Female DJ
Berkecimpung di dunia seni sebagai penyanyi dan DJ (Disc Jockey), bagi Hairani Armaya Doremi bukan hal yang memalukan. Sebab, baginya semua pekerjaan yang ditekuni memiliki resiko yang harus dihadapi.
AKU sadar, pekerjaan aku sebagai penyanyi dan DJ yang identik dengan dunia malam dapat membuat orang berasumsi aneh pada ku.
Nah, sekarang tinggal aku bagaimana menempatkan diriku sebagai DJ dan penyanyi,” ungkap gadis yang biasa disapa dengan sebutan Doremi Armaya/ Jakclubbers/M1/43 ini.
Diakuinya, sebagai wanita pekerja di malam hari, banyak rintangan yang harus dihadapinya, terutama kepada pengujung . Keusilan pengunjung kepadanya sangat dimaklumi, mengingat negara Indonesia Negara Timur yang membatasi gerak wanita. Cara berpikir masyarakat yang belum bisa diubah inilah yang menjadikan tantangan baginya. Iapun membuktikkan kepada keluarganya bahwa ia mampu menjaga diri dan martabat. “Orangtua sudah paham, tetapi kalau keluarga besar belum. Disinilah letak tantangan yang harus dapat aku buktikan,” ujar gadis yang lahir di Medan, 30 September 1989 yang lalu.
Dengan berpikir positf, membuat dirinya bisa lebih santai menjalani tugas. Dirinya juga ingin membuktikan, bahwa dunia malam tidak identik dengan rokok, minuman keras dan narkoba. “Aku tidak setuju, bila dunia malam identik dengan negatif. Buktinya aku sekarang, aku kerja malam tapi tak merokok, tak minum alkohol apalagi narkoba,” tambahnya.
Tantangan yang dihadapinya, tak hanya mendapat godaan pria usil dari SMS, tapi juga mengajaknya berkencan. Walau sudah ditolak dengan baik, tetapi ada juga yang masih ngotot terus mengejarnya. “Kalau sudah begini, biasanya sikapku cuek dan ambil langkah seribu saat bertatap muka. Hanya itu yang bisa ku lakukan,” bilangnya.
Doremi juga menyadari, bahwa menjadi DJ wanita akan sering mendapatkan perlakuan negatif, beda dengan DJ pria yang malah dikagumi.
“Aku tak menyalahkan pria, karena pola pikir pria masih memandang sexy berdasarkan pakaian dan body wanita.
Nah mindset yang seperti itu yang harus dirubah” ungkapnya dengan bijak.
Menurutnya, tak ada salahnya bila seorang wanita menggeluti dunia yang mayoritas dikuasai oleh kaum adam, seperti halnya menjadi DJ. Karena pada dasarnya, lanjut dia,wanita dan pria diciptakan sama, yakni punya otak, badan, hati dan lainnya. Fisiknya aja yang beda. “Jadi, zaman sekarang pria dan wanita sudah setara. Kalau ada yang berpikir jadi DJ wanita itu pekerjaan negatif, bagiku tidak. Asal kita mampu membatasi diri dari hal negatif itu,” tutur lajang lulusan D III Pariwisata USU ini.
Doremi sendiri sangat menikmati pekerjaannya sebagai penyanyi dan DJ, walau masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. “ Sekali lagi aku tegaskan, kita ini adalah orang Timur. Aku paham bagaimana orang Timur berpikir.
Sekarang tinggal bagaimana aku bersikap dan membuktikan bahwa pekerjaanku bukan pekerjaan negatif,” bilangnya.
Salah satunya , kata dia, dengan menjalani hidup sehat walau bekerja di dunia malam.
Contohnya, kata dia, saat dirinya libur kerja, ia membatasi diri untuk tidak masuk klub, biar orang tidak menilai nya sebelah mata.
Dia juga berpesan kepada para pria, agar jangan menilai dan melihat kecantikan wanita dari fisik saja. Namun harus melihat dari sikap dan prinsip hidup wanita. Sebab, kecantikan dimiliki oleh setiap wanita akan pudar ketika dimakan usia. “Saya juga berpesan kepada wanita agar mencari pria yang menyukai wanita dari dalam, bukan dari penampilan fisik.
Kalau memandang fisik, besok juga fisik kita akan keriput. Nah, carilah pria yang memang wanita dari prinsip hidup dan kecerdasan yang kita punya,” pungkas. (juli ramadhani rambe)