Koordinasi bisa Gagalkan Operasi
JAKARTA-Kisah pembongkaran sindikat narkoba di LP Wanita Tanjung Gusta berbuntut panjang. Setidaknya pernyataan Dir Narkoba Poldasu Kombes Pol Anjar Dewantoro yang mengaku pihaknya tidak diajak koordinasi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat saat melakukan penggerebekan, termasuk saat penangkapan pria berinisial B, mendapat tanggapan mantan Kepala Pelaksana Harian (Kalahar) BNN Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar.
Menurut Togar, secara prosedural, memang idealnya BNN berkoordinasi dengan Polda saat menggelar operasi. Hanya saja, lanjut mantan Kapolda Bali, Sumsel, dan Kaltim itu, ketika BNN menganggap ada oknum di Polda sudah terkontaminasi dengan jaringan sindikat narkoba, sudah barang tentu Polda tak diajak koordinasi.
“Bila BNN mengendus ada oknum Polda yang terkontaminasi, ya untuk apa koordinasi, itu namanya bunuh diri. Kalau koordinasi, malah menggagalkan operasi. Sudah betul itu Benny Mamoto (Direktur Bidang Penindakan dan Pengejaran, BNN, Brigjen Pol Benny Mamoto, Red),” ujar Togar Sianipar saat dihubungi Sumut Pos, kemarin (23/12).
Jangankan BNN, lanjut tokoh asal Siantar itu, Bareskrim Mabes Polri pun tidak mesti berkoordinasi dengan Polda ketika dianggap ada oknum Polda yang terkontaminasi. “Jika Polda dianggap tak becus dan ada yang terkontaminasi, buat apa koordinasi?” cetus mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu.
Togar berharap, dengan tidak diajak koordinasi oleh BNN Pusat ini, mestinya jajaran Polda Sumut melakukan introspeksi, mengevaluasi diri. “Polda harus bisa menunjukkan dirinya bisa dipercaya, khususnya yang bertugas menangani narkoba,” ujar Togar lugas Togar juga mengingatkan bahwa Sumut sejak dulu memang rawan menjadi lokasi peredaran narkoba. Pertama, karena bertetangga dengan Aceh, yang secara tradisional menjadi sumber ganja. “Ladang ganja pernah ditemukan di Madina dan Samosir,” terangnya.
Kedua, pantai terbuka yang cukup panjang berhadapan langsung dengan selat Malaka. “Seperti Pantai Cermin itu,” imbuhnya.
Ketiga, Sumut berdekatan dengan Malaysia. Dengan posisi seperti ini, Sumut jadi batu loncatan masuknya narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent) yang berada di antara Pakistan, Afganistan, dan Iran. Juga dari kawasan Segi Tiga Emas yakni Laos-Burma-Thailand.
“Bisa masuk lewat Polonia, bisa Belawan. Pertanyaannya, bagaimana pengamanan di dua tempat itu? Jangankan di Polonia dan Belawan, di Jakarta saja masih pertanyakan. Saya pastikan (narkoba) sangat mudah masuk (Sumut),” kata Togar.
Togar menyebut, permintaan narkoba terus meningkat di kawasan Sumut. “Saya kaget, di Siborongborong sudah masuk, di Lagoboti juga sudah masuk. Penderita HIV/AIDS di sana juga bertambah. Gila,” ujar Togar dengan nada tinggi.
“Saya yakin, sabu 20 Kg dari Malaysia (yang dirampas BNN sebagai barang bukti), selain untuk dipakai di Medan, juga akan dipakai di berbagai daerah lain termasuk Siantar,” imbuhnya.
Dia berharap Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dan para bupati/wali kota di Sumut memberikan perhatian serius masalah peredaran narkoba. Gatot dan para bupati/wali kota di Sumut diminta jangan hanya memikirkan soal bagaimana mempertahankan kursi kekuasaannya. “Mikir, mikir, mikir dong gubernur dan bupati/wali kota. Kursi itu amanah, jangan hanya duduk saja,” tegas Togar.
Menanggapi komentar Togar, Dir Narkoba Poldasu Kombes Pol Anjar Dewantoro berang. Apalagi disinyalir, seperti ungkapan Togar, kalau Poldasu tidak ikut sertakan karena terkontaminasi sindikat narkoba. “Jangan saya menilai, rekan-rekan wartawan kan bisa menilai dari hasil paparan rekapitulasi hasil tangkapan narkoba Direktorat Narkoba Polda Sumut. Jadi kita tidak ada terkontaminasi dengan jaringan narkoba,” tegas Anjar.
Anjar juga mengatakan, pihaknya khusus Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumut dalam memberantas narkoba tidak pernah setengah-tengah. “Walaupun harus melakukan pengembangan ke Jakarta, maupun ke tempat yang paling jauh, yang namanya untuk memberantas narkoba akan kita kerjakan,” ucap Anjar.
Atas anggapan Polda terkontaminasi, Anjar mengatakan salah besar. Ia berani menjamin Direktorat Reserse Narkoba Polda tidak terkontaminasi dalam jaringan peredaran narkoba internasional maupun lokal. “Itu tidak benar, kita tidak ada melindungi, terkontaminasi, tebang pilih, atau apan yang bisa disebut melindungi para pelaku narkoba. Yang namanya pelaku narkoba akan kita sikat ke akar-akarnya,” ujar Anjar.
Sementara itu, perkembangan tokoh ‘B’ yang sudah ditangkap belum juga menemukan titik terang. BNN belum juga mau membuka sosok ‘B’ yang dimaksud. Pasalnya, kasus ini terus dikembangkan. Membuka siapa si ‘B’ bisa menjadi bumerang bagi pengembangan kasus.
Terlepas dari itu, Sumut Pos mendapat informasi kalau ‘B’ sejatinya warga Medan Petisah. Setelah ditelusuri (lihat grafis), didapat informasi kemungkinan ‘B’ adalah warga Jalan Sengon No.4 Lingkungan VII kelurah Sekip Kecamatan Medan Petisah yang sering disapa dengan panggilan ‘Ono’. Setidaknya menurut warga rumah Ono memang digerebek BNN pada Rabu (21/12) malam.
“Di rumah Ono ada 3 bungkus sabu-sabu, tapi aku tidak tahu berapa beratnya,” ungkap seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya. “Sudah lama dia tinggal di sini, tapi saudaranya tukang becak yang menempati rumah ini. Kalau dia itu punya rumah mewah di Kawasan Padang Bulan ini,” tambahnya.
Keterangan warga ini didukung oleh Kepala Lingkungan VII Keluruhan Sekip Kecamatan Medan Petisah, Mulia Purba (68). “Ya, digeledah lima petugas BNN, selanjutnya pelaku dibawa ke Jakarta. Waktu saya tanya petugas, katanya, pelaku merupakan bandar narkoba yang dicari Petugas BNN,” beber Mulia di rumahnya, kemarin. Dia juga mengungkapkan penangkapan tersebut membuat warga sekitar mendatangi rumah bandar narkoba tersebut untuk sekedar melihat lokasi. “Setelah kejadian itu, saya melihat sudah tidak ada lagi orang di rumah itu,” pungkasnya. (sam/mag-5/gus)