26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Mahasiswa UMN Gelar Aksi di Jalan

Memperingati Hari Ibu

MEDAN-Memperingati Hari Ibu, puluhan mahasiswa Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Medan melakukan aksi turun ke jalan, tepatnya di persimpangan Jalan Ahmad Yani dekat Lapangan Merdeka Medan, Kamis (22/12) sekitar pukul 09.30 WIB.

Dalam aksi yang didominasi kaum hawa itu mereka membawa poster yang mengecam kalau Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember harus dilaksanakan setiap hari.

“Hari ini tanggal 22 Desember 2011 adalah momen yang bersejarah bagi kita semua karena hari ini kita memperingati hari ibu sedunia. Memperingati hari ibu bukan hanya sekadar memperingati saja, tetapi kita harus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebab, kita ketahui peranan ibu dalam kehidupan kita sangat besar karena tanpa peran dan doa ibu kita tidak akan seperti ini,” kata kordinator aksi, Siti Muthmainnah.

Dikatakannya, di hari yang bersejarah ini hendaknya menghentikan kekerasan terhadap ibu. Selain itu, hentikan kekerasan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) khususnya Tenaga Kerja Wanita (TKW). “Hendaknya pemerintah janganlah hanya memperingati Hari Ibu saja. Tetapi, kinerja dan bukti lapangan harus ditunjukkan sehingga angka kekerasan dalam rumah tangga dan kaum wanita berkurang, bahkan akan hilang,” ucapnya.

Dalam aksi yang dilakukan sekitar 30 mahasiswa UMN Al Washliyah tersebut, berlangsung damai. Selain itu, massa juga menyebarkan selebaran-selebaran tentang pernyataan sikapnya kepada para pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut.

Anggota DPD RI DR H Rahmat Shah mengakui besarnya peran seorang ibu di dalam membentuk kepribadian anak-anak mereka.

Seorang ibu memiliki naluri untuk mengasuh, mengasah dan mengasihi keluarga dan anak. Tentunya dengan sentuhan kasih sayang seorang ibu, anak-anak akan belajar tentang nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan kemuliaan hidup.

Hal itu disampaikan Rahmat melalui Staf Ahli DPD RI Bechta Perkasa Asky yang menghadiri puncak acara peringatan Hari Ibu ke- 83 tahun 2011, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Acara tersebut berlangsung di Aula Martabe kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan, kemarin.

Rahmat mengakui bahwa pangkal kebahagian tiap individu senantiasa dimulai dari lingkungan terkecil dan paling mula dikenal individu tersebut. Lingkungan inilah yang disebut dengan keluarga dan ibu merupakan pengelola rumah tangga yang paling utama.

Dari rumah tangga yang terkelola dengan baik, fisik, mental dan spiritual para anggota keluarga, maka akan lahirnya generasi-generasi masa depan yang tercerahkan. Dengan begitu dapat dipahami begitu penting dan berartinya seorang ibu. Sehingga, dalam pandangannya, Rahmat menilai bahwa para ibu adalah pilar ataupun tiang-tiang sebuah negara.

Rahmat juga menyadari bahwa terkadang kesulitan ekonomi dan kondisi keluarga sering memaksa seorang ibu untuk bekerja dan membantu para suami untuk menopang kebutuhan keluarga. Dalam kondisi seperti ini, diakui bahwa perhatian dan energi kasih sayang para ibu yang seharusnya tercurah kepada anak-anak mereka menjadi terabaikan.

Oleh karenanya Rahmat mengharapkan agar pemerintah Indonesia semakin fokus untuk mensejahterakan masyarakat.

Selanjutnya, Rahmat meminta keseriusan pemerintah untuk memperhatikan upayaupaya peningkatan kualitas perempuan Indonesia.

Sedangkan kepada para ibu yang berkarir di luar rumah, Rahmat menghimbau agar para ibu pekerja senantiasa mempunyai pemahaman dan kesadaran akan ketinggian arti dan peran dari keberadaan mereka dalam membentuk masa depan generasi muda.

Dengan demikian para ibu yang bekerja di luar rumah tetap tidak melupakan nilai penting dari sebuah keluarga dan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap dapat memberikan perhatian kepada anak-anak mereka.

Dalam puncak acara peringatan Hari Ibu ke-83 tahun 2011, Ketua Penasehat Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Sumut Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho menceritakan sejarah singkat mengenai Hari Ibu. Disampaikan bahwa sejarah singkat Hari Ibu berawal dari gema Sumpah Pemuda dan alunan lagu Indonesia Raya pada tanggal 28 Oktober 1928 pada Kongres Pemuda Indonesia.

Selanjutnya atas prakarsa para perempuan pejuang kemerdekaan pada tanggal 22-25 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama kali di Yogyakarta.

Salah satu keputusan dalam kongres tersebut adalah dibentuknya satu organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perserikatan Perkoempoelan Perempuan Indonesia (PPPI). Selanjutnya, pada saat Kongres Perempuan Indonesia ke-3 yang diadakan di Bandung pada tahun 1938 ditetapkan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu yang merupakan Hari Nasional bukan Hari Libur. (adl/ila)

Memperingati Hari Ibu

MEDAN-Memperingati Hari Ibu, puluhan mahasiswa Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Medan melakukan aksi turun ke jalan, tepatnya di persimpangan Jalan Ahmad Yani dekat Lapangan Merdeka Medan, Kamis (22/12) sekitar pukul 09.30 WIB.

Dalam aksi yang didominasi kaum hawa itu mereka membawa poster yang mengecam kalau Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember harus dilaksanakan setiap hari.

“Hari ini tanggal 22 Desember 2011 adalah momen yang bersejarah bagi kita semua karena hari ini kita memperingati hari ibu sedunia. Memperingati hari ibu bukan hanya sekadar memperingati saja, tetapi kita harus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebab, kita ketahui peranan ibu dalam kehidupan kita sangat besar karena tanpa peran dan doa ibu kita tidak akan seperti ini,” kata kordinator aksi, Siti Muthmainnah.

Dikatakannya, di hari yang bersejarah ini hendaknya menghentikan kekerasan terhadap ibu. Selain itu, hentikan kekerasan terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) khususnya Tenaga Kerja Wanita (TKW). “Hendaknya pemerintah janganlah hanya memperingati Hari Ibu saja. Tetapi, kinerja dan bukti lapangan harus ditunjukkan sehingga angka kekerasan dalam rumah tangga dan kaum wanita berkurang, bahkan akan hilang,” ucapnya.

Dalam aksi yang dilakukan sekitar 30 mahasiswa UMN Al Washliyah tersebut, berlangsung damai. Selain itu, massa juga menyebarkan selebaran-selebaran tentang pernyataan sikapnya kepada para pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut.

Anggota DPD RI DR H Rahmat Shah mengakui besarnya peran seorang ibu di dalam membentuk kepribadian anak-anak mereka.

Seorang ibu memiliki naluri untuk mengasuh, mengasah dan mengasihi keluarga dan anak. Tentunya dengan sentuhan kasih sayang seorang ibu, anak-anak akan belajar tentang nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan kemuliaan hidup.

Hal itu disampaikan Rahmat melalui Staf Ahli DPD RI Bechta Perkasa Asky yang menghadiri puncak acara peringatan Hari Ibu ke- 83 tahun 2011, yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Acara tersebut berlangsung di Aula Martabe kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan, kemarin.

Rahmat mengakui bahwa pangkal kebahagian tiap individu senantiasa dimulai dari lingkungan terkecil dan paling mula dikenal individu tersebut. Lingkungan inilah yang disebut dengan keluarga dan ibu merupakan pengelola rumah tangga yang paling utama.

Dari rumah tangga yang terkelola dengan baik, fisik, mental dan spiritual para anggota keluarga, maka akan lahirnya generasi-generasi masa depan yang tercerahkan. Dengan begitu dapat dipahami begitu penting dan berartinya seorang ibu. Sehingga, dalam pandangannya, Rahmat menilai bahwa para ibu adalah pilar ataupun tiang-tiang sebuah negara.

Rahmat juga menyadari bahwa terkadang kesulitan ekonomi dan kondisi keluarga sering memaksa seorang ibu untuk bekerja dan membantu para suami untuk menopang kebutuhan keluarga. Dalam kondisi seperti ini, diakui bahwa perhatian dan energi kasih sayang para ibu yang seharusnya tercurah kepada anak-anak mereka menjadi terabaikan.

Oleh karenanya Rahmat mengharapkan agar pemerintah Indonesia semakin fokus untuk mensejahterakan masyarakat.

Selanjutnya, Rahmat meminta keseriusan pemerintah untuk memperhatikan upayaupaya peningkatan kualitas perempuan Indonesia.

Sedangkan kepada para ibu yang berkarir di luar rumah, Rahmat menghimbau agar para ibu pekerja senantiasa mempunyai pemahaman dan kesadaran akan ketinggian arti dan peran dari keberadaan mereka dalam membentuk masa depan generasi muda.

Dengan demikian para ibu yang bekerja di luar rumah tetap tidak melupakan nilai penting dari sebuah keluarga dan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap dapat memberikan perhatian kepada anak-anak mereka.

Dalam puncak acara peringatan Hari Ibu ke-83 tahun 2011, Ketua Penasehat Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Sumut Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho menceritakan sejarah singkat mengenai Hari Ibu. Disampaikan bahwa sejarah singkat Hari Ibu berawal dari gema Sumpah Pemuda dan alunan lagu Indonesia Raya pada tanggal 28 Oktober 1928 pada Kongres Pemuda Indonesia.

Selanjutnya atas prakarsa para perempuan pejuang kemerdekaan pada tanggal 22-25 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama kali di Yogyakarta.

Salah satu keputusan dalam kongres tersebut adalah dibentuknya satu organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perserikatan Perkoempoelan Perempuan Indonesia (PPPI). Selanjutnya, pada saat Kongres Perempuan Indonesia ke-3 yang diadakan di Bandung pada tahun 1938 ditetapkan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu yang merupakan Hari Nasional bukan Hari Libur. (adl/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/