25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Sembilan Tahun Juara Lokal, Kini Jawara di Kancah Internasional

Lebih Dekat dengan Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha Binjai

Tarian Barongsai jelas tidak asing lagi di telinga kita. Ya, Barongsai bisa juga dikatakan tarian singa atau tarian khas warga etnis Tionghoa. Bagi etnis ini Barongsai memiliki sejumlah makna filosofis. Dari ribuan tahun lampau hingga hari ini kesenian Barongsai bukan sekadar mengikat kebudayaan, namun kerap diperlombakan hingga ke perhelatan internasional.

Laporan: HAMDANI, Binjai

ITU pula kenapa Sumut Pos begitu antusias menyambangi kelompok Tarian Barongsai di Binjai yang diberi nama Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha. Kelompok ini biasa berlatih di Jalan Tengku Syehrukun, Binjai Kota. Jalan masuk yang kecil rupanya buka penghalang bagi kelompok kesenian ini untuk menorehkan prestasi besar hingga ke dunia internasional. Pintu gerbang bercat hijau menyambut kedatangan Sumut Pos di tengah suara dentuman piringan dan genderang para pemain yang tengah latihan.

Begitu memasuki areal latihan mata tertumbuk pada sebaris tulisan besar di dinding gedung latihan: “Kita Mau, Kita Bisa”. Inilah kalimat sakti yang menjadi cambuk bagi para pemain Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha hingga mengantarkan mereka sembilan kali juara tingkat Sumatera Utara.

‘’Tak akan ada prestasi tanpa latihan serius,’’ ujar Salimin Lie, pimpinan pelaksana Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha, menjelaskan filosofi kalimat di dinding bangunan tersebut. Dia pun mengawali percakapan sore itu dengan menceritakan kembali sejarah berdirinya Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha, kelompok Barongsai kebanggaan etnis Tionghoa di Binjai.

Sekilas dia mengingatkan bahwa tarian Barongsai dulunya dinikmati oleh kalangan raja yang ingin menggelar acara pesta, seperti pernikahan atau memberi nama anak. Tapi, kini Barongsai adalah kesenian milik masyarakat berbagai lapisan. Malahan, tarian Barongsai sudah menjadi seni dan olahraga.

“Barongsai menurut kepercayaan etnis Tionghoa bisa mengusir roh jahat, serta mendatangkan rezeki dan keberuntungan,” ungkapnya.

Itu pula spirit yang melatari kenapa sejumlah tokoh masyarakat etnis Tionghoa Binjai getol ingin membentuk Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha ini pada 1999 silam. “Karena dibentuk di Vihara Setia Budha, maka kelompok ini sepakat dinamai Grup Naga Barongsai Setia Budha Binjai,” ungkap Salimin, yang mengaku bergabung dengan kelompok tarian ini sejak tahun 2002. Selepas dibentuk deretan prestasi ditorehkan kelompok ini. Di tahun ketiga pembentukannya Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha menyabet nomor terbaik di salah satu perlombaan tingkat Sumatera Utara. Tak cuma merebut posisi terbaik, namun kelompok tarian ini tidak pernah melepaskan penghargaan nomor satu tersebut hingga sembilan tahun kemudian. Di tahun ke-10, kelompok ini memutuskan tidak ikut perlombaan untuk memberikan jalan bagi kelompok lain menikmati juara pertama.

“Usia kelompok ini terbilang muda saat juara pertama kali di Sumut. Kami pegang predikat juara pertama dari tahun 2002 hingga 2011. Tahun 2012 ini kami tak ikut biar yang lain juga bisa menikmati enaknya juara,” tukas Salimin tertawa.

Dia mengingat saat menjadi juara di tahun pertama dan kedua tidak ada tempat latihan yang permanen untuk kelompok tersebut. Melihat prestasi anak-anak Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha, baru pada tahun 2004 sejumlah pengurus sepakat mendirikan tempat latihan yang menetap . Sejak itu kelompok ini semakin berlatih rutin dan serius hingga mendatangi berbagai tempat di dalam dan luar negeri. “Para pemain Barongsai kami sempat dilatih di Padang oleh Grup Himpunan Persatuan Teguh (HPT) pada tahun 2004, dan tahun 2005 dilatih di Malaysia oleh Grup Kong Sang Keng (KSK) yang pernah menjadi juara dunia,” Salimin menambahkan.

Tak puas dengan predikat juara satu di tingkat lokal, kelompok tarian ini lantas berpikir merambah kancah internasional. Atas sponsor dari berbagai pihak yang peduli kesenian tradisional, pada tahun 2006 Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha berangkat ke Singapura. Di negeri Singa itu pengalaman pertama berlaga di kancah internasional dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai pembakar semangat. “Keberangkatan kami ke Singapura memang untuk menambah pengalaman saja. Tapi kami cukup senang dapat urutan tujuh dari 12 tim yang bertanding,” katanya.

Sejak kepergian pertama ke Singapura, Salimin menceritakan, perjalanan kelompok tarian Barongsai yang diasuhnya itu di even internasional, mulai sulit dihitung dengan jari. Menurut Salimin, kelompok tarian itu sudah bolak-balik bertanding ke luar negeri. Mulai dari Singapura, Malaysia, Hongkong, Thailand, hingga ke Makao. Catatan prestasi yang ditorehkan setahun terakhir adalah juara dua dari 22 tim di Singapura dan juara tiga dari 14 tim dalam kompetisi Barongsai di Jakarta.

Sembari memamerkan foto-foto pertandingan sebelumnya, Salimin mengingatkan, kelompok Barongsai asuhannya akan mentas pada perayaan Imlek tahun 2563 ini. “Makanya sekarang anak-anak itu berlatih. Kami sekalian mempersiapkan alat-alat,” ujar Salimin seraya menginformasikan kelompok itu sudah memiliki koleksi 60 ekor Barongsai.

Sebagai kaderisasi pemain, Salimin mengatakan, kelompok itu juga rutin mengirimkan sejumlah pemain untuk berlatih di luar negeri. Terakhir kali ada pemain yang dikirim ke Malaysia untuk dilatih di pusat pembinaan Barongsai di sana.

Langkah besar di tahun 2013 mendatang adalah terbang ke Cina. Sebelumnya kelompok ini juga sempat mendapat undangan bertanding ke Honolulu, Amerika Serikat, namun gagal akibat ketiadaan dana.

Disinggung soal suppor Pemko Binjai, Salimin menggelengkan kepala. Dia berkata perhatian justru diberikan oleh Bupati Langkat saat mereka hendak berangkat ke Hongkong beberapa waktu lalu. “Karena kami didanai Pemkab Langkat ya, kami putuskan mengibarkan nama Langkat di even tersebut.

Padahal di berbagai kejuaraan internasional kami selalu membawa nama Binjai meskipun tak ada perhatian dari Pemko,’’ katanya.

Kelompok tarian Barongsai yang malang-melintang di perhelatan nasional dan internasional ini akhirnya mendapatkan dukungan dana dari Pemko Binjai dalam tahun-tahun terakhir. ‘’Itu pun setelah tahu Bupati Langkat mendanai kami.

Padahal di hati ini kami ingin sekali menjulangkan nama kota Binjai hingga orang=orang dari luar tertarik datang ke sini,” ucapnya. (*)

Lebih Dekat dengan Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha Binjai

Tarian Barongsai jelas tidak asing lagi di telinga kita. Ya, Barongsai bisa juga dikatakan tarian singa atau tarian khas warga etnis Tionghoa. Bagi etnis ini Barongsai memiliki sejumlah makna filosofis. Dari ribuan tahun lampau hingga hari ini kesenian Barongsai bukan sekadar mengikat kebudayaan, namun kerap diperlombakan hingga ke perhelatan internasional.

Laporan: HAMDANI, Binjai

ITU pula kenapa Sumut Pos begitu antusias menyambangi kelompok Tarian Barongsai di Binjai yang diberi nama Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha. Kelompok ini biasa berlatih di Jalan Tengku Syehrukun, Binjai Kota. Jalan masuk yang kecil rupanya buka penghalang bagi kelompok kesenian ini untuk menorehkan prestasi besar hingga ke dunia internasional. Pintu gerbang bercat hijau menyambut kedatangan Sumut Pos di tengah suara dentuman piringan dan genderang para pemain yang tengah latihan.

Begitu memasuki areal latihan mata tertumbuk pada sebaris tulisan besar di dinding gedung latihan: “Kita Mau, Kita Bisa”. Inilah kalimat sakti yang menjadi cambuk bagi para pemain Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha hingga mengantarkan mereka sembilan kali juara tingkat Sumatera Utara.

‘’Tak akan ada prestasi tanpa latihan serius,’’ ujar Salimin Lie, pimpinan pelaksana Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha, menjelaskan filosofi kalimat di dinding bangunan tersebut. Dia pun mengawali percakapan sore itu dengan menceritakan kembali sejarah berdirinya Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha, kelompok Barongsai kebanggaan etnis Tionghoa di Binjai.

Sekilas dia mengingatkan bahwa tarian Barongsai dulunya dinikmati oleh kalangan raja yang ingin menggelar acara pesta, seperti pernikahan atau memberi nama anak. Tapi, kini Barongsai adalah kesenian milik masyarakat berbagai lapisan. Malahan, tarian Barongsai sudah menjadi seni dan olahraga.

“Barongsai menurut kepercayaan etnis Tionghoa bisa mengusir roh jahat, serta mendatangkan rezeki dan keberuntungan,” ungkapnya.

Itu pula spirit yang melatari kenapa sejumlah tokoh masyarakat etnis Tionghoa Binjai getol ingin membentuk Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha ini pada 1999 silam. “Karena dibentuk di Vihara Setia Budha, maka kelompok ini sepakat dinamai Grup Naga Barongsai Setia Budha Binjai,” ungkap Salimin, yang mengaku bergabung dengan kelompok tarian ini sejak tahun 2002. Selepas dibentuk deretan prestasi ditorehkan kelompok ini. Di tahun ketiga pembentukannya Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha menyabet nomor terbaik di salah satu perlombaan tingkat Sumatera Utara. Tak cuma merebut posisi terbaik, namun kelompok tarian ini tidak pernah melepaskan penghargaan nomor satu tersebut hingga sembilan tahun kemudian. Di tahun ke-10, kelompok ini memutuskan tidak ikut perlombaan untuk memberikan jalan bagi kelompok lain menikmati juara pertama.

“Usia kelompok ini terbilang muda saat juara pertama kali di Sumut. Kami pegang predikat juara pertama dari tahun 2002 hingga 2011. Tahun 2012 ini kami tak ikut biar yang lain juga bisa menikmati enaknya juara,” tukas Salimin tertawa.

Dia mengingat saat menjadi juara di tahun pertama dan kedua tidak ada tempat latihan yang permanen untuk kelompok tersebut. Melihat prestasi anak-anak Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha, baru pada tahun 2004 sejumlah pengurus sepakat mendirikan tempat latihan yang menetap . Sejak itu kelompok ini semakin berlatih rutin dan serius hingga mendatangi berbagai tempat di dalam dan luar negeri. “Para pemain Barongsai kami sempat dilatih di Padang oleh Grup Himpunan Persatuan Teguh (HPT) pada tahun 2004, dan tahun 2005 dilatih di Malaysia oleh Grup Kong Sang Keng (KSK) yang pernah menjadi juara dunia,” Salimin menambahkan.

Tak puas dengan predikat juara satu di tingkat lokal, kelompok tarian ini lantas berpikir merambah kancah internasional. Atas sponsor dari berbagai pihak yang peduli kesenian tradisional, pada tahun 2006 Grup Naga Barongsai Vihara Setia Budha berangkat ke Singapura. Di negeri Singa itu pengalaman pertama berlaga di kancah internasional dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai pembakar semangat. “Keberangkatan kami ke Singapura memang untuk menambah pengalaman saja. Tapi kami cukup senang dapat urutan tujuh dari 12 tim yang bertanding,” katanya.

Sejak kepergian pertama ke Singapura, Salimin menceritakan, perjalanan kelompok tarian Barongsai yang diasuhnya itu di even internasional, mulai sulit dihitung dengan jari. Menurut Salimin, kelompok tarian itu sudah bolak-balik bertanding ke luar negeri. Mulai dari Singapura, Malaysia, Hongkong, Thailand, hingga ke Makao. Catatan prestasi yang ditorehkan setahun terakhir adalah juara dua dari 22 tim di Singapura dan juara tiga dari 14 tim dalam kompetisi Barongsai di Jakarta.

Sembari memamerkan foto-foto pertandingan sebelumnya, Salimin mengingatkan, kelompok Barongsai asuhannya akan mentas pada perayaan Imlek tahun 2563 ini. “Makanya sekarang anak-anak itu berlatih. Kami sekalian mempersiapkan alat-alat,” ujar Salimin seraya menginformasikan kelompok itu sudah memiliki koleksi 60 ekor Barongsai.

Sebagai kaderisasi pemain, Salimin mengatakan, kelompok itu juga rutin mengirimkan sejumlah pemain untuk berlatih di luar negeri. Terakhir kali ada pemain yang dikirim ke Malaysia untuk dilatih di pusat pembinaan Barongsai di sana.

Langkah besar di tahun 2013 mendatang adalah terbang ke Cina. Sebelumnya kelompok ini juga sempat mendapat undangan bertanding ke Honolulu, Amerika Serikat, namun gagal akibat ketiadaan dana.

Disinggung soal suppor Pemko Binjai, Salimin menggelengkan kepala. Dia berkata perhatian justru diberikan oleh Bupati Langkat saat mereka hendak berangkat ke Hongkong beberapa waktu lalu. “Karena kami didanai Pemkab Langkat ya, kami putuskan mengibarkan nama Langkat di even tersebut.

Padahal di berbagai kejuaraan internasional kami selalu membawa nama Binjai meskipun tak ada perhatian dari Pemko,’’ katanya.

Kelompok tarian Barongsai yang malang-melintang di perhelatan nasional dan internasional ini akhirnya mendapatkan dukungan dana dari Pemko Binjai dalam tahun-tahun terakhir. ‘’Itu pun setelah tahu Bupati Langkat mendanai kami.

Padahal di hati ini kami ingin sekali menjulangkan nama kota Binjai hingga orang=orang dari luar tertarik datang ke sini,” ucapnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/