368 rumah yang tersebar di lima kecamatan di Kota Tebingtinggi, terendam banjir. Saat banjir datang, warga hanya fokus menyelamatkan diri daripada menyelamatkan perabotan rumah tangga.

“Ada beberapa barang yang bisa diselamatkan ke tempat yang lebih tinggi. Seperti surat-surat penting dan peralatan elektronik. Tetapi barang-barang lain, seperti kursi, sofa dan tempat tidur, tidak dapat diselamatkan karena banjir datang cepat. Hanya 10 menit saja, air sudah menggenangi rumah dengan ketinggian satu paha orang dewasa,” jelas Abdul (56), warga Jalan Ir H Juanda, Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi.

Ia mengatakan, saat banjir datang malam hari, keluargaya fokus mencari pengungsian yang lebih tinggi. Tidak terpikir lagi dengan kondisi rumah yang ditinggalkan. “Begitu banjir naik cepat, kami langsung berbenah meninggalkan rumah. Yang penting saat itu hanya menyelamatkan anak, istri dan orangtua yang tinggal bersama kami,” bilangnya.

Terkait kerugian, Abdul mengaku belum menghitung pasti. “Yang pasti, tempat tidur dan lemari pakaian sudah tidak bisa dipakai lagi. Baju-baju semua basah bercampur lumpur. Terpaksa yang kurang bagus dibuang,” ungkapnya.

Tentang bantuan yang diterima, Abdul menyebutkan, ada menerima bantuan nasi bungkus dan beberapa bungkus mie instan dari pihak kelurahan. Sedangkan bantuan sembako seperti beras belum diterima. Meski demikian, banyak juga bantuan dari pihak donatur yang sudah tiba di rumah warga. “Kami juga tidak berharap kali bantuan itu. Karena masih banyak orang yang lebih susah tertimpa musibah banjir ini,” tukas Abdul.

Korban banjir lainnya, Rita (48), Ibu rumah tangga warga Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi, mengaku rugi banyak akibat banjir selama tiga hari tersebut. Kata dia, banjir kali ini sangat tinggi seperti banjir tahun 2001 lalu. Karena dirinya adalah pedagang barang kelontong, banyak barang dagangannya yang terendam banjir, dan tidak layak lagi untuk dijual. Seperti tepung roti dan beberapa goni beras.

“Tidak sempat mengangkat barang sampai ke atas, karena air begitu cepat masuk ke dalam rumah dan merendam barang-barang dagangan. Kerugian… yah, mencapai jutaan rupiahlah,” jelas Rita.

Selain dari barang-barang dagangan, kerugian juga datang dari perabotan rumah tangga yang terendam banjir. “Malam itu kami melihat air datang, tapi belum masuk ke rumah. Kami kira Cuma banjir biasa, jadi kami terus membuka kedai. Tapi tengah malam, air masuk ke rumah hanya hitungan menit,” papar Rita.

Pihak PDAM Tirta Bulian Kota Tebingtinggi melalui Direktur, Koharuddin, menyatakan pihaknya tetap melayani pelanggan PDAM, karena kebutuhan air bersih pascabanjir sangat dibutuhkan warga. Demikian juga penyaluran air bersih kepada warga melalui mobil mobil tangki milik PDAM.

“Banyak barang-barang warga yang terendam akibat banjir kemarin bercampur lumpur. Jadi masyarakat pasti sangat membutuhkan air bersih, baik untuk kebutuhan mandi, memasak dan membersihkan perabotan rumah tangga. Kita harus tanggap melihat ini. Jadi pelayanan PDAM Tirta Bulian Tebingtinggi tetap hadir di saat masyarakat tertimpa musibah banjir,” jelasnya.

Gubsu Minta BWSS II Tangani

Terkait banjir Tebingtinggi, Pemprov Sumut sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BWSS) II untuk memperbaiki tanggul Sei Padang sebagai sumber bencana banjir. Rencananya, tanggul akan dikerjakan pada 2021.

“Kemarin BWSS langsung saya bawa ke Tebingtinggi melihat langsung. Setelah nanti air reda, BWSS akan segera menangani. Dia harus usulkan untuk 2021,” ucap Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menjawab wartawan, Senin (30/11).

Saat ini, kata Edy, sudah ada 56 posko yang disiapkan untuk menampung korban banjir. “Ada 56 posko kita siapkan, dengan kapasitas penduduk 10 ribu KK yang terdampak,” katanya.

Hingga kini, sebut dia, tinggal 10 persen warga terdampak banjir yang berada di posko pengungsian. Pihaknya juga sudah memberikan bantuan kepada para pengungsi. “Kita bantu rakyat sehingga dia bisa teratasi kesulitannya dalam pangan dalam sandang,” ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, ribuan rumah di Tebingtinggi terendam banjir pada Sabtu (28/11). Banjir membuat jalan lintas Sumatera dari dan menuju Kota Tebingtinggi macet parah. Kendaraan harus bergantian lewat Jalinsum karena jalan dalam Kota Tebing Tinggi ditutup.

“Banjir melanda Kota Tebing Tinggi dan sebagian di Kabupaten Sergei (Serdang Bedagai),” kata Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis, akhir pekan kemarin. (ian/prn)

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Banjir hasil luapan Sungai Padang yang merendam 65 persen wilayah Kota Tebingtinggi selama tiga hari, Jumat-Minggu (27-29) November 2020, telah surut, Senin (30/11). Kemarin, warga korban banjir tampak sibuk melakukan kegiatan bersih-bersih rumah dari bekas lumpur.

BERSIH-BERSIH: Tampak warga Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi korban banjir melakukan bersih-bersih dan menjemur perabotan rumah tangga pasca banjir kiriman Sungai Padang.Sopian/Sumut Pos.
BERSIH-BERSIH: Tampak warga Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi korban banjir melakukan bersih-bersih dan menjemur perabotan rumah tangga pasca banjir kiriman Sungai Padang.Sopian/Sumut Pos.

Perabotan rumah tangga seperti kasur, springbed, sampah kardus dan kursi (sofa) yang basah akibat terendam air bercampur lumpur, dijemur di depan rumah. Saat banjir besar Jumat-Minggu kemarin, sebanyak 8.368 rumah yang tersebar di lima kecamatan di Kota Tebingtinggi, terendam banjir. Saat banjir datang, warga hanya fokus menyelamatkan diri daripada menyelamatkan perabotan rumah tangga.

“Ada beberapa barang yang bisa diselamatkan ke tempat yang lebih tinggi. Seperti surat-surat penting dan peralatan elektronik. Tetapi barang-barang lain, seperti kursi, sofa dan tempat tidur, tidak dapat diselamatkan karena banjir datang cepat. Hanya 10 menit saja, air sudah menggenangi rumah dengan ketinggian satu paha orang dewasa,” jelas Abdul (56), warga Jalan Ir H Juanda, Kelurahan Tanjung Marulak, Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi.

Ia mengatakan, saat banjir datang malam hari, keluargaya fokus mencari pengungsian yang lebih tinggi. Tidak terpikir lagi dengan kondisi rumah yang ditinggalkan. “Begitu banjir naik cepat, kami langsung berbenah meninggalkan rumah. Yang penting saat itu hanya menyelamatkan anak, istri dan orangtua yang tinggal bersama kami,” bilangnya.

Terkait kerugian, Abdul mengaku belum menghitung pasti. “Yang pasti, tempat tidur dan lemari pakaian sudah tidak bisa dipakai lagi. Baju-baju semua basah bercampur lumpur. Terpaksa yang kurang bagus dibuang,” ungkapnya.

Tentang bantuan yang diterima, Abdul menyebutkan, ada menerima bantuan nasi bungkus dan beberapa bungkus mie instan dari pihak kelurahan. Sedangkan bantuan sembako seperti beras belum diterima. Meski demikian, banyak juga bantuan dari pihak donatur yang sudah tiba di rumah warga. “Kami juga tidak berharap kali bantuan itu. Karena masih banyak orang yang lebih susah tertimpa musibah banjir ini,” tukas Abdul.

Korban banjir lainnya, Rita (48), Ibu rumah tangga warga Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi, mengaku rugi banyak akibat banjir selama tiga hari tersebut. Kata dia, banjir kali ini sangat tinggi seperti banjir tahun 2001 lalu. Karena dirinya adalah pedagang barang kelontong, banyak barang dagangannya yang terendam banjir, dan tidak layak lagi untuk dijual. Seperti tepung roti dan beberapa goni beras.

“Tidak sempat mengangkat barang sampai ke atas, karena air begitu cepat masuk ke dalam rumah dan merendam barang-barang dagangan. Kerugian… yah, mencapai jutaan rupiahlah,” jelas Rita.

Selain dari barang-barang dagangan, kerugian juga datang dari perabotan rumah tangga yang terendam banjir. “Malam itu kami melihat air datang, tapi belum masuk ke rumah. Kami kira Cuma banjir biasa, jadi kami terus membuka kedai. Tapi tengah malam, air masuk ke rumah hanya hitungan menit,” papar Rita.

Pihak PDAM Tirta Bulian Kota Tebingtinggi melalui Direktur, Koharuddin, menyatakan pihaknya tetap melayani pelanggan PDAM, karena kebutuhan air bersih pascabanjir sangat dibutuhkan warga. Demikian juga penyaluran air bersih kepada warga melalui mobil mobil tangki milik PDAM.

“Banyak barang-barang warga yang terendam akibat banjir kemarin bercampur lumpur. Jadi masyarakat pasti sangat membutuhkan air bersih, baik untuk kebutuhan mandi, memasak dan membersihkan perabotan rumah tangga. Kita harus tanggap melihat ini. Jadi pelayanan PDAM Tirta Bulian Tebingtinggi tetap hadir di saat masyarakat tertimpa musibah banjir,” jelasnya.

Gubsu Minta BWSS II Tangani

Terkait banjir Tebingtinggi, Pemprov Sumut sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BWSS) II untuk memperbaiki tanggul Sei Padang sebagai sumber bencana banjir. Rencananya, tanggul akan dikerjakan pada 2021.

“Kemarin BWSS langsung saya bawa ke Tebingtinggi melihat langsung. Setelah nanti air reda, BWSS akan segera menangani. Dia harus usulkan untuk 2021,” ucap Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menjawab wartawan, Senin (30/11).

Saat ini, kata Edy, sudah ada 56 posko yang disiapkan untuk menampung korban banjir. “Ada 56 posko kita siapkan, dengan kapasitas penduduk 10 ribu KK yang terdampak,” katanya.

Hingga kini, sebut dia, tinggal 10 persen warga terdampak banjir yang berada di posko pengungsian. Pihaknya juga sudah memberikan bantuan kepada para pengungsi. “Kita bantu rakyat sehingga dia bisa teratasi kesulitannya dalam pangan dalam sandang,” ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, ribuan rumah di Tebingtinggi terendam banjir pada Sabtu (28/11). Banjir membuat jalan lintas Sumatera dari dan menuju Kota Tebingtinggi macet parah. Kendaraan harus bergantian lewat Jalinsum karena jalan dalam Kota Tebing Tinggi ditutup.

“Banjir melanda Kota Tebing Tinggi dan sebagian di Kabupaten Sergei (Serdang Bedagai),” kata Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis, akhir pekan kemarin. (ian/prn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/