26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

BUMN Incar Inalum

JAKARTA-Proses pengambilalihan Inalum terus bergulir. Para pihak yang ingin berpartisipasi pun mulai pasang kuda-kuda, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, sebagai aset milik negara, dirinya berharap agar pengelolaan Inalum bisa dilakukan oleh BUMN yang merupakan representasi negara. “Menurut saya, sebaiknya (pengelolaan Inalum) diserahkan ke BUMN,” ujarnya akhir pekan lalu.

Menurut Dahlan, dua aset utama Inalum, yakni pabrik aluminium dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan II 600 megawatt (MW), akan sangat baik jika bisa dikelola oleh BUMN. “Bisa PLN, bisa juga BUMN tambang seperti (PT) Antam atau (PT) Timah,” katanya.

Sebagaimana diketahui, kepemilikan Inalum saat ini terbagi antara pemerintah Indonesia (41,12 per sen) dengan konsorsium swasta-pemerintah Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Alumunium (58,88 persen). Berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada 7 Juli 1975 di Tokyo, pengaturan kerja sama tersebut akan berakhir pada Oktober 2013.

Dalam skema pemerintah, kontrak tersebut tidak akan diperpanjang. Artinya, pemerintah akan mengambil alih kepemilikan saham pihak Jepang, sehingga 100 persen saham Inalum akan dikuasai pemerintah Indonesia. Rencananya, pengambilalihan akan dilakukan melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Dana Rp2 triliun pun sudah disiapkan dalam APBN 2012 sebagai modal awal untuk mengakuisisi Inalum.

Dahlan mengakui, nantinya PIP akan melakukan tender untuk menentukan siapa pengelola Inalum. Selain BUMN, pihak pemerintah daerah juga sudah menyatakan minat untuk ikut tender dengan menggandeng swasta.

Menurut Dahlan, jika nanti PLN muncul sebagai pemenang tender, maka PLN akan mengelola PLTA Asahan II, sedangkan pabrik pengolahan aluminium akan dikerjasamakan dengan BUMN lain seperti Antam atau Timah. “Tapi, jika yang menang Antam atau Timah, ya terserah mereka,” ujarnya.
Dahlan menyebut, pengelolaan PLTA Asahan II oleh PLN akan sa ngat strategis. Menurut dia, sejak menjadi dirut PLN, dirinya sudah memiliki rencana untuk menggabungkan listrik Asahan dengan listrik di sistem kelistrikan Sumatera. “Jika bisa diintegrasikan, maka listrik Sumatera akan sangat kuat,” katanya.

Sementara itu, penguasaan pabrik alumunium Asahan akan memiliki arti strategis bagi Indonesia. Saat ini, Inalum memproduksi sekitar 250.000 ton alumunium per tahun, 150.000 ton diekspor ke Jepang dan 100.000 ton sisanya dipasarkan di dalam negeri. Padahal, kebutuhan alumunium dalam negeri mencapai 300.000 ton, sehingga selama ini Indonesia harus mengimpor aluminium sekitar 200.000 ton setiap tahunnya. (owi/jpnn)

JAKARTA-Proses pengambilalihan Inalum terus bergulir. Para pihak yang ingin berpartisipasi pun mulai pasang kuda-kuda, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, sebagai aset milik negara, dirinya berharap agar pengelolaan Inalum bisa dilakukan oleh BUMN yang merupakan representasi negara. “Menurut saya, sebaiknya (pengelolaan Inalum) diserahkan ke BUMN,” ujarnya akhir pekan lalu.

Menurut Dahlan, dua aset utama Inalum, yakni pabrik aluminium dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan II 600 megawatt (MW), akan sangat baik jika bisa dikelola oleh BUMN. “Bisa PLN, bisa juga BUMN tambang seperti (PT) Antam atau (PT) Timah,” katanya.

Sebagaimana diketahui, kepemilikan Inalum saat ini terbagi antara pemerintah Indonesia (41,12 per sen) dengan konsorsium swasta-pemerintah Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Alumunium (58,88 persen). Berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada 7 Juli 1975 di Tokyo, pengaturan kerja sama tersebut akan berakhir pada Oktober 2013.

Dalam skema pemerintah, kontrak tersebut tidak akan diperpanjang. Artinya, pemerintah akan mengambil alih kepemilikan saham pihak Jepang, sehingga 100 persen saham Inalum akan dikuasai pemerintah Indonesia. Rencananya, pengambilalihan akan dilakukan melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Dana Rp2 triliun pun sudah disiapkan dalam APBN 2012 sebagai modal awal untuk mengakuisisi Inalum.

Dahlan mengakui, nantinya PIP akan melakukan tender untuk menentukan siapa pengelola Inalum. Selain BUMN, pihak pemerintah daerah juga sudah menyatakan minat untuk ikut tender dengan menggandeng swasta.

Menurut Dahlan, jika nanti PLN muncul sebagai pemenang tender, maka PLN akan mengelola PLTA Asahan II, sedangkan pabrik pengolahan aluminium akan dikerjasamakan dengan BUMN lain seperti Antam atau Timah. “Tapi, jika yang menang Antam atau Timah, ya terserah mereka,” ujarnya.
Dahlan menyebut, pengelolaan PLTA Asahan II oleh PLN akan sa ngat strategis. Menurut dia, sejak menjadi dirut PLN, dirinya sudah memiliki rencana untuk menggabungkan listrik Asahan dengan listrik di sistem kelistrikan Sumatera. “Jika bisa diintegrasikan, maka listrik Sumatera akan sangat kuat,” katanya.

Sementara itu, penguasaan pabrik alumunium Asahan akan memiliki arti strategis bagi Indonesia. Saat ini, Inalum memproduksi sekitar 250.000 ton alumunium per tahun, 150.000 ton diekspor ke Jepang dan 100.000 ton sisanya dipasarkan di dalam negeri. Padahal, kebutuhan alumunium dalam negeri mencapai 300.000 ton, sehingga selama ini Indonesia harus mengimpor aluminium sekitar 200.000 ton setiap tahunnya. (owi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/