MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jamaah umrah asal Sumatera Utara yang ingin berangkat ke Tanah Suci, sepertinya harus lebih bersabar. Pasalnya, hingga akhir tahun ini dipastikan jamaah belum bisa berangkat dikarenakan kendala teknis kondisi masing-masing negara di masa pandemi.
Kondisi itu digambarkan Ketua DPD Asosiasi Muslim Perjalanan Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Sumbagut, Mitha Hayati Tanjung saat dihubungi Sumut Pos, Selasa (7/12). “Kalau ada yang menyampaikan Desember ini berangkat, ada beberapa teman-teman menyampaikan tanggal sekian, itu sebenarnya masih prediksi saja. Karna kalau dari kami (Amphuri), memahami sekali kondisi di lapangan tidak sesederhana itu.
Masih banyak lagi dari pemerintah sendiri, mereka menyampaikan masih mau menyingkronkan aplikasi tawaqalna Saudi dengan peduli lindungi dan itu belum fix juga,” ungkap Mitha.
Kemudian, lanjutnya, ada rumah sakit yang ditunjuk langsung secara resmi oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk test PCR bagi jamaah umrah. “Alhamdulilah, Amphuri sebelum heboh-heboh tentang ini, kita telah bekerjasama dengan pihak rumah sakit di Jakarta, yang ditunjuk langsung oleh Saudi,” terangnya.
Atas kondisi ini, Mitha memprediksi, keberangkatan jamaah umrah bisa dilaksanakan di awal tahun 2022, dengan menerapkan protokol kesehatan yang amat ketat di Arab Saudi. “Untuk Desember sendiri, memang benar bahwa kementerian agama sendiri ada memberikan rilis penerbangan. Ada Garuda, Saudi di Bulan Desember. Tapi itupun sifatnya masih wacana. Kalau ada keberangkatan, itupun cukup penyelenggara haji dan umrah resmi, yang diambil dari berbagai asosiasi resmi di Indonesia,” jelasnya.
Namun, sambungnya, pihaknya menolak pemberangkatan satu pintu lewat Jakarta saja yang diusulkan Kemenag RI. Plus karantina satu hari di Asrama Haji Jakarta. “Kami dari Amphuri juga mengajukan nota keberatan dalam artian, Indonesia kan negara kepulauan yang jamaahnya nomor dua terbesar didunia setelah Pakistan. Jadi kita mengajukan keberatan yang hanya diberlakukan satu pintu. Airport internasional di Indonesia kan banyak, ada kualanamu, Surabaya, Makassar dan Cengkareng. Alhamdulilah itu menjadi salah satunya diterima oleh Kemenag, dan mereka berjanji akan lanjut khusus untuk pemberangkatan awal bagi penyelenggara saja,” bebernya.
Untuk normalnya, kata dia, bagi jamaah umum akan diberlakukan di empat bandara tersebut. Disinggung mengenai visa yang belum online, Mitha mengaku visa kini telah online. Hanya saja kata dia, masih terkunci di Arab Saudi. “Kita mengapresiasi lah pemerintah Saudi yang telah membuka peluang untuk beribadah warga Indonesia kembali. Mengapresiasi menteri agama yang sudah bernegosiasi, sangat berharap hasil bisa menjadi keinginan hasrat yang terpendam jamaah,” katanya.
Kendala lainnya menurut Mitha, diberlakukannya karantina selama 10 hari oleh pemerintah. Hal ini, kata dia, dirasa sangat memberatkan jamaah nantinya. “Awalnya itu tiga dua malam menjadi 10 hari, inikan menjadi faktor negatif lagi. Alasannya karena ada virus baru (omicron). Kalau 10 hari jelas sangat memberatkan. Pasti ada komponen kenaikan (biaya),” sebutnya.
Dia mencatat, setidaknya ada sekira 60 ribu jamaah Sumbagut yang akan berangkat jika kondisi normal. Namun yang diperioritaskan berangkat, adalah jamaah-jamaah yang tertunda tahun lalu. “Selanjutnya akan diberangkatkan jamaah-jamaah yang masih baru. Ini adalah satu indikasi yang akan stabilnya lagi perekonomian muslim terutama penyelenggara,” pungkasnya. (man)