22.8 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

Kelompok NII Ingin Gulingkan Jokowi Sebelum Pemilu 2024

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menemukan bukti dan sejumlah rencana dari kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang ingin menggulingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum 2024. Rencana dan barang bukti itu diketahui dari pengakuan 16 tersangka teroris NII yang ditangkap detasemen berlambang burung hantu di wilayah Sumatera Barat (Sumbar).

“Barang bukti yang ditemukan juga menunjukkan sejumlah rencana yang tengah dipersiapkan oleh jaringan NII Sumatera Barat yakni upaya melengserkan pemerintah yang berdaulat sebelum Pemilu 2024,” kata Kabagbanops Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol Aswin Siregar, Senin (18/4).

Di antara sekian rencana tersebut, Aswin mengungkapkan, terdapat juga potensi ancaman berupa serangan teror yang tertuang dalam wujud perintah mempersiapkan senjata tajam golok dan juga mencari para pandai besi. “Adapun temuan alat bukti arahan persiapan golok tersebut sinkron dengan temuan barang bukti sebilah golok panjang milik salah satu tersangka,” ujar Aswin.

Kemudian, Aswin juga menyebut, pihaknya menemukan sejumlah barang bukti dalam bentuk dokumen tertulis yang menunjukkan bahwa jaringan NII di Sumatera Barat memiliki visi-misi yang sama persis dengan NII Kartosuwiryo. “Yakni mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia saat ini dengan syari’at Islam, sistem khilafah, dan hukum Islam,” ucap Aswin.

Punya Anggota 1.125 Orang

Aswin juga mengungkapkan, kelompok jaringan NII mempunyai 1.125 anggota. “Para tersangka yang sudah ditangkap memberikan keterangan bahwa struktur NII mereka berada pada tingkatan cabang atau kecamatan/istilah NII IV/Padang dengan anggota mencapai 1.125. Sekitar 400 orang di antaranya merupakan personel aktif,” ujarnya.

Aswin menuturkan, untuk anggota yang nonaktif nantinya bisa diaktifkan kembali suatu saat. Itu ketika jaringan teroris membutuhkan tenaga mereka. Aswin mengungkap, dari 1.125 anggota teroris NII tersebut terbagi dalam lima ranting. Masing-masing terdiri dari sekitar 200 orang di wilayah Sumatera Barat. “Dari jumlah total tersebut sebanyak 833 orang tersebar di Kabupaten Dharmasraya, dan 292 orang berada di Kabupaten Tanah Datar,” katanya.

Aswin menambahkan, sejumlah barang bukti yang ditemukan dalam bentuk dokumen tertulis. Isinya menunjukkan bahwa jaringan NII di Sumatera Barat memiliki visi dan misi yang sama persis dengan NII Kartosuwiryo. “Yakni ingin mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia saat ini dengan syariat Islam, sistem khilafah, dan hukum Islam,” ungkapnya.

Menurut Aswin, proses perekrutan anggota NII digelar secara terstruktur dan sistematis. Untuk bergabung menjadi kelompok atau disebut dengan warga NII, seseorang harus melalui empat tahap perekrutan yang disebut ‘pencorakan’, yaitu P1 (Pencorakan 1), P2, PL atau P3, dan P4.

“Pada keempat tahap tersebut secara berjenjang tiap calon warga akan diberi materi dan nilai-nilai terkait menghafal Sapta Subaya, pemahaman syari’at Islam dan ibadahnya, sejarah perjuangan umat Islam, ma’rifatul insan, siroh nabawi, dan berbagai nilai-nilai keislaman versi NII,” ujar Aswin kepada wartawan, Senin (18/4).

Aswin mengungkapkan, setelah itu setiap calon selanjutnya akan melalui tiga tahap bai’at yaitu bai’at jama’ah imammah, bai’at NII/kenegaraan, dan bai’at perjuangan. “Terkhusus bagi yang akan diangkat menjadi pengurus atau pejabat, ada tambahan yaitu bai’at kepengurusan,” katanya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan mengatakan, kelompok jaringan teroris NII juga telah melakukan pencucian otak terhadap 77 anak-anak di bawah umur. Belasan orang tersebut juga aktif melakukan perekrutan terhadap anak-anak yang masih di bawah umur. Mereka juga rutin melakukan latihan ala militer dan dan aktif melakukan pengumpulan sejata.

Dinilai Mengada-ada

Sementara, Politisi Gerindra, Fadli Zon mengkritik keras Densus 88 Antiteror Polri yang mengklaim telah menemukan bukti valid terkait agenda teroris jaringan NII yang mau menumbangkan pemerintahan Joko Widodo sebelum 2024. Fadli meragukan klaim tersebut.

Menurut dia, omongan Densus 88 terlalu mengada-ada. Pernyataan Densus 88 itu dinilai justru menyudutkan warga Sumatera Barat. “Seperti mengada-ada. Jelas menyudutkan orang Minang, warga Sumbar,” kata Fadli Zon kepada wartawan Senin (18/4).

Dia lantas menyentil Densus 88, pasukan khusus itu diminta turun tangan menumpas gerakan teroris di Papua, dalam hal Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang jelas-jelas sudah sudah membunuh warga sipil dan aparat keamanan di sana. “Seharusnya, Densus fokus di Papua karena ada OPM yang jelas-jelas memberontak dengan senjata dan sudah menimbulkan korban warga sipil dan aparat,” tuturnya.

“Mengapa yang jelas-jelas memberontak seperti OPM dibiarkan saja oleh Densus? Koreksinya lihat ancaman yang nyata di Timur. Jelas ada kelompok bersenjata yang memberontak,” katanya menambahkan. (jpc)

 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menemukan bukti dan sejumlah rencana dari kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang ingin menggulingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum 2024. Rencana dan barang bukti itu diketahui dari pengakuan 16 tersangka teroris NII yang ditangkap detasemen berlambang burung hantu di wilayah Sumatera Barat (Sumbar).

“Barang bukti yang ditemukan juga menunjukkan sejumlah rencana yang tengah dipersiapkan oleh jaringan NII Sumatera Barat yakni upaya melengserkan pemerintah yang berdaulat sebelum Pemilu 2024,” kata Kabagbanops Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol Aswin Siregar, Senin (18/4).

Di antara sekian rencana tersebut, Aswin mengungkapkan, terdapat juga potensi ancaman berupa serangan teror yang tertuang dalam wujud perintah mempersiapkan senjata tajam golok dan juga mencari para pandai besi. “Adapun temuan alat bukti arahan persiapan golok tersebut sinkron dengan temuan barang bukti sebilah golok panjang milik salah satu tersangka,” ujar Aswin.

Kemudian, Aswin juga menyebut, pihaknya menemukan sejumlah barang bukti dalam bentuk dokumen tertulis yang menunjukkan bahwa jaringan NII di Sumatera Barat memiliki visi-misi yang sama persis dengan NII Kartosuwiryo. “Yakni mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia saat ini dengan syari’at Islam, sistem khilafah, dan hukum Islam,” ucap Aswin.

Punya Anggota 1.125 Orang

Aswin juga mengungkapkan, kelompok jaringan NII mempunyai 1.125 anggota. “Para tersangka yang sudah ditangkap memberikan keterangan bahwa struktur NII mereka berada pada tingkatan cabang atau kecamatan/istilah NII IV/Padang dengan anggota mencapai 1.125. Sekitar 400 orang di antaranya merupakan personel aktif,” ujarnya.

Aswin menuturkan, untuk anggota yang nonaktif nantinya bisa diaktifkan kembali suatu saat. Itu ketika jaringan teroris membutuhkan tenaga mereka. Aswin mengungkap, dari 1.125 anggota teroris NII tersebut terbagi dalam lima ranting. Masing-masing terdiri dari sekitar 200 orang di wilayah Sumatera Barat. “Dari jumlah total tersebut sebanyak 833 orang tersebar di Kabupaten Dharmasraya, dan 292 orang berada di Kabupaten Tanah Datar,” katanya.

Aswin menambahkan, sejumlah barang bukti yang ditemukan dalam bentuk dokumen tertulis. Isinya menunjukkan bahwa jaringan NII di Sumatera Barat memiliki visi dan misi yang sama persis dengan NII Kartosuwiryo. “Yakni ingin mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia saat ini dengan syariat Islam, sistem khilafah, dan hukum Islam,” ungkapnya.

Menurut Aswin, proses perekrutan anggota NII digelar secara terstruktur dan sistematis. Untuk bergabung menjadi kelompok atau disebut dengan warga NII, seseorang harus melalui empat tahap perekrutan yang disebut ‘pencorakan’, yaitu P1 (Pencorakan 1), P2, PL atau P3, dan P4.

“Pada keempat tahap tersebut secara berjenjang tiap calon warga akan diberi materi dan nilai-nilai terkait menghafal Sapta Subaya, pemahaman syari’at Islam dan ibadahnya, sejarah perjuangan umat Islam, ma’rifatul insan, siroh nabawi, dan berbagai nilai-nilai keislaman versi NII,” ujar Aswin kepada wartawan, Senin (18/4).

Aswin mengungkapkan, setelah itu setiap calon selanjutnya akan melalui tiga tahap bai’at yaitu bai’at jama’ah imammah, bai’at NII/kenegaraan, dan bai’at perjuangan. “Terkhusus bagi yang akan diangkat menjadi pengurus atau pejabat, ada tambahan yaitu bai’at kepengurusan,” katanya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan mengatakan, kelompok jaringan teroris NII juga telah melakukan pencucian otak terhadap 77 anak-anak di bawah umur. Belasan orang tersebut juga aktif melakukan perekrutan terhadap anak-anak yang masih di bawah umur. Mereka juga rutin melakukan latihan ala militer dan dan aktif melakukan pengumpulan sejata.

Dinilai Mengada-ada

Sementara, Politisi Gerindra, Fadli Zon mengkritik keras Densus 88 Antiteror Polri yang mengklaim telah menemukan bukti valid terkait agenda teroris jaringan NII yang mau menumbangkan pemerintahan Joko Widodo sebelum 2024. Fadli meragukan klaim tersebut.

Menurut dia, omongan Densus 88 terlalu mengada-ada. Pernyataan Densus 88 itu dinilai justru menyudutkan warga Sumatera Barat. “Seperti mengada-ada. Jelas menyudutkan orang Minang, warga Sumbar,” kata Fadli Zon kepada wartawan Senin (18/4).

Dia lantas menyentil Densus 88, pasukan khusus itu diminta turun tangan menumpas gerakan teroris di Papua, dalam hal Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang jelas-jelas sudah sudah membunuh warga sipil dan aparat keamanan di sana. “Seharusnya, Densus fokus di Papua karena ada OPM yang jelas-jelas memberontak dengan senjata dan sudah menimbulkan korban warga sipil dan aparat,” tuturnya.

“Mengapa yang jelas-jelas memberontak seperti OPM dibiarkan saja oleh Densus? Koreksinya lihat ancaman yang nyata di Timur. Jelas ada kelompok bersenjata yang memberontak,” katanya menambahkan. (jpc)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/