25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Dambakan Perbaikan Jalan dan Air Bersih, Warga Desa Lau Lebah Berdonasi Rp100 Ribu per KK

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Warga Dusun Payarengo, Desa Lau Lebah, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi, dambakan perhatian pemerintah pembangunan sarana transportasi jalan dan air minum. Masyarakat mengumpulkan uang Rp100 ribu per kepala keluarga (KK) perbaikan jembatan gantung (rambing).

JEMBATAN GANTUNG: Warga Dusun Payarengo Desa Lau Lebah, Kecamatan Gunung Sitember, Dairi, gotong-royong perbaiki jembatan gantung.

Rudianto Tinambunan (42), Minggu (29/5) lewat telepon mengatakan, warga bergotong-royong akhir pekan lalu memperbaiki jambatan gantung secara swadaya dengan mengumpulkan uang sebesar Rp 100 ribu per KK. Jambatan gantung akses menuju Desa Tanah Pinem Kecamatan Tanah Pinem, sudah berusia puluhan tahun. Merupakan akses terdekat ke luar dari Payarengo.

Memang ada jalan Payarengo menuju Lau Lebah, tetapi jaraknya cukup jauh dan kondisinya memprihatinkan. “Tidak ada campur tangan pemerintah pembangunan jembatan gantung itu, masyarakat berswadaya untuk membangun, meski secara bertahap,” katanya.

Untuk pembangunan pondasi, katanya, warga pernah mengumpulkan uang sebesar Rp 300 per KK. Dan gotong-royong akhir pekan lalu perbaikan kawat dan lantainya. Bila tidak diperbaiki, anak- anak dari Payarengo tidak bisa bersekolah. Apa lagi jarak jembatan gantung dengan sungai Lau Renun sekitar 70 meter.

“Bila tidak diperbaiki sangat rawan bagi pengguna. Jembatan gantung sepanjang 30 meter itu sarana vital bagi warga, apa lagi akses itu digunakan anak siswa SMP bersekolah ke Tanah Pinem,” ungkapnya.

Sementara jarak Dusun Payarengo ke Lau Lebah cukup jauh. Dusun Payarengo berpenduduk sekitar 33 KK harus menempuh puluhan kilometer menuju Gunung Sitember, sebagai ibukota kecamatan. Bahkan mengeluarkan hasil pertanianpun, warga harus membayar ongkos barang Rp 30 per karung, naik kendaraan gardan dua.

Selain akses jalan, warga juga sangat sulit mendapatkan air minum yang bersih. Sejak ada permukiman di Payarengo, warga memanfaatkan sungai Lae Butar sebagai sumber air minum, yang jaraknya 30 meter dengan kondisi sangat curam dan kebersihan air tidak terjamin.

Air sungai kadang berwarna kuning, sehingga tidak layak dijadikan sebagai air minum. “Kadang kita beli air Rp 6 ribu per jeregen dan menampung air hujan, untuk digunakan sebagai air bersih,” tuturnya.

Akibat kondisi itu, situasi warga Payarengo sangat memprihatinkan. Miris rasanya melihat daera lain, yang sudah maju dan berkembang. “Bila melihat daerah lain, rasanya warga Payarengo belum merdeka seutuhnya,” katanya.

Ia sangat mensyukuri adanya dana desa, sehingga sebagian jalan menghubungkan Lau Lebah dengan Payarengo bisa diperbaiki meskipun hanya bisa dilalui kendaraan roda dua dan mobil gardan dua.

Diharapkan pemerintah memberikan perhatian ke Dusun Payarengo, agar tidak tertinggal dengan daerah lain. “Saat ini yang kami butuhkan perbaikan akses jalan dan sarana air minum,” katanya.

Persoalan hasil pertanian, katanya, Dusun Payarengo sangat baik seperti jagung, coklat kemiri dan lainnya. “Kami berharap sarana tranportasi dan sarana air minum bisa segera didapatkan warga,” pungkasnya.(rud).

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Warga Dusun Payarengo, Desa Lau Lebah, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi, dambakan perhatian pemerintah pembangunan sarana transportasi jalan dan air minum. Masyarakat mengumpulkan uang Rp100 ribu per kepala keluarga (KK) perbaikan jembatan gantung (rambing).

JEMBATAN GANTUNG: Warga Dusun Payarengo Desa Lau Lebah, Kecamatan Gunung Sitember, Dairi, gotong-royong perbaiki jembatan gantung.

Rudianto Tinambunan (42), Minggu (29/5) lewat telepon mengatakan, warga bergotong-royong akhir pekan lalu memperbaiki jambatan gantung secara swadaya dengan mengumpulkan uang sebesar Rp 100 ribu per KK. Jambatan gantung akses menuju Desa Tanah Pinem Kecamatan Tanah Pinem, sudah berusia puluhan tahun. Merupakan akses terdekat ke luar dari Payarengo.

Memang ada jalan Payarengo menuju Lau Lebah, tetapi jaraknya cukup jauh dan kondisinya memprihatinkan. “Tidak ada campur tangan pemerintah pembangunan jembatan gantung itu, masyarakat berswadaya untuk membangun, meski secara bertahap,” katanya.

Untuk pembangunan pondasi, katanya, warga pernah mengumpulkan uang sebesar Rp 300 per KK. Dan gotong-royong akhir pekan lalu perbaikan kawat dan lantainya. Bila tidak diperbaiki, anak- anak dari Payarengo tidak bisa bersekolah. Apa lagi jarak jembatan gantung dengan sungai Lau Renun sekitar 70 meter.

“Bila tidak diperbaiki sangat rawan bagi pengguna. Jembatan gantung sepanjang 30 meter itu sarana vital bagi warga, apa lagi akses itu digunakan anak siswa SMP bersekolah ke Tanah Pinem,” ungkapnya.

Sementara jarak Dusun Payarengo ke Lau Lebah cukup jauh. Dusun Payarengo berpenduduk sekitar 33 KK harus menempuh puluhan kilometer menuju Gunung Sitember, sebagai ibukota kecamatan. Bahkan mengeluarkan hasil pertanianpun, warga harus membayar ongkos barang Rp 30 per karung, naik kendaraan gardan dua.

Selain akses jalan, warga juga sangat sulit mendapatkan air minum yang bersih. Sejak ada permukiman di Payarengo, warga memanfaatkan sungai Lae Butar sebagai sumber air minum, yang jaraknya 30 meter dengan kondisi sangat curam dan kebersihan air tidak terjamin.

Air sungai kadang berwarna kuning, sehingga tidak layak dijadikan sebagai air minum. “Kadang kita beli air Rp 6 ribu per jeregen dan menampung air hujan, untuk digunakan sebagai air bersih,” tuturnya.

Akibat kondisi itu, situasi warga Payarengo sangat memprihatinkan. Miris rasanya melihat daera lain, yang sudah maju dan berkembang. “Bila melihat daerah lain, rasanya warga Payarengo belum merdeka seutuhnya,” katanya.

Ia sangat mensyukuri adanya dana desa, sehingga sebagian jalan menghubungkan Lau Lebah dengan Payarengo bisa diperbaiki meskipun hanya bisa dilalui kendaraan roda dua dan mobil gardan dua.

Diharapkan pemerintah memberikan perhatian ke Dusun Payarengo, agar tidak tertinggal dengan daerah lain. “Saat ini yang kami butuhkan perbaikan akses jalan dan sarana air minum,” katanya.

Persoalan hasil pertanian, katanya, Dusun Payarengo sangat baik seperti jagung, coklat kemiri dan lainnya. “Kami berharap sarana tranportasi dan sarana air minum bisa segera didapatkan warga,” pungkasnya.(rud).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/