29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Transformasi untuk USU Terbaik, Merdeka Belajar Disertai Perkembangan Digital

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Program Kampus Merdeka, tidak lepas dengan sistem perkuliahan dengan mengikuti perkembangan teknologi dan digital. Mahasiswa atau anak muda selaku warga native digital, harus bisa lebih maju dari pada generasi pendahulunya, kalangan native analog.

SAMBUTAN: Rektor USU, Dr Muryanto Amin saat memberi sambutan.

HAL itu diungkapkan Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Muryanto Amin saat memberikan sambutan pada Pembukaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Tahun Ajaran 2021/2022.

“Saudara punya kemerdekaan untuk belajar dari dosen dan orang lain. Kurikulum terus akan berproses menjadi lebih terbuka dan memberikan kesempatan kepada Saudara untuk mengeksplore ilmu pengetahuan yang lain. Kampus diberikan kesempatan untuk merdeka yaitu Kampus Merdeka,” ucap Muryanto dalam rilis yang diterima Sumut Pos, Jumat (13/8).

Muryanto mengingatkan, bahwa disrupsi itu lebih dari perubahan radikal. Disrupsi adalah perubahan up size down, terutama perubahan dari analog ke perubahan digital. Setiap mahasiswa memiliki talentanya masing-masing yang berbeda dengan mahasiswa lainnya. Itulah kesempatan yang diberikan di kampus saat ini yang disebut dengan Merdeka Belajar.

“Kesempatan ini harus dieksplorasi semaksimal mungkin, karena pada akhirnya Saudara dimandatkan untuk dua hal sekaligus yang sangat penting, yaitu bekerja untuk kemanusiaan dan kemajuan bangsa,” tutur Muryanto.

Selain itu, Mendikbudristek RI, Nadiem Anwar Makarim mewajibkan Perguruan Tinggi untuk melakukan transfer kredit dengan hitungan 20 SKS untuk setiap program kampus merdeka.

Kemudian, Mendikbud juga menyediakan beasiswa gelar dan non gelar untuk mahasiswa aktif di seluruh Indonesia, salah satunya adalah beasiswa unggulan yang dapat diikuti oleh mahasiswa baru. Komitmen tersebut diberikan Mendikbud untuk memerdekakan pendidikan sebagaimana yang dimunculkan dalam kebijakan Kampus Merdeka.

Menjadi mahasiswa, disebutkan Nadiem, memiliki kemerdekaan lebih luas untuk menentukan masa depan. Mendikbudristek memberikan hak untuk belajar di luar prodi/kampus selama 3 semester.

“Banyak hal yang bisa dilakukan dalam koridor Kampus Merdeka, yang dirancang untuk memberi ruang kepada mahasiswa dengan keragaman minat dan ketertarikannya, untuk mendapatkan pengalaman yang tidak didapatkan di dalam kelas atau buku text dan akan menjadi kendaraan untuk meraih mimpi masa depan,” tandasnya.

PKKMB USU tahun ini untuk pertama kalinya digelar dengan menggunakan konsep panggung virtual dan dilaksanakan secara daring pada 12-13 Agustus 2021. Tema yang diusung adalah “Transformasi untuk USU Terbaik”.

Muryanto mengatakan bahwa dunia saat ini tengah mengalami disrupsi atau perubahan besar-besaran. Mahasiswa atau anak muda selaku warga native digital, harus bisa lebih maju dari pada generasi pendahulunya, kalangan native analog.

Karena anak muda adalah pembaharu yang memberikan perubahan besar bagi dunia. Untuk itu, mahasiswa harus mampu menjadi problem solver.

Muryanto meminta para mahasiswa untuk bisa mengeksplore dan mencari ilmu pengetahuan ke mana pun serta di mana pun, terutama secara virtual. Saat ini, dunia digital menjadi khasanah dan kekayaan sumber bahan ajar yang berada di dalam kampus maupun di luar kampus yang sangat penting dimanfaatkan semaksimal mungkin.

“Harus Saudara asah kemampuan dan skill Saudara. Belajar pada kurikulum di program studi Anda sangat penting, tetapi belajar ilmu lain juga sangat penting. Bergaul dengan satu teman prodi itu penting, tetapi bergaul dengan teman fakultas dan prodi yang lain juga sangat penting. Bukan hanya itu, bergaul dan berinteraksi dengan alumni yang punya profesi yang berbeda-beda serta bergaul dengan industri dan dunia kerja juga sesuatu yang sangat penting,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Wali Amanat USU Dr Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir pada kesempatan yang sama menegaskan USU memiliki tanggung jawab sebagai lembaga yang membentuk karakter. “Bukan sekadar membangun intelektualitas belaka, namun juga kemanusiaan dan peradaban,” kaya Nurmala.(gus/dek)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Program Kampus Merdeka, tidak lepas dengan sistem perkuliahan dengan mengikuti perkembangan teknologi dan digital. Mahasiswa atau anak muda selaku warga native digital, harus bisa lebih maju dari pada generasi pendahulunya, kalangan native analog.

SAMBUTAN: Rektor USU, Dr Muryanto Amin saat memberi sambutan.

HAL itu diungkapkan Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Muryanto Amin saat memberikan sambutan pada Pembukaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Tahun Ajaran 2021/2022.

“Saudara punya kemerdekaan untuk belajar dari dosen dan orang lain. Kurikulum terus akan berproses menjadi lebih terbuka dan memberikan kesempatan kepada Saudara untuk mengeksplore ilmu pengetahuan yang lain. Kampus diberikan kesempatan untuk merdeka yaitu Kampus Merdeka,” ucap Muryanto dalam rilis yang diterima Sumut Pos, Jumat (13/8).

Muryanto mengingatkan, bahwa disrupsi itu lebih dari perubahan radikal. Disrupsi adalah perubahan up size down, terutama perubahan dari analog ke perubahan digital. Setiap mahasiswa memiliki talentanya masing-masing yang berbeda dengan mahasiswa lainnya. Itulah kesempatan yang diberikan di kampus saat ini yang disebut dengan Merdeka Belajar.

“Kesempatan ini harus dieksplorasi semaksimal mungkin, karena pada akhirnya Saudara dimandatkan untuk dua hal sekaligus yang sangat penting, yaitu bekerja untuk kemanusiaan dan kemajuan bangsa,” tutur Muryanto.

Selain itu, Mendikbudristek RI, Nadiem Anwar Makarim mewajibkan Perguruan Tinggi untuk melakukan transfer kredit dengan hitungan 20 SKS untuk setiap program kampus merdeka.

Kemudian, Mendikbud juga menyediakan beasiswa gelar dan non gelar untuk mahasiswa aktif di seluruh Indonesia, salah satunya adalah beasiswa unggulan yang dapat diikuti oleh mahasiswa baru. Komitmen tersebut diberikan Mendikbud untuk memerdekakan pendidikan sebagaimana yang dimunculkan dalam kebijakan Kampus Merdeka.

Menjadi mahasiswa, disebutkan Nadiem, memiliki kemerdekaan lebih luas untuk menentukan masa depan. Mendikbudristek memberikan hak untuk belajar di luar prodi/kampus selama 3 semester.

“Banyak hal yang bisa dilakukan dalam koridor Kampus Merdeka, yang dirancang untuk memberi ruang kepada mahasiswa dengan keragaman minat dan ketertarikannya, untuk mendapatkan pengalaman yang tidak didapatkan di dalam kelas atau buku text dan akan menjadi kendaraan untuk meraih mimpi masa depan,” tandasnya.

PKKMB USU tahun ini untuk pertama kalinya digelar dengan menggunakan konsep panggung virtual dan dilaksanakan secara daring pada 12-13 Agustus 2021. Tema yang diusung adalah “Transformasi untuk USU Terbaik”.

Muryanto mengatakan bahwa dunia saat ini tengah mengalami disrupsi atau perubahan besar-besaran. Mahasiswa atau anak muda selaku warga native digital, harus bisa lebih maju dari pada generasi pendahulunya, kalangan native analog.

Karena anak muda adalah pembaharu yang memberikan perubahan besar bagi dunia. Untuk itu, mahasiswa harus mampu menjadi problem solver.

Muryanto meminta para mahasiswa untuk bisa mengeksplore dan mencari ilmu pengetahuan ke mana pun serta di mana pun, terutama secara virtual. Saat ini, dunia digital menjadi khasanah dan kekayaan sumber bahan ajar yang berada di dalam kampus maupun di luar kampus yang sangat penting dimanfaatkan semaksimal mungkin.

“Harus Saudara asah kemampuan dan skill Saudara. Belajar pada kurikulum di program studi Anda sangat penting, tetapi belajar ilmu lain juga sangat penting. Bergaul dengan satu teman prodi itu penting, tetapi bergaul dengan teman fakultas dan prodi yang lain juga sangat penting. Bukan hanya itu, bergaul dan berinteraksi dengan alumni yang punya profesi yang berbeda-beda serta bergaul dengan industri dan dunia kerja juga sesuatu yang sangat penting,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Wali Amanat USU Dr Nurmala Kartini Pandjaitan Sjahrir pada kesempatan yang sama menegaskan USU memiliki tanggung jawab sebagai lembaga yang membentuk karakter. “Bukan sekadar membangun intelektualitas belaka, namun juga kemanusiaan dan peradaban,” kaya Nurmala.(gus/dek)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/