Budaya Baca bagi Siswa Kelas VI SDN
BERASTAGI, SUMUTPOS.CO – Budaya baca atau sering disebut literasi baca masih menjadi materi ajar yang vital bagi siswa sekolah dasar (SD). Keterampilan ini menjadi dasar bagi para siswa untuk menguasai materi pelajaran, sekaligus membantu siswa memahami pengetahuan yang lebih luas.
“Literasi merupakan kemampuan atau keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, dan berbicara, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman. Literasi dasar perlu diperkuat, terkhusus bagi siswa sekolah dasar. Namun selama masa pandemi Covid-19 dengan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), siswa kerap merasa jenuh belajar, sehingga guru dituntut untuk menciptakan cara mengajar yang bervariasi,” kata Serma Ulipa Simbolon, guru kelas VI SD 040460 Berastagi, Sumatera Utara, kepada Sumut Pos, Minggu (14/3).
Awal PJJ, kata dia, siswa masih merasakan keterpaksaan belajar secara daring. “Namun saya mencoba beberapa cara, agar siswa bersemangat belajar dan merasakan manfaatnya,” cetusnya.
Menggunakan aplikasi WhatsApp group yang sudah akrab bagi guru dan siswa, Serma mengajak siswa membaca teks yang tersedia pada buku siswa atau gambar teks cerita yang dikirim.
“Untuk memastikan siswa telah membaca teks, saya mengadakan tanya jawab tentang isi bacaan. Jawaban siswa berupa informasi yang ditemukan di buku, dapat disampaikan secara lisan dengan bahasa sederhana melalui audio,” jelas fasilitator daerah komunikasi Karo Program Pintar Tanoto Foundation ini.
Pada hari berikutnya, Serma mengajak siswa menulis informasi penting dari bacaan. Kemudian informasi yang ditulis itu ditempel pa da majalah dinding masing-masing siswa di rumah.
“Kegiatan literasi bagi siswa yang tidak memiliki ponsel android, memang kurang terkontrol saat PJJ secara daring. Untuk menjangkau semua murid, saat memberikan tugas ke siswa, saya membagikan teks bacaan atau buku-buku cerita. Buku ditarget selesai dibaca dalam seminggu. Untuk mengontrol kemampuan literasi siswa, saya minta mereka menuangkan ide buku dalam bentuk peta pikiran. Acuannya 5W+1H, yakni What, Where, When, Who, Why, dan How. Ide buku ditulis di kertas karton atau di buku tulis,” jelas peserta pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini, seraya tersenyum.
Respon murid menurutnya cukup bersemangat. Siswa bernama Herpiyanti misalnya, mengakui bahwa mengikuti kegiatan literasi dengan membaca dna menulisan isi buku, mampu menambah perbendaharan kata-kata baru, serta menambah pengetahuan selain materi pelajaran.
“Siswa lain bernama Amri Kriston bahkan mengaku, sebelum mengikuti pelajaran literasi, dirinya agak lambat membaca. Namun sekarang, ia makin lancar membaca. Kuncinya, dia sering membaca kuat-kuat di rumah,” kata Serma Ulipa, kembali tersenyum.
Kesimpulan yang diperolehnya selama memberi pelajaran literasi bagi siswa, siswa mampu menambah perbendaharaan kata, meningkatkan pemahaman terhadap makna suatu informasi dari bacaan, dan meningkatkan kemampuan menulis serta berbicara.
“Dengan merasakan manfaat berliterasi, siswa diharapkan semakin terbiasa melakukannya, hingga menjadi kegemaran,” pungkasnya. (mea)