MEDAN- Walau masih dibayang-bayangi krisis Eropa, permintaan akan komoditi karet terus meningkat, hingga membuat harga karet melonjak dipasaran. Biasanya, selain Jepang, negara tujuan ekspor karet adalah negara-negara Eropa dan India.
Kenaikan harga karet tahun ini, dipicu meningkatnya permintaan dari Thailand. “Ya, saat ini sedang berlangsung aksi beli karet rakyat oleh pemerintah Thailand sebanyak 200 ribu ton,” ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Sumut, Edy Irwansyah, Rabu (18/1).
Menurutnya, permintaan dari Thailand ini menjadi pendongkrak harga karet di dunia. Diprediksi, permintaan karet dari Thailand akan terus meningkat, dikarenakan produksi karet menurun karena musim gugur daun. “Kalau prediksi kita, permintaan dari Thailand akan tetap tinggi, karena produksi karet mereka yang turun karena gugur daun,” tambah Edy.
Untuk saat ini, walau permintaan karet tetap tinggi, tetapi untuk menentukan pasar masih sulit. Hal ini dikarenakan masih dipengaruhi oleh bayang-bayang krisis Eropa dan Amerika Serikat. “Karena adanya bayang-bayang krisis Eropa, jadi sangat sulit untuk mengetahui dengan pasti pergerakkan harga komoditi,” tambahnya.
Sementara itu, Poniran (35), petani karet di Langkat, dengan luas lahan 1,5 Ha menyatakan, ada kenaikan harga dari Rp10.500 per kilogram (Selasa, 17/1) menjadi Rp11.500 per kilo (Rabu, 18/1), terjadi kenaikan haga Rp1000 per kilonya.
Walau pun mengalami kenaikan harga, tetapi menurut Poniran, hal ini belum cukup menggembirakan. Dikarenakan pada akhir tahun 2011 kemarin, harga karet mencapai Rp15 ribu per kilo. “Kalau bisa harganya seperti akhir tahun kemarin, jadi untungnya lebih terasa,” ungkap Poniran.
Prediksi Poniran, ke depannya, harga karet akan menyamai harga di akhir tahun, karena produksi karet juga minim.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai ekspor karet dan barang dari karet hingga November 2011 mencapai USD3,279 miliar, naik sekitar 53,97 persen dari periode yang sama pada 2010 yakni USD2,129 miliar. “Devisa dari karet untuk Sumut juga cukup besar, hingga November 2011 komposisinya sekitar 30,08 persen, naik dari tahun 2010 yang hanya 25,81 persen,” ungkap Kepala BPS Sumut, Suharno. (ram)